Perang Rusia – Ukraina dan Situasi di Asia Timur Mendorong Kenaikan Belanja Militer Global Tahun 2022

oleh Chen Ting

Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (Stockholm International Peace Research Institute. SIPRI) menyatakan pada Senin (24/4/2023) bahwa perang antara Rusia dan Ukraina dan situasi di Asia Timur telah mendorong kenaikan permintaan belanja senjata militer global tahunan sebanyak 3,7%, sehingga mencapai rekor tertinggi sebesar USD. 2,24 triliun.

SIPRI mengungkapkan bahwa ini adalah kenaikan belanja militer global selama 8 tahun berturut-turut, tetapi cukup signifikan jika dibandingkan dengan kenaikan tahun 2021 yang cuma 0,7%. Dan Angka 3,75 Itu juga merupakan peningkatan terbesar sejak dimulainya pencatatan data pada tahun 1988.

“Kekhawatiran atas bantuan militer ke Ukraina dan meningkatnya ancaman Rusia, serta ketegangan di Asia Timur sangat memengaruhi keputusan pengeluaran di banyak negara”, demikian SIPRI melaporkan.

Menurut laporan itu, 5 negara dengan pengeluaran militer tertinggi adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, India, dan Arab Saudi, yang seluruhnya menyumbang 63% dari total belanja militer global.

Menurut laporan tersebut, pengeluaran militer Ukraina tahun 2022 telah melonjak 7,4 kali lipat dari tahun sebelumnya sehingga menjadi sebesar USD. 44 miliar, atau menyumbang 34% dari produk domestik bruto (PDB) negara tersebut. Selain itu, kenaikan belanja militer Ukraina telah menaikan posisinya dari urutan ke-36 tahun 2021 sebagai negara dengan belanja militer terbesar dunia menjadi urutan ke-11 pada tahun 2022. 

Rusia diperkirakan telah meningkatkan pengeluaran militernya sebesar 9,2% menjadi sebesar USD. 86,4 miliar sejak memulai invasi ke Ukraina pada bulan Februari 2022. Naik dari urutan ke-5 menjadi ke-3 tahun 2022.

Belanja militer di Eropa naik 13% menjadi USD. 480 miliar. Ini adalah peningkatan tahunan terbesar dalam setidaknya 30 tahun terakhir.

SIPRI lebih lanjut mengungkapkan bahwa pada tahun 2022, pengeluaran militer negara-negara Eropa Tengah dan Barat telah kembali ke tingkat selama era Perang Dingin. Negara-negara Eropa Tengah dan Barat melaporkan total pengeluaran militer tahun 2022 adalah USD. 345 miliar. Secara riil, negara-negara ini membelanjakan lebih banyak daripada yang mereka lakukan pada akhir Perang Dingin tahun 1989. Dan 30% lebih banyak daripada tahun 2013. Urutan negara Eropa dengan peningkatan terbesar masing-masing adalah Finlandia (+36%), Lithuania (+27%), Swedia (+12%) dan Polandia (+11%).

“Invasi ke Ukraina berdampak langsung pada keputusan belanja militer di Eropa Tengah dan Barat, termasuk rencana pengeluaran militer multi-tahun oleh beberapa pemerintah”, kata peneliti senior SIPRI Diego Lopes da Silva dalam laporan tersebut.

“Kami dapat berspekulasi bahwa pengeluaran militer di Eropa Tengah dan Barat akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang”, tulisnya dalam laporan.

Menurut laporan tersebut, sejauh ini, pengeluaran militer Amerika Serikat masih menjadi yang terbesar di dunia, mencapai USD. 877 miliar pada tahun 2022, merupakan 3 kali lipat dari Tiongkok. Setelah disesuaikan dengan inflasi, angka itu naik 0,7% dari tahun sebelumnya (2021). 

Namun, melonjaknya angka ini terutama karena memberikan bantuan keuangan dan militer dalam jumlah besar kepada Ukraina, yang nilai totalnya mencapai USD. 19,9 miliar pada tahun 2022.

Tiongkok adalah negara dengan belanja militer terbesar kedua di dunia, menghabiskan sekitar USD. 292 miliar pada tahun 2022. Naik 4,2% dari tahun 2021 dan 63% lebih tinggi dari tahun 2013. Ini adalah tahun ke-28 berturut-turut Beijing meningkatkan pengeluaran militernya.

Belanja pertahanan Jepang naik 5,9% menjadi USD. 46 miliar, ia menempati urutan ke-10 dunia. Korea Selatan naik ke posisi ke-9 dengan pengeluaran militernya yang sebesar USD. 46,4 miliar.

“Jepang sedang mengalami perubahan besar dalam kebijakan militer, dan pembatasan pengeluaran dan kemampuan militer pasca perang tampaknya sedang dilonggarkan”, kata laporan itu.

Pada akhir tahun lalu, Jepang memutuskan untuk memperoleh kemampuan serangan balik dan secara bertahap menggandakan anggaran belanja pertahanannya sebagai tanggapan atas meningkatnya ancaman militer dari Tiongkok dan Korea Utara. (sin)