Berhentilah, Lihat, dan Dengarkan

 Orang sukses adalah mereka yang kerap memperhatikan

JEFF MINICK

Dalam perjalanan kami ke taman, salah satu cucu saya mulai berlari melintasi jalan menuju ayunan dan papan seluncur. Saya memanggil bocah laki-laki itu dan menjelaskan, seperti yang sudah dilakukan orang tuanya, bahwa dua ton logam, plastik, dan karet yang melaju dengan kecepatan 50 km per jam tidak cocok dengan anak berusia 6 tahun.

“Berhentilah, lihat, dan dengarkan,” kata saya, menirukan ucapan yang seharusnya terukir di otak setiap anak.

Menilai dari cara dia terus mengamati hutan taman bermain di seberang jalan, saya cukup yakin cucu saya tidak mendengar apa pun yang saya katakan.

Banyak dari kita mudah teralihkan perhatiannya. Ketika Anda berada di cafe, misalnya, perhatikan pasangan yang sedang mengobrol. Wanita itu sedang berbicara dan melihat langsung ke arah teman pria- nya. Pria itu menganggukkan kepalanya, dan mungkin dia menangkap setiap kata yang keluar dari mulutnya, tapi matanya terus beralih ke layar lebar menonton pertandingan sepak bola.

Lebih jauh lagi, perhatikan jumlah orang di ruangan yang sedang menatap ponsel sementara orang lain di meja me- reka sedang bercakap-cakap.

Zaman kita adalah zaman gangguan yang luar biasa. Dari iklan di jalanan hingga media atau ke ponsel kita, seseorang atau sesuatu selalu berusaha menarik perhatian kita. Survei menunjukkan, misalnya bahwa karyawan setiap hari menghabiskan banyak waktu di tempat kerja untuk berselancar di internet, memeriksa media sosial, atau berbelanja online. Dan siapa yang tidak berbicara dengan atasan, teman, atau bahkan pasangan tentang beberapa hal penting, hanya untuk menyadari bahwa mereka melewatkan momen tersebut? Sebaliknya, berapa banyak dari kita yang mendengarkan masalah teman sambil secara pribadi merenungkan beberapa topik asing, seperti apakah kita akan punya waktu di akhir pekan untuk bermain tenis?

Gangguan-gangguan itu merusak kinerja di tempat kerja kita, fokus kita di rumah, dan, pada akhirnya, kemampuan kita untuk menangani masalah dengan cepat. Bahkan, pengabaian ini dapat menghancurkan pernikahan dan merusak hubungan.

Solusinya? Kita belajar untuk fokus pada suatu hal tanpa melakukan hal lain, layaknya pada saat kita belajar membaca di masa kecil kita dulu.

Berhentilah

Jika seorang teman menjulurkan kepalanya ke ruangan kantor Anda dan bertanya, “Punya waktu sebentar?” tutup laptop Anda dan persilakan dia ke kursi di depan Anda. Langsung saja, Anda telah memberi isyarat ketersediaan dan minat Anda.

Jika anak Anda yang berusia 15 tahun bertanya, “Bisakah kita bicara sebentar?” letakkan telepon, tepuk sofa di samping Anda, dan ayunkan seluruh tubuh Anda ke arahnya. Apa pun yang dia katakan, dia tahu Anda siap untuk mendengarkannya.

Berhenti berarti mematikan segala gangguan.

Lihat

Penyeberang yang tidak ingin tertabrak oleh mobil yang melintas tentunya harus melihat ke dua arah, ke kiri dan kanan jalan. Orang yang ingin memberi perhatian kepada orang lain melakukannya dengan memandang mereka. Ini memberitahu mereka bahwa kami siap untuk mendengarkan, dan mengingatkan kami untuk hadir.

Anda dapat “melihat” seseorang bahkan saat Anda sedang menelepon. Jika Anda sedang mencuci piring saat ibu Anda menelepon untuk bertanya-tanya untuk kesekian kalinya saat Anda datang berkunjung, alih-alih menggelengkan kepala dan memutar mata, letakkan serbet dan bicara padanya seolah-olah dia ada di sana dan bukan suara tanpa tubuh.

Dengarkan

Saat mendengarkan teman atau kerabat, berapa banyak dari kita yang terus menyela, menyuntikkan argumen kita ke dalam percakapan bahkan sebelum mereka selesai berbicara? Berapa banyak dari kita yang menyerap apa yang dikatakan, alih-alih membiarkan pikiran kita melayang ke berbagai arah?

Sama seperti Anda tidak dapat benar- benar mendengarkan saat menyiangi taman, menyapu lantai, atau bermain dengan telepon Anda, Anda tidak dapat mendengarkan jika Anda mencari solusi alih-alih mendengarkan masalahnya.

Mengesampingkan gangguan dan memusatkan perhatian pada orang akan meningkatkan kinerja pekerjaan kita, kehidupan cinta kita, dan hubungan kekeluargaan kita. Dan inilah kabar baik lainnya: Hanya sesederhana seperti menyeberang jalan. (osc)