Investor Ternama AS Keluhkan PKT,  Sinyal Apa Yang Terungkap?

Zhou Xiaohui

Baru saja ada berita yang menarik perhatian kalangan kapital finansial dalam maupun luar negeri, juga beredar luas di fungsi Moments pada aplikasi WeChat. Pada 2 Maret lalu, seorang konglomerat AS sekaligus “bapak pasar negara berkembang” yakni Mark Mobius saat diwawancarai oleh Fox Business Network mengatakan, “Saya mempunyai sebuah rekening bank HSBC di Shanghai. Saya tidak bisa mengambil uang saya. Pemerintah sedang membatasi modal mengalir keluar dari Tiongkok. Saya tidak dapat menjelaskan mengapa mereka melakukannya… mereka telah membuat berbagai halangan. Mereka tidak akan mengatakan: tidak, anda tidak bisa mengeluarkan uang anda. Tapi mereka akan mengatakan: berikan catatan bagaimana anda mendapatkan keuntungan selama 20 tahun terakhir… Ini sungguh gila.”

Oleh sebab itu, Mark memperingatkan para investor saat hendak berinvestasi pada badan ekonomi yang dikendalikan ketat oleh pemerintah harus “sangat, sangat hati-hati”.

Tiga informasi yang diungkap oleh Mobius adalah: uang yang diinvestasikannya tidak bisa dikeluarkannya dari Tiongkok; Partai Komunis Tiongkok (PKT) secara ketat membatasi aliran modal keluar dari Tiongkok; berinvestasi di Tiongkok harus ekstra hati-hati. Yang mengalami kondisi serupa dengan Mobius tidak hanya satu orang saja, banyak investor asing yang tidak mengungkapkannya, mungkin karena ada banyak pertimbangan.

Perlu diketahui, Mobius yang telah melakukan investasi di pasar negara berkembang selama tiga dasawarsa lewat perusahaan Franklin Resources, Inc. yang dipimpinnya dan sangat dikenal dengan keyakinannya pada Tiongkok, hingga tahun lalu masih berpegang teguh pada keyakinannya terhadap pasar Tiongkok, tak disangka tahun ini ia justru mengalami pukulan keras dari pasar yang diyakininya.

Maret 2022, menyusul meletusnya perang Rusia-Ukraina, banyak bursa saham di seluruh dunia mulai bergolak, investor berbondong-bondong menjual sahamnya, akan tetapi Mobius justru berpendapat seiring dengan makin meningkatnya krisis Rusia-Ukraina, Tiongkok berpeluang menjadi tempat berlindungnya bagi para investor, para investor akan semakin banyak berinvestasi di pasar modal Tiongkok. Alasannya adalah karena Tiongkok sangat kecil terkena dampak situasi di Eropa.

Selain itu, Desember 2020 lalu setelah kongres AS meloloskan undang-undang kepemilikan perusahaan asing (Holding Foreign Companies Accountable Act), banyak perusahaan Tiongkok yang listing di bursa efek Amerika yang tidak bisa memberikan informasi terkait akan mengalami ancaman dicabut lisensinya. Setelah itu, saham perusahaan Tiongkok pun anjlok. Agustus 2022, banyak perusahaan BUMN besar Tiongkok berinisiatif untuk menghapus sahamnya dari bursa efek AS, dan penyebab mendasarnya adalah karena perusahaan Tiongkok terkendala oleh hukum PKT, seperti yang ditetapkan pada “UU Sekuritas” yang telah disahkan PKT tahun 2019, dimana badan pengawas sekuritas luar negeri tidak dapat melakukan aktivitas investigasi mendapatkan bukti di dalam wilayah Tiongkok secara langsung. Tanpa seizin Badan Pengawas Sekuritas Utama dan Dewan Negara PKT, lembaga dan individu apapun tidak boleh memberikan dokumen dan informasi terkait aktivitas sekuritas.

Anehnya lagi, walaupun tahu segala permasalahan menyangkut saham perusahaan Tiongkok dan masalah di balik PKT, Mobius tetap memilih untuk terus berinvestasi. Juli 2021, menurut pemberitaan situs Cailienshe Shanghai, saat diwawancarai Mobius dengan jelas menyatakan bahwa serangkaian inisiatif yang telah memicu pergolakan pada saham perusahaan Tiongkok, adalah suatu hal baik bagi pasar Tiongkok. Ia menyatakan, yang sebenarnya terkena dampak paling serius adalah perusahaan raksasa yang menduduki posisi dominasi serta menyingkirkan perusahaan kecil, jadi bagi pasar Tiongkok adalah suatu hal baik untuk jangka panjang. Bagi perusahaan kecil menengah, mereka akan menyambut peluang untuk berkembang.

Ketika ditanya apakah akan berinvestasi (aset) di Tiongkok, Mobius juga memberikan jawaban yang positif. Ia menilai pergolakan yang terjadi baru-baru ini tidak akan berpengaruh pada mengalir masuknya modal asing ke Tiongkok, menekankan bahwa pasar Tiongkok mempunyai ribuan perusahaan yang telah go public, bagi investor internasional manapun tidak ada alasan untuk mengabaikan Tiongkok.

Oktober lalu, mengenai kebijakan “Nol Covid” PKT yang berdampak serius bagi ekonomi, Mobius masih bersikukuh mengatakan, Tiongkok merupakan salah satu negara ekonomi pasar berkembang yang terpenting, dimana-mana ada peluang untuk meraup emas, sehingga perlu adanya investasi. Ia juga berpendapat, industri manufaktur kelas atas di Tiongkok akan semakin membesar rasionya, jadi akan mendatangkan meningkatnya liberalisasi kemampuan serta efisiensi produksi, inovasi teknologi akan menjadi titik cerah pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Data juga menunjukkan, hingga akhir tahun 2021, saham perusahaan Tiongkok mencapai 12,5% dari investasi dana, perusahaan dengan rasio tertinggi antara lain adalah Yum China Holdings dan EC Healthcare.

Akan tetapi perkembangan situasi ternyata bertolak belakang dengan pemikiran Mobius. Selain banyak usaha kecil menengah di Tiongkok yang bangkrut, selama tiga tahun terakhir semakin banyak investor meninggalkan pasar PKT, dan mengalihkan investasi ke Asia Tenggara, rantai industri dan rantai pasokan juga beralih ke Asia Tenggara. 

Menurut pemberitaan Financial Times, presiden direktur perusahaan semi konduktor terkenal dunia Kyocera Corporation yakni Hideo Tanimoto mengatakan, model perdagangan dengan diproduksi di Tiongkok lalu diekspor ke luar negeri sudah tidak bisa dilakukan, Tiongkok sudah tidak cocok menjadi pabrik dunia.

Selain itu data bea cukai dan jumlah pesanan musim semi juga menunjukkan, di Januari 2023 pesanan Eropa terhadap Tiongkok telah berkurang 50%, Amerika Utara juga telah berkurang 40%, kemerosotan seperti jurang ini telah dimulai sejak paruh akhir tahun 2022 lalu. Informasi lain juga menunjukkan, tahun 2019 investasi Eropa di Asia Tenggara mencapai 6,9 milyar dolar AS, dan tahun 2021 mencapai 26,5 milyar dolar AS, melonjak sebesar 384%.

Mencari tahu penyebabnya, selain karena pengendalian PKT terhadap pandemi yang ekstrem, juga karena dukungan PKT terhadap Rusia, PKT yang terus meneriakkan bersiap perang, balon udara mata-mata PKT menerobos wilayah AS membuat seluruh lapisan masyarakat di AS semakin memahami ancaman besar PKT terhadap AS dan dunia, semua ini membuat pihak luar dan investor merasakan adanya ancaman bahaya.

Apa penyebab fundamental kesalahan spekulasi Mobius pada pasar Tiongkok? Pendiri situs ChinaChange.org yakni Cao Yaxue menulis di Twitter, “Saya ingin mengatakan, saat pergi tidak terpikirkan akan ada hari ini, itu karena anda tidak memahami PKT, hanya bisa menerima nasib.”

Memang, pengusaha mencari keuntungan bukanlah suatu kesalahan, tapi Mobius benar-benar tidak memahami PKT, tidak secara serius membedakan antara PKT dengan Tiongkok, bahkan terbuai oleh kata-kata PKT yang indah pada permukaannya. Seperti di awal berdirinya PKT, banyak kaum intelek kelas atas Tiongkok yang studi di luar negeri tertipu PKT, ramai-ramai pulang ke tanah air untuk membangun negeri, akibatnya satu persatu mengalami penindasan, banyak yang bahkan kehilangan nyawa. Sama seperti dulu ketika membangun negeri PKT berjanji akan memberikan tanah dan pabrik pada petani dan buruh, setelah dimanfaatkan, lalu dijatuhkan ke lapisan terbawah. Lihat saja kondisi petani dan buruh sekarang, apakah PKT pernah menepati janjinya?

Prinsip yang sama, demi menarik investasi asing, awalnya PKT memberikan banyak kemudahan bagi orang asing, membuat banyak pemburu keuntungan berinvestasi di pasar Tiongkok, tapi saat menghadapi kas keuangan mongering dan rezimnya menghadapi bahaya kehancuran, saat berseteru dengan AS dan konflik dengan dunia Barat, PKT bisa dengan mudah ingkar janji, menahan harta dan uang milik mereka, tidak hanya agar bisa menambal kekosongan kas, juga agar bisa tawar menawar dengan AS dan Eropa.

Bisa dibilang, apa yang dialami Mobius dan para investor lain menandakan bahwa PKT telah mengambil tindakan, sedang mempersiapkan diri menghadapi konflik yang kemungkinan bakal terjadi. Dan, keluhan Mobius, tidak hanya membuat pernyataan PKT pada laporan kerja pemerintah dalam dua sesi rapat pleno PKT menjadi sangat konyol, merusak rencana PKT, juga membuat investor dalam maupun luar negeri semakin tidak berani mendekat. Benar, siapa yang berani bertransaksi dengan rezim yang tidak ada kredibilitas? Mengenai apakah PKT akan memberi kelonggaran setelah Mobius mengeluh, perlu dilihat hal apa yang lebih diutamakan PKT. (sud/whs)