Banyak Negara Kembalikan Panda Raksasa, Seiring Berakhirnya ‘Diplomasi Panda’ Tiongkok

Shawn Lin dan Ellen Wan

Jepang, Finlandia, Inggris, dan Amerika Serikat baru-baru ini mengumumkan, mereka akan mengembalikan panda-panda raksasa yang dipinjamkan oleh Tiongkok. Amerika Serikat dan Taiwan masing-masing kehilangan satu panda raksasa mereka karena sakit.

Jepang Mengembalikan Empat Panda Raksasa

Menurut kantor berita Kyodo Jepang, panda jantan berusia 30 tahun bernama Eimei dan putri kembarnya Ouhin dan Touhin yang berusia delapan tahun, meninggalkan Jepang dengan menggunakan pesawat pada malam hari  22 Februari. Sehari sebelumnya, Wakayama Adventure World mengadakan upacara perpisahan untuk mereka.

Eimei kembali ke Tiongkok untuk konservasi panda dan penelitian pengembangbiakan, sementara putri kembarnya kembali ke Tiongkok untuk mencari pasangan, kata laporan itu.

Eimei lahir di Beijing, Tiongkok pada tahun 1992 dan datang ke Jepang pada tahun 1994. Dia adalah “Ayah super” yang memiliki enam anak dengan panda betina Meimei, yang mati pada tahun 2008, dan sepuluh anak dengan Rauhin, membuatnya menjadi ayah dari 16 anak.

Pada 21 Februari, panda raksasa Jepang lainnya, Xiang Xiang, juga kembali ke Tiongkok. Xiang Xiang lahir di Jepang pada bulan Juni 2017, dan menurut perjanjian antara Tiongkok dan Jepang, kepemilikan anak panda yang lahir di luar negeri juga menjadi milik Tiongkok. Karena wabah COVID-19, tanggal kepulangan Xiang Xiang ditunda empat kali.

Finlandia Tidak Mampu Memelihara Panda

Pada akhir Januari, sebuah kebun binatang swasta di Finlandia menyatakan siap mengembalikan dua panda raksasa yang disewanya dari Tiongkok karena tidak mampu lagi membiayai perawatan mereka.

Panda-panda tersebut, yang diberi nama Lumi dan Pyry, tiba di Finlandia pada Januari 2018, tak lama setelah pemimpin Tiongkok Xi Jinping menandatangani kontrak sewa panda selama 15 tahun dengan Finlandia dalam kunjungan kenegaraannya ke negara tersebut pada tahun 2017.

Kebun Binatang Ahtari, yang terletak di pusat Finlandia, berharap panda-panda itu akan menarik wisatawan, tetapi malah menanggung utang yang menggunung karena pandemi menghantam pariwisata.

Pemerintah Finlandia  menawarkan bantuan keuangan satu kali sebesar 200.000 euro ($210.000) pada tahun 2021, tetapi menolak permohonan kebun binatang untuk mendapatkan hibah sebesar 5 juta euro ($5,3 juta).

Di masa sewa 15 tahun, kebun binatang ini membayar biaya tahunan kepada Tiongkok. Meskipun jumlahnya tidak pernah diungkapkan, namun diperkirakan sekitar 1 juta euro ($ 1,06 juta). Selain itu, kebun binatang bertanggung jawab atas biaya perawatan pasangan panda tersebut.

Inggris : Kesulitan Pengembangbiakan

Inggris juga mengumumkan kembalinya panda raksasa pada Januari. Pada  4 Januari, Kebun Binatang Edinburgh di Skotlandia mengatakan bahwa mereka berharap dapat mengirim sepasang panda kembali ke Tiongkok pada akhir Oktober tahun ini.

Yang Guang dan Tian Tian tiba di Edinburgh pada bulan Desember 2011. Kebun Binatang Edinburgh membayar £750.000 ($900.000) per tahun kepada Tiongkok untuk kedua panda tersebut.

Sebagai satu-satunya panda raksasa di Inggris, mereka sangat populer di kalangan pengunjung, menurut David Field, kepala eksekutif Royal Zoological Society of Scotland.

Namun tidak lama setelah kedatangan mereka, diketahui bahwa pasangan panda tersebut tidak memiliki antusiasme untuk berkembang biak. Staf mencoba melakukan inseminasi buatan sebanyak delapan kali, yang semuanya berakhir dengan kegagalan. Yang Guang juga menderita kanker testis dan dikebiri setelah menjalani operasi bedah.

Kontrak 10 tahun untuk kedua panda tersebut awalnya akan berakhir pada tahun 2021, tetapi diperpanjang selama dua tahun karena pandemi COVID-19. Setelah tahun ini, sewa tidak akan diperpanjang.

Mati karena Insiden di Amerika Serikat

Amerika Serikat adalah negara pertama yang baru-baru ini mengumumkan kembalinya panda raksasa.

Pada 21 Desember tahun lalu, Kebun Binatang Memphis di Tennessee menyatakan bahwa mereka akan mengembalikan Ya Ya dan Le Le ke Tiongkok, mengakhiri masa sewa selama 20 tahun.

Kedua panda tersebut akan dikembalikan pada 7 April, sesuai dengan jangka waktu sewa. Tak disangka, Le Le tiba-tiba ditemukan mati dalam tidurnya pada awal Februari di usia 25 tahun.

Kebun Binatang Memphis tidak dapat mengidentifikasi penyebab kematiannya pada saat pengumuman. Matt Thompson, presiden dan CEO kebun binatang tersebut, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa tidak ada indikasi bahwa Le Le sakit. Rekaman video dari hari-hari sebelum kematiannya juga tidak menunjukkan tanda-tanda adanya masalah.

Setelah berita tersebut muncul, media Tiongkok mengkritik Amerika Serikat, dan banyak netizen Tiongkok yang mendesak agar Ya Ya dibawa pulang lebih cepat dari jadwal pemulangannya.

Karena konfrontasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat telah menyebar ke banyak wilayah, kematian Le Le yang tak terduga tampaknya semakin memperburuk hubungan bilateral.

Namun, setelah Tiongkok mengirimkan seorang ahli panda raksasa ke Amerika Serikat, diketahui bahwa penyebab kematian Lee adalah serangan jantung. Pada saat yang sama, pemeriksaan terhadap Ya Ya menyimpulkan bahwa, kecuali beberapa kerontokan rambut yang disebabkan oleh kondisi kulit, Ya Ya memiliki nafsu makan yang baik dan berat badannya stabil.

Panda di Taiwan Mati karena Epilepsi

Panda raksasa lain yang mati tahun lalu lebih signifikan secara politis.

Pada akhir Agustus tahun lalu, Tuan Tuan, seekor panda raksasa yang dihadiahkan kepada Taiwan dari Tiongkok, menunjukkan tanda-tanda epilepsi dan kemudian didiagnosa menderita lesi otak yang memburuk dengan cepat. Karena tidak ada preseden bagi manusia untuk melakukan kraniotomi pada panda, dokter hewan tidak mengambil opsi ini. Pada 19 November, Tuan Tuan mengalami tiga kali kejang berturut-turut. Tim medis memutuskan bahwa kondisinya tidak dapat dipulihkan dan memutuskan untuk menidurkannya dengan anestesi. Sore itu, jantung Tuan Tuan berhenti berdetak. Usianya baru 18 tahun, setara dengan 54 hingga 55 tahun dalam hitungan tahun manusia.

Rezim Tiongkok pada dasarnya telah menghentikan pemberian panda raksasa kepada negara asing sejak tahun 1982, namun melakukan upaya khusus untuk memberikan Tuan Tuan dan Yuan Yuan kepada Taiwan pada tahun 2006.

Kedua panda ini awalnya tidak diberi nama seperti itu, tetapi PKT sengaja mengubah nama mereka untuk berarti “reuni” dan “persatuan”.

Banyak netizen Tiongkok berkomentar bahwa kematian Tuan Tuan terasa seperti pertanda buruk bagi niat Beijing untuk menyatukan Taiwan.

Diplomasi Panda Gagal

Panda raksasa adalah spesies unik di Tiongkok dan dicintai oleh orang-orang di seluruh dunia karena citranya yang imut dan sifatnya yang lembut. Partai Komunis Tiongkok sangat menyadari hal ini. Antara tahun 1957 dan 1982, rezim ini memberikan 23 panda raksasa kepada sembilan negara sebagai hadiah. Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Prancis, Jepang, dan Jerman semuanya telah menerima panda sebagai hadiah khusus.

Setelah tahun 1982, di bawah tekanan global untuk melindungi hewan-hewan yang terancam punah, PKT berhenti menyumbangkan panda raksasa dan mengirimkannya ke luar negeri untuk berpartisipasi dalam tur pameran. Kemudian, PKT mengubah pendekatannya dan memutuskan untuk mengirim pasangan panda dewasa ke luar negeri. Panda-panda ini akan tinggal di negara tuan rumah selama 10 tahun untuk “penelitian bersama”, dan selama jangka waktu tersebut, pihak lain akan membayar jutaan dolar untuk biaya sewa tahunan.

Selama beberapa dekade, panda raksasa telah diperlakukan seperti bintang ke mana pun mereka pergi. Pada saat yang sama, mereka juga secara efektif mempercantik citra PKT.

Ji Lin, seorang komentator masalah terkini yang tinggal di Jepang, mengatakan kepada The Epoch Times pada 7 Maret bahwa panda raksasa telah menjadi semacam kekuatan lunak bagi PKT. Negara-negara tersebut, dengan merangkul panda yang dipinjamkan dari Tiongkok, menunjukkan penerimaan mereka terhadap sikap politik PKT. Namun sekarang banyak negara yang tidak mau mempertahankan apa yang disebut “diplomasi panda” ini, baik karena alasan politik maupun alasan keuangan. 

Akio Yaba, direktur kantor cabang Taipei dari surat kabar Jepang Sankei Shimbun, menulis dalam sebuah unggahan di Facebook pada 24 Februari bahwa kembalinya panda-panda tersebut tampaknya melambangkan bahwa “diplomasi panda” PKT secara bertahap akan segera berakhir. (asr)