Penurunan Jumlah Penduduk Tiongkok Berdampak pada Sektor Pendidikan

Jessica Mao – The Epoch Times

Jumlah penduduk Tiongkok telah memasuki era pertumbuhan negatif, dan dampak dari merosotnya angka kelahiran telah menyebar ke sektor pendidikan.

Raksasa Asia ini mungkin sempat mengalami ledakan jumlah bayi pada tahun 2015 karena banyak keluarga yang memutuskan untuk memiliki anak kedua setelah kebijakan satu anak yang kejam dari rezim komunis dicabut. Namun, alih-alih terus meningkat, angka kelahiran justru menurun setelah tahun 2017.

Akibatnya, pada tahun ajaran ini, ada lebih banyak anak berusia 6-7 tahun yang mendaftar di sekolah dasar, yang menyebabkan kurangnya kapasitas sekolah untuk anak-anak ini. Sementara itu, karena pola angka kelahiran yang tidak teratur, taman kanak-kanak saat ini sedang berjuang untuk merekrut siswa yang cukup. Pada tahun 2025, sekolah dasar akan mengalami masalah yang sama setelah mengalami lonjakan jumlah siswa dalam dua tahun ini.

Kelahiran pada tahun 2016, 2017

Rezim yang berkuasa mengganti kebijakan satu anak dengan dua anak pada tahun 2016 sebagai upaya untuk membalikkan tren penyusutan penduduk di masa depan. Hal ini mendorong beberapa keluarga untuk memiliki anak kedua. Namun, tren dua anak gagal mempertahankan momentum, yang mengarah pada kebijakan tiga anak pada tahun 2021.

Dalam beberapa bulan lagi, anak-anak yang lahir pada tahun 2016 dan 2017 di Tiongkok akan mulai masuk sekolah dasar. Namun, di seluruh Tiongkok, sekolah-sekolah telah mengeluarkan peringatan tentang terbatasnya pasokan tempat sekolah dasar dan menengah.

Baru-baru ini, media pemerintah Tiongkok secara luas memberitakan bahwa banyak tempat di Tiongkok telah mengeluarkan peringatan dini untuk tempat sekolah pada tahun ajaran 2023 yang dimulai pada musim gugur. Diperkirakan akan ada kekurangan tempat sekolah yang sangat besar di seluruh negara komunis tersebut.

Media pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa kekurangan tempat sekolah telah berlangsung di beberapa daerah di Tiongkok selama beberapa tahun, tetapi masalah ini diperkuat tahun ini karena lonjakan pendaftaran sebagai akibat dari kebijakan dua anak.

Kapasitas sekolah-sekolah di Tiongkok saat ini dirancang untuk kebijakan satu anak sebelumnya. Revisi mendadak menjadi kebijakan dua anak menciptakan gelombang kelahiran yang tak terduga, sehingga membebani sekolah-sekolah dasar tahun ini. Hal ini terjadi di Tiongkok meskipun jumlah penduduk secara keseluruhan menurun.

Baru-baru ini, telah terjadi gelombang penutupan taman kanak-kanak di Tiongkok karena permintaan untuk pendidikan anak usia dini telah anjlok. Tren ini bertolak belakang dengan dua tahun yang lalu, ketika ada banyak sekali anak-anak yang ingin mendaftar di PAUD.

Pendaftaran  terus menurun setiap harinya mendorong persaingan antara taman kanak-kanak yang berbeda. Bahkan taman kanak-kanak eksklusif yang sebelumnya melayani keluarga dari perusahaan-perusahaan elit sekarang membuka kuota pendaftaran mereka untuk umum.

Perguruan Tinggi Menghadapi Masalah Penutupan

Menurunnya angka kelahiran di Tiongkok kemungkinan besar akan berdampak pada sekolah menengah dan universitas di negara ini di tahun-tahun mendatang. Saat ini, universitas-universitas di Tiongkok secara diam-diam mulai mengurangi kuota pendaftaran; pada Januari tahun ini, lebih dari selusin provinsi di Tiongkok mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan pendirian universitas baru.

Ding Changfa, profesor ekonomi di Universitas Xiamen, mengatakan kepada outlet berita First Financial, pada Februari 2023 bahwa perguruan tinggi dan universitas di Cina sangat terdampak oleh penurunan angka kelahiran. Di masa yang akan datang, diperkirakan beberapa institusi pendidikan tinggi negeri dan universitas swasta akan menghadapi penutupan.

Zhang Yi, seorang peneliti di Chinese Academy of Social Sciences yang elit, menulis sebuah artikel yang menganalisis waktu antara sensus ketujuh dan kedelapan di Tiongkok. Dia menyimpulkan bahwa Tiongkok akan mengalami penurunan jumlah sekolah menengah karena menurunnya populasi usia sekolah di tingkat ini. Hal ini juga akan menyebabkan jumlah pendaftaran di perguruan tinggi dan universitas terpengaruh sampai batas tertentu.

Data Menyatakan Pertumbuhan Populasi Negatif

Pada 17 Januari 2023, Biro Statistik Nasional Tiongkok merilis data yang mengungkapkan bahwa kelahiran tahunan negara tersebut pada tahun 2022 turun di bawah 10 juta, yang lebih rendah dari angka kematian tahunan, dan bahwa tingkat pertumbuhan populasi alami berubah dari positif menjadi negatif. Populasi negara ini turun 850.000 dibandingkan tahun sebelumnya.

Tingkat pertumbuhan populasi alami adalah rasio peningkatan alami dalam populasi (jumlah kelahiran dikurangi kematian) terhadap rata-rata total populasi selama periode waktu tertentu (biasanya satu tahun), yang mencerminkan tren dan kecepatan pertumbuhan populasi alami.

Di luar sektor pendidikan, pertumbuhan populasi negatif di Tiongkok akan menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi ekonominya di tahun-tahun mendatang. (asr)