Kekhawatiran Elon Musk Tentang Sisi Negatif ChatGPT, Ungkap Bahaya Besar Terhadap Peradaban Manusia

CEO Tesla mengatakan kepada audiens bahwa AI dapat menimbulkan ancaman eksistensial

Jack Phillips

Elon Musk mengatakan ChatGPT dan kemajuan terbaru artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat menimbulkan risiko secara signifikan terhadap peradaban itu sendiri dan manusia harus waspada.

“Salah satu risiko terbesar bagi masa depan peradaban adalah AI,” ujar pemilik Tesla dan Twitter ini pada World Government Summit di Dubai pada Rabu. Musk adalah salah satu pendiri OpenAI, yang membuat layanan populer ChatGPT.

“Ini positif atau negatif dan memiliki potensi yang besar, janji yang besar, kemampuan yang besar,” kata Musk mengacu pada kecerdasan buatan dan ChatGPT.  Kemudian, dia berpendapat bahwa “ada bahaya besar.”

Dalam beberapa minggu terakhir, ChatGPT  menjadi berita utama karena kemampuannya  lulus ujian universitas, menulis esai, dan melakukan fungsi-fungsi lainnya. Kemampuan tersebut telah mengundang peringatan dari para profesor dan peneliti bahwa beberapa profesi mungkin akan menjadi semakin usang dalam waktu dekat.

Dirilis ke publik beberapa bulan yang lalu, ChatGPT adalah bentuk mutakhir dari AI yang menggunakan model bahasa yang dikenal sebagai GPT-3. Pemrogramannya memungkinkannya untuk memahami bahasa manusia dan memberikan jawaban.

Meskipun Musk terlibat dalam OpenAI, ia meninggalkan dewan perusahaan pada  2018. Dia juga tidak lagi memegang saham di perusahaan tersebut, yang baru-baru ini menerima investasi senilai $1 miliar dari Microsoft.

“Awalnya, OpenAI dibuat sebagai organisasi nirlaba yang bersifat open source. Sekarang ini adalah sumber tertutup dan untuk mencari keuntungan,” kata Musk kepada para peserta pertemuan. 

“Saya tidak memiliki saham terbuka di OpenAI, saya juga tidak duduk di dewan direksi, dan saya juga tidak mengendalikannya dengan cara apa pun.”

Musk mengatakan bahwa ChatGPT “telah mengilustrasikan kepada orang-orang tentang betapa majunya AI,” dan Ia menambahkan, “AI telah canggih untuk sementara waktu. Hanya saja, ia tidak memiliki interface pengguna yang dapat diakses oleh kebanyakan orang.”

Namun Musk memperingatkan bahwa perlu ada regulasi. Dia mencatat bahwa hukum dan peraturan “mungkin akan sedikit memperlambat AI, tapi saya pikir itu juga bisa menjadi hal yang baik,” tambah Musk.

“Sejujurnya, Saya pikir kita perlu mengatur keamanan AI,” katanya, seperti yang dilaporkan CNBC. 

“Menurut saya, ini sebenarnya merupakan risiko lebih besar bagi masyarakat daripada mobil atau pesawat atau obat-obatan.”

Merampas Pekerjaan?

Meskipun Musk tak berbicara mengenai dampak AI terhadap pasar kerja, namun pihak lain memperingatkan bahwa beberapa pekerjaan dapat tersingkir di tahun-tahun mendatang. Hal ini termasuk pekerjaan di bidang penerbitan, desain grafis, pemrograman sederhana, dan bahkan di sektor keuangan.

“AI menggantikan pekerja kerah putih. Saya rasa tidak ada yang bisa menghentikannya,” ujar Pengcheng Shi, seorang dekan di departemen komputasi dan ilmu informasi di Rochester Institute of Technology, kepada New York Post beberapa minggu yang lalu. 

“Ini bukan serigala yang menangis,” tambah Shi tentang kemampuan AI untuk merampas pekerjaan. “Serigala sudah berada di depan pintu.”

Peringatan tersebut dikeluarkan setelah seorang peneliti menemukan ChatGPT lulus ujian tingkat pascasarjana di Wharton School yang bergengsi di Universitas Pennsylvania pada Januari lalu. Sementara itu, beberapa profesor menyarankan agar universitas merombak aturan ujian, pengajaran, dan kurikulum mereka.

“Penyuntingan naskah tentu saja merupakan sesuatu yang dilakukan dengan sangat baik. Meringkas, membuat artikel menjadi ringkas, dan hal-hal semacam itu, tentu saja melakukan pekerjaan yang sangat baik,” kata Chinmay Hegde, seorang profesor ilmu komputer dan teknik elektro di New York University, kepada New York Post Januari lalu.

Namun Hegde mencatat bahwa chatbot memiliki beberapa keterbatasan yang signifikan dalam kondisi saat ini.

“Anda dapat memintanya untuk memberikan esai, untuk menghasilkan cerita dengan kutipan, tetapi lebih sering daripada tidak, kutipan itu hanya dibuat-buat,” kata Hegde.

 “Itu adalah kegagalan ChatGPT yang sudah diketahui dan, sejujurnya, kami tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya,” tambahnya.

Nasib Google?

Dengan perbaikan ChatGPT, ada laporan yang menunjukkan bahwa eksekutif puncak di Google, yang mengoperasikan mesin pencari yang paling banyak digunakan di dunia, telah mendorong perusahaan untuk mengembangkan chatbot AI-nya sendiri. Pada Minggu lalu, Google meluncurkan layanan serupa, Bard, yang mana tampaknya merupakan upaya untuk bersaing dengan OpenAI.

“Saya pikir Google ragu-ragu untuk memproduksinya karena merasa belum benar-benar siap untuk sebuah produk, tetapi, menurut saya, sebagai kendaraan demonstrasi, ini adalah teknologi yang hebat,” kata John Hennessy, Chairman perusahaan induk Google, Alphabet, dalam sebuah acara pada  Senin. Hennessy percaya bahwa kecerdasan buatan generatif masih setahun hingga dua tahun lagi baru dapat digunakan secara luas. (asr)