WSJ : Reformasi dan Keterbukaan Berakhir Sepenuhnya, Tiongkok Mau Dibawa ke Mana oleh Xi Jinping ?

NTD

Selesainya Dua Sesi PKT yang mengukuhkan kedudukan Xi Jinping sebagai sekretaris jenderal PKT masa jabatan ketiga sekaligus sebagai Ketua Komisi Militer, sejumlah kalangan berpendapat bahwa Xi Jinping telah berhasil mencapai keinginannya untuk mensentralisasi kekuasaan tertinggi. Namun mereka juga bertanya-tanya tentang ‘Tiongkok mau dibawa ke mana ?’ Beberapa analis berpendapat bahwa reformasi dan keterbukaan Tiongkok telah sepenuhnya berakhir, saat ini Xi Jinping sedang berupaya memperkuat pengendalian PKT terhadap ekonomi Tiongkok.

Dua Sesi yang berlangsung selama 8,5 hari telah mengukuhkan Xi Jinping beserta kroninya untuk menguasai jajaran tertinggi baik partai, pemerintahan maupun militer. Meski rencana perombakan partai dan organisasi pemerintah yang dilakukan oleh PKT belum sepenuhnya dirilis, namun, pihak berwenang telah menyatakan bahwa perombakan kelembagaan ini harus dipandu agar tercapai tujuan “memperkuat kepemimpinan Komite Sentral PKT yang terpusat dan bersatu”, selain itu juga meminta segenap jajaran untuk “menjaga kewibawaan dan secara serius mengimplementasikan segala keputusan yang telah diambil Komite Sentral PKT”.

Pada 14 Maret, “Wall Street Journal” melaporkan bahwa cetak biru Xi Jinping untuk Tiongkok telah terbentuk, yang menandakan bahwa era reformasi dan keterbukaan yang digagas oleh Deng Xiaoping telah sepenuhnya berakhir.

Menurut artikel tersebut : “Pada pertemuan ini, Xi Jinping telah memulai perubahan yang bertujuan untuk lebih memperkuat kepemimpinan PKT di seluruh bidang. Xi juga membuka jalan untuk memberi PKT kekuasaan untuk langsung mengendalikan sektor keuangan dan teknologi Tiongkok.”

Artikel menyebutkan bahwa sekarang menjadi semakin jelas bahwa transformasi di bawah Xi Jinping “menandai berakhirnya Tiongkok yang dikenal dunia selama 40 tahun terakhir, dan bersamaan dengan itu muncul potensi tentang ketidakpastian global”.

Selama beberapa tahun terakhir, Xi Jinping telah menggabungkan beberapa lembaga pemerintah ke dalam yurisdiksi Partai Komunis Tiongkok. Ia juga menghapus batasan masa jabatan untuk dirinya.

WSJ percaya bahwa Xi Jinping telah melanjutkan beberapa praktik di era Mao Zedong.

Selama era Mao, pejabat PKT ada di semua tingkatan, dari pabrik sampai tingkat provinsi hingga pusat kekuasaan di Beijing, mereka ini yang memutuskan segala sesuatunya. Hasil akhirnya adalah bencana, dan terjadinya gerakan yang tersesat, seperti Lompatan Jauh ke Depan yang menyebabkan kelaparan massal.

Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, peran perdana menteri telah dilemahkan, dan beberapa pejabat dengan setengah mencemooh membandingkan peran perdana menteri dengan peran kepala kantor.

Artikel tersebut mengutip ucapan Susan Shirk, mantan diplomat Amerika Serikat dan penulis buku baru “Overreach” melaporkan : Xi Jinping sedang mengulangi banyak praktik yang terjadi pada era Mao, yaitu membiarkan partai mengelola ekonomi dan menempatkan pentingnya kesetiaan di depan kemampuan profesional pejabat.

Menurut artikel tersebut, perubahan tersebut mencerminkan bahwa Xi lebih memprioritaskan perkuatan sistem PKT dalam rangka untuk menanggapi ketegangan jangka panjang dengan kekuatan Barat yang dipimpin oleh AS. Hal ini sangat kontras dengan era Deng Xiaoping yang berfokus pada menjalin hubungan dengan negara-negara maju.

Artikel juga menyebutkan, dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir, Xi Jinping sangat ingin untuk segera mengalihkan fokus ini sebagai akibat dari ancaman AS terhadap Tiongkok, dengan alasan ini pula Xi bertujuan untuk mengkonsolidasikan legitimasi kekuasaan PKT. Tetapi bukan dengan berusaha meningkatkan ekspektasi kesejahteraan ekonomi untuk mencapai tujuan itu.

Selama Kongres Rakyat Nasional Partai Komunis Tiongkok yang baru saja selesai, Xi Jinping membuat kritikan langsung terhadap Amerika Serikat, Ia menuduh larangan, penahanan, dan tekanan yang dipimpin oleh AS memperburuk tantangan dalam negeri Tiongkok. Xi juga secara implisit menyatakan niatnya untuk menjauhkan diri dari Amerika Serikat, meskipun hal tersebut berisiko semakin memperburuk pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Artikel tersebut percaya bahwa di awal Xi Jinping terpilih sebagai sekjen PKT, dia sangat mendukung reformasi yang diprakarsai oleh Deng Xiaoping. Namun setelah ambruknya pasar saham tahun 2015, sikapnya mulai berubah, ia menjadi semakin skeptis terhadap kekuatan pasar dan mulai secara bertahap memulihkan kendali absolut partai, termasuk memasukkan kekuasaan partai ke dalam tata kelola perusahaan perusahaan asing dan swasta Tiongkok.

Saat ini, Xi Jinping telah memperjelas sikapnya yaitu : Daripada meniru ekonomi model kapitalisme Barat, lebih baik menghadapinya secara langsung dengan modelnya sendiri. (sin)