Sejumlah Besar Pasien dengan Gejala Sisa dari COVID-19 Meninggal di Rumah Sakit Akibat Tidak Ada Obatnya

oleh Li Yun

Selama tiga tahun Tiongkok memerangi epidemi secara ekstrem banyak korban jiwa berjatuhan. Setelah Tahun Baru, pihak berwenang Tiongkok mengumumkan pengakhiran pencegaham epidemi, tetapi masih banyak pasien di rumah sakit yang menderita gejala sisa dari COVID-19. Ada orang dalam yang mengungkapkan bahwa saat ini, sejumlah besar pasien dengan gejala sisa dari COVID-19 yang menjalani rawat inap di rumah sakit nyawanya tidak tertolong karena tidak ada obatnya.

Pada 17 Februari, perawat di sebuah rumah sakit di Beijing bermarga Liu mengatakan kepada reporter New Tang Dynasty TV (NTD) bahwa cukup banyak pasien dengan gejala sisa dari virus  (COVID-19) di rumah sakit yang menghadapi tidak ada obat untuk mengatasi gejalanya.

Ms. Liu, perawat tersebut mengatakan : “Masih banyak orang di rumah sakit yang terinfeksi virus COVID-19. Bagi mereka yang mengidap penyakit dasar nyaris semua menjalani rawat inap di rumah sakit. Tampaknya harapan hidup bagi mereka ini tidak besar. Bagaimana ya, sudah lama dirawat di rumah sakit, tidak tampak ada perkembangan. Begitu dari hari ke hari, cuma bergantung dengan oksigen, obat anti-inflamasi dan sebagainya. Setiap saat nyawa mereka bisa melayang. Banyak sekali kasus seperti ini terjadi di rumah sakit.”

Ms Liu berkata dengan sebuah contoh, bahwa ada dokter yang menganjurkan kepada anggota keluarga agar memasukkan pasien ke unit perawatan intensif untuk perawatan darurat, yang biaya perharinya bisa mencapai puluhan ribu yuan, tetapi akhirnya pasien meninggal juga.

“Saya punya saudara ipar yang tinggal di Shenzhen. Setelah dinyatakan positif terinfeksi COVID-19, dia tidak dapat berbicara dengan jelas. Selama 4 bulan ia menjalani rawat inap di rumah sakit, tetapi meninggal dunia setelah pulang ke rumah. Padahal setelah terinfeksi, dia terus berada di rumah sakit. Tetapi paru-parunya memutih, sesak napas, batuk terus menerus, nyaris sekarat begitu penyaluran oksigen dihentikan. Sekarang banyak pasien yang pernah terinfeksi COVID-19 mengalami gejala sisa yang belum ada obatnya di rumah sakit”.

Setelah pemerintah Tiongkok melonggarkan tindakan pencegahan penyebaran epidemi dengan tanpa persiapan pada  Desember tahun lalu, epidemi langsung melanda seluruh Tiongkok bagaikan gelombang tsunami. Menyebabkan banyak warga terinfeksi dan meninggal dunia. Rumah sakit pun penuh sesak, kremasi harus menunggu waktu yang cukup lama, di daerah pedesaan banyak tempat-tempat pemakaman jenazah baru.

Ms. Liu mengatakan : “Pada dasarnya, lebih dari 90% warga sipil terinfeksi. Banyak orang meninggal. Rumah sakit penuh sesak begitu pula krematorium, kremasi butuh waktu antri yang lama. Dari 8 Desember hingga 10 Januari di Beijing, pada dasarnya ada 10.000 orang yang meninggal setiap harinya, bahkan mungkin lebih dari ini. Jangankan warga sipil, dokter dan perawat pun ada yang meninggal, tidak ada obatnya”.

Sekitar Tahun Baru Imlek, sejumlah besar orang lanjut usia di Beijing meninggal, mengakibatkan penurunan tajam terhadap kebutuhan perawat. Seperti banyak perawat lainnya, Ms. Liu pun kembali ke kampung halamannya setelah kehilangan pekerjaannya. Baru-baru ini, karena semakin banyak pasien menderita gejala sisa dari COVID-19, para mantan perawat ini berbondong-bondong kembali ke rumah sakit di kota-kota besar untuk bekerja sebagai perawat.

Ms. Liu mengatakan : “Dalam tiga tahun terakhir epidemi, rumah sakit menjalani manajemen penutupan, bahkan masih berlangsung sampai saat ini. Jika Anda ingin masuk untuk bekerja sebagai perawat, Anda masih diminta untuk menjalani tes asam nukleat. Setelah 8 jam menunggu dengan hasil negatif baru diizinkan untuk memasuki bangsal resmi. Ini prosedurnya yang sedang berjalan. Rumah sakit telah mendirikan perusahaan perawat. Tidak peduli berapa penghasilan Anda sehari, pokoknya dipotong 50 yuan sehari. Dan anggota keluarga Anda tidak boleh masuk dan harus dilayani perawat, mereka “mengupas satu demi satu lapisan” sampai Anda “habis”, tetapi itu pun belum tentu sembuh”.

Pada awal Februari, PKT mengklaim bahwa putaran epidemi saat ini di Tiongkok akan segera berakhir.

Namun, seorang dokter Tiongkok mengatakan bahwa pada awal Februari, klinik rawat jalan menerima lebih dari 100 orang pasien setiap hari, dan hampir 70 orang pasien memiliki gejala yang berhubungan dengan virus COVID-19. Gejala yang paling umum adalah batuk, sesak dada, kelelahan dan keringat malam.

Dokter Tiongkok : “Puncak epidemi telah berlalu, tetapi bayangan gejala sisa yang tertinggal pada diri pasien yang positif terinfeksi COVID-19 belum hilang. Masih banyak pasien dengan gejala terkait COVID-19 di klinik rawat jalan, dan gejala sisa ini tidak dapat diabaikan”.

Sun Guojun, seorang dokter di Tiongkok mengatakan : “Jumlah gejala sisa dari COVID-19 telah bertambah dari 12 menjadi 16 macam. Terutama gelombang pertama pasien yang pernah positif, berbagai gejala sudah mulai muncul pada diri mereka”.

Pada pertengahan Februari, seseorang yang berkecimpung dalam bidang medis di Tiongkok yang namanya tidak mau disebutkan, mengatakan bahwa jumlah pasien dengan gejala sisa dari COVID-19 telah menunjukkan peningkatan. Pesanan obat batuk pada produsennya telah naik berlipat ganda !

Orang tersebut mengatakan : “Tahun baru baru saja lewat, Guangzhou Baiyunshan Pharmaceutical telah memasuki kondisi produksi tersibuk dalam lebih dari 10 tahun. Guizhou Bailing Pharmaceutical juga memproduksi obat batuk. Telah beroperasi dengan kapasitas penuh sejak hari kedua setelah Tahun Baru Imlek, kini tidak hanya pembelian obat batuk di toko fisik offline yang berlipat ganda, tetapi pemesanan obat batuk secara online juga naik beberapa kali lipat.”

Menurut sebuah laporan oleh China Business News pada 12 Februari, perusahaan obat batuk dalam negeri telah memulai musim kerja tersibuk. Perwakilan dari beberapa perusahaan obat batuk mengatakan bahwa pesanan mereka dijadwalkan untuk bulan Maret dan April atau bahkan setelah itu.

Orang di bidang medis yang anonim ini mengatakan bahwa masyarakat sudah semakin jarang berbicara tentang epidemi, tetapi pada kenyataannya banyak orang masih bergelut dengan kematian.

Orang anonim tersebut mengatakan : “Baru-baru ini, saya mendengar banyak berita tentang kematian mendadak orang-orang yang tidak terlalu tua, dan banyak dari mereka adalah ahli kedokteran dan farmasi. Tetapi ketika berita dirilis, penyebab kematian orang-orang ini dirahasiakan yang menyisakan banyak ruang bagi orang untuk menduga-duganya.”

Meskipun pemerintah Tiongkok mengklaim bahwa pencegahan dan pengendalian epidemi telah mencapai apa yang disebut sebagai kemenangan besar, namun para pakar dan selebritas Tiongkok, termasuk pejabat PKT satu per satu menemui ajal. (sin)