Klinik dr. Wen Pinrong : Naikkan Laras Senapanmu Satu Sentimeter

Di luar hukum, masih ada apa lagi? Di luar hati nurani, masih ada apa lagi?

Pada 9 November 1989 lalu, Tembok Berlin (bagian dari Jerman Barat waktu itu) runtuh (satu tahun sesudahnya, kedua Jerman bersatu dan Tembok Berlin dihancurkan, red.). Di bawah Tembok Berlin telah terjadi banyak sekali peristiwa tragis. Seorang pemuda Jerman Timur bernama Chris Gueffroy ditembak mati karena memanjat Tembok Berlin (hendak lari ke Berlin Barat). Keluarganya menggugat prajurit yang menembak itu ke pengadilan. Pengacara si prajurit Ingo Heinrich mengajukan pembelaan: “Sebagai tentara penjaga tembok itu, ia hanya menjalankan perintah. Dan sebagai seorang prajurit, menaati perintah adalah keharusan mutlak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggaran itu bukan tanggung jawab si prajurit.”

Dengan ekspresi serius dan tanpa rasa gentar Hakim Seidel berkata, “Sebagai seorang prajurit, di saat melihat ada orang memanjat perbatasan, tidak menaati perintah atasan untuk menembak adalah pelanggaran. Tetapi Anda bisa menembak meleset, jika tembakan meleset, Anda tidak bersalah. Di dunia ini, di luar hukum, masih ada hati nurani. Ketika terjadi konflik antara hukum dengan hati nurani, hati nurani adalah kode etik tertinggi, karena ‘menghormati kehidupan’ adalah prinsip yang selalu benar dimana pun di muka bumi ini.”

Waktu itu banyak hadirin di kursi tamu berlinang air mata, ada yang menangis sambil berpelukan. Prajurit Heinrich sang penembak pun menangis, lalu berkata kepada keluarga Chris Gueffroy yang ditembaknya, “Mohon maaf, saya bersalah!” Heinrich dijatuhi hukuman 3 tahun penjara karena terbukti bersalah menembak dengan sengaja, dan ia tidak diberikan pembebasan bersyarat.

※※※

Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, dibawa ayahnya datang berobat, dikatakan anaknya itu mengalami gejala halusinasi pendengaran dan penglihatan. Tak lama kemudian, ibunya yang telah memarkir mobilnya, begitu masuk lantas bertengkar dengan ayah si anak, sangat nyaring, dan sangat emosional! Agar tidak melukai si anak, saya membawanya ke ruang tusuk jarum dan membantu putra mereka tusuk jarum pada titik Baihui untuk menenangkannya, agar terhindar dari badai pertengkaran itu. Saya meminta agar ibunya mengecilkan suara, dan membicarakannya dengan baik-baik, semua menginginkan yang terbaik bagi si anak. Orang dewasa yang bertengkar, dapat melukai psikologi anak, dan menimbulkan trauma. Sebenarnya mengapa kedua orang tua itu bertengkar hebat?

Ternyata si ayah berencana usai berobat, ingin membawa si anak ke tempat hiburan, tapi tidak membicarakannya lebih dulu dengan si ibu. Sang ibu menentang keras, membombardir, ibarat senapan mesin yang tanpa ampun memuntahkan pelurunya tiada henti. Sang ayah terpojok, tidak kuasa membalas.

Melihat situasi tidak kondusif, saya meminta ayahnya ke ruang tunggu, saya hendak berkomunikasi dengan ibunya. Setelah si ayah keluar, saya berkata, “Bu, angkat sedikit laras senapan Anda, lihat permasalahannya, sehebat apapun pemikiran Anda, separah apapun masalahnya, jangan pernah menghujat individu, jangan pernah juga menginjak harga diri ayah di depan anaknya, selain merusak hubungan suami dengan istri, juga melukai hati dan rasa aman si anak, serta mengacaukan emosional anak, dan membuat masalah semakin runyam, jauh lebih penting mengatasi masalah si anak.” Akhirnya si ibu pun meletakkan “senapan”-nya.

Penanganan Akupunktur

Di ruang akupunktur, anak laki-laki itu sedang membaca komik, sangat keasyikan, tidak ada reaksi apapun terhadap pertengkaran ayah dan ibunya, wajahnya tanpa ekspresi, mungkin karena sudah terbiasa. Agar dapat menenangkan dirinya, dan menguatkan unsur Yang, dan menyingkirkan unsur Yin dalam tubuhnya, saya menusuknya di titik Baihui, 2 jarum ditusuk saling berhadapan. Untuk pikiran kacau, sebagian karena microbiota usus kacau, agar memperlancar sirkulasi di Gut-Brain Axis, saya tusuk titik Hegu, Sanyinjiao, dan Zusanli.

Halusinasi pendengaran dan penglihatan, akibat liver dan ginjal kacau, Qi (baca: chi, red.) pada liver tidak mencukupi, maka saya menggunakan metode tusuk jarum pada area kulit kepala, dan dada, dengan menusukkan jarum di bagian kening, di sekitar titik Meichong menusuk ke arah dahi. Bagian genital, sekitar titik Touwei menembus ke garis rambut. Untuk menenangkan diri, tusuk titik Yintang dan Shenting. Untuk memperkuat Qi pelindung luar, dan mencegah menempelnya benda/mahluk bersifat Yin, tusuk titik Fengchi, Quchi, Hegu, dan Zusanli. Seminggu tusuk jarum sekali, selain itu juga mengkonsumsi obat paten tradisional Tiongkok.

Untungnya bocah itu tidak takut jarum. Kedua kali datang terapi, pandangan mata bocah itu sudah tidak pudar lagi. Mata adalah jendela jiwa, merupakan matahari dan bulan bagi tubuh manusia, juga merupakan karakter vitalitas, serta indikator unsur Yang dan Yin dalam tubuh, selama sorotan mata terfokus kembali, maka masih ada harapan.

Si ayah mengatakan, putranya tidak pernah menatap lurus mata orang lain, ia suka bermain internet, dan mencari informasi tentang hal-hal gaib. Di sekolah, tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran, mengalami gangguan belajar dan gangguan kecerdasan, nilai ujiannya buruk, tidak berinteraksi dengan teman sekelas, dan mengidap autisme. Ayahnya terpaksa membawa si anak untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan adalah si anak mengalami disabilitas intelektual, bahkan diberikan surat keterangan disabilitas, lalu putranya dipindahkan bersekolah di sekolah luar biasa (SLB).

Mendengar itu, hati saya trenyuh dan berkata, “Pak, tolong dinaikkan sedikit laras senapan Anda, jangan hanya dengan melihat nilai sekolah anak, lalu memvonis kecerdasan anak ini, yang dapat berakibat hati si anak terluka. Saya melihat anak ini sangat cerdas, hidupnya sangat normal, bisa bermain internet sendiri, dia juga suka membaca komik, bagaimana bisa dikatakan retardasi mental? Hanya saja ia hidup di dunianya sendiri, tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain. Tokoh terkenal dunia seperti: Einstein, Mozart, Newton, Lincoln, dan lain-lain, mereka di saat kecil juga mengalami kondisi autisme, hendaknya jangan memvonis anak terlalu dini.”

Autisme dianggap semacam gangguan pertumbuhan saraf, dan secara teori tidak dapat disembuhkan. Penderita tidak tuli, mereka mendengar tapi tidak menghiraukan semua suara yang ada di sekitarnya, hanya berfokus pada dunianya sendiri. Tidak buta, melihat tapi tak terlihat, ia hanya berfokus pada hal yang menarik baginya. Tidak bisu, tapi sulit mengungkapkan sesuatu, atau sangat unik, atau orang lain tidak bisa memahami dan mengerti tentang dirinya.

Pada 2020, di seluruh Taiwan terdapat 1.197.939 orang yang mengalami gangguan mental. Dibandingkan dengan 2019, rasio tersebut telah naik sebesar 5%. Akhir September 2021, warga Taiwan yang memegang surat keterangan disabilitas mencapai 1.201.000 orang. Setiap tahun selalu mengalami tren kenaikan. Menurut data Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, rasio penderita autisme pada 2021 adalah 1:44, yaitu di antara 44 anak, ada 1 anak yang mengalami autisme.

Saya meminta ayahnya untuk menyaksikan sebuah film India yang berjudul “Taare Zameen Par”, yang mengisahkan tentang seorang anak laki-laki berusia 8 tahun bernama Ishaan yang menderita autisme, dia mengalami kesulitan membaca, dan kesulitan belajar, prestasi di sekolah sangat buruk, orang tua dan guru pun menganggapnya sangat bodoh. Ishaan sangat rendah diri dan kesepian, setiap hari ia tenggelam dalam dunianya sendiri, ibarat kuda Ajaib yang terbang di langit. Akhirnya seorang guru seni berusaha menggunakan seni lukis membantu anak itu terbebas dari belenggu autismenya.

Anak-anak yang mengidap autisme disebut sebagai “anak-anak bintang”, bintang kecil di langit yang gelap. Sebenarnya sebagai orang tua dari anak-anak bintang ini juga harus ditebus. Setiap orang adalah sebuah bintang di bumi ini, yang memancarkan sinarnya yang unik.

Pada saat ketiga kali datang terapi, sang ayah sedang memarkir mobil, anak laki-laki itu sudah mengambil nomor antrian, di saat saya panggil namanya, dia berjalan masuk sendiri, dengan mata bertatapan langsung dengan saya, saya bertanya padanya, “Halusinasi  pendengaran dan penglihatanmu, apakah telah membaik?” Anak itu tersenyum dan menjawab, “Agak membaik.” Saya bertanya lagi, “Apakah kau mau menunggu ayahmu masuk baru diterapi?” Dengan spontan ia menjawab, “Baik.” Lalu pergi keluar ruangan, anak itu menjawab dengan normal, bagaiman bisa dikatakan terbelakang?

Anak laki-laki itu menghabiskan banyak waktu untuk menyalin naskah agama Buddha, membaca naskah tersebut, katanya untuk dilimpahkan bagi para arwah yang dihutanginya, dengan terheran-heran saya bertanya, “Mengapa harus dilimpahkan kepada para arwah yang kau hutangi? Kau hanya berusia 9 tahun, darimana ada arwah yang kau hutangi?” Bocah itu hanya tertawa sejenak dan tidak menjawab. Ternyata bocah itu mendapatkan informasi tersebut dari internet, segala sesuatu yang bisa membantunya melepaskan diri dari halusinasi penglihatan dan pendengaran, ia mencobanya dengan serius, bahkan mencoba konsultasi dan bimbingan dari situs internet tertentu. Terkadang juga meminta ayahnya membawanya berobat. Halusinasi pendengaran membuat bocah itu sangat gusar, hampir merasa gila, apakah itu disebut autisme?

Saya meminta anak itu mengurangi bermain internet, mengurangi waktu bermain ponsel, karena dia akan kecanduan. Perbanyak berinteraksi dengan alam, banyak berjemur matahari, banyak berolahraga, dan menguatkan unsur Yang di tubuhnya, itulah obat yang paling mujarab. Bila unsur Yang pelindung luar cukup, tubuh manusia tidak akan mudah diterobos oleh zat mikroskopis, benda/mahluk Yin tidak mudah mendekat, maka dapat mengurangi halusinasi pendengaran dan penglihatan.

Setelah itu, setiap kali datang berobat, anak itu sudah bisa bercanda, tanya jawab berlangsung lancar, tidak ada lagi masalah dalam pelajaran di sekolah. Setelah beberapa lama, dia suka ke sekolah, suka berbincang dengan teman sekelasnya, tapi suka membahas cerita-cerita horor. Tiga bulan kemudian, anak itu sudah sangat jarang mengalami halusinasi, dan menjadi bintang yang bersinar dengan kebandelannya di bumi.

Di luar hukum, masih ada hati nurani; di luar hati nurani, masih ada respek terhadap kehidupan. Naikkan sedikit laras senapanmu. (sud/whs)