Apa yang Diinginkan Elon Musk? Hentikan AI tapi Justru Kembangkan Sendiri

Econ Vision

Baru-baru ini, berita tentang Musk kembali mencuat ke puncak pencarian tertinggi, alasannya, seperti diketahui pada 29 Maret lalu Musk sempat menggalang ribuan petisi untuk menandatangani surat terbuka, dan menghimbau khalayak ramai agar menghentikan pengembangan AI, dengan mengatakan bahwa AI dapat membahayakan umat manusia.

Namun, menurut catatan bisnis di negara bagian Nevada, AS, sudah sejak 9 Maret lalu Musk telah mendirikan perusahaan yang diberi nama X.AI. itulah sebabnya lantas ada sejumlah komentar meragukan bahwa Musk betul-betul bermuka dua, di mulut mengatakan menghentikan pengembangan AI, tetapi ia sendiri diam-diam telah ikut ambil bagian dalam Perang AI.

Ada yang mengatakan, karena melihat ChatGPT begitu top, maka itu Musk hendak menyainginya, lalu, apakah Musk benar-benar gemas dan begitu menginginkan sebagian porsi dari bisnis ini? Atau di balik muka duanya itu, terdapat idealisme Musk yang lebih besar? 

Menurut berita di beberapa media massa, Musk adalah satu-satunya direktur di perusahaan tersebut, sekretaris perusahaan adalah mantan banker Morgan Stanley yang mengatur kekayaan Musk yakni Jared Birchall. Perusahaan swasta ini telah menjual 100 juta lembar sahamnya, tentu saja saham tersebut tidak diperjual-belikan di bursa efek, melainkan berupa investasi individu pribadi.

Di samping itu, ada juga berita yang menyebutkan, dalam beberapa bulan terakhir Musk terus merekrut programmer AI, hingga Maret lalu, sudah ada dua programmer dari divisi AI DeepMind di bawah naungan Google yang direkrutnya, juga telah dibeli sekitar 10.000 unit GPU, yakni prosesor grafis, yang mutlak harus ada dalam komputasi AI.

Sebelumnya, Musk telah berulang kali mengatakan betapa berbahayanya AI, apalagi setelah melihat ChatGPT go public, ia bahkan mendeskripsikan “ChatGPT begitu mengerikan, tak lama lagi umat manusia akan mengalami AI yang begitu kuat hingga mencapai taraf membahayakan”, setelah melontarkan kecemasan itu, menyusul pada akhir Maret lalu ia menggalang lebih dari 1.300 pemimpin teknologi berikut para penelitinya, dan menulis sebuah surat terbuka, berharap agar semua laboratorium AI menghentikan sementara pengembangan canggih yang sedang dilakukan, alasannya adalah, perlengkapan AI mungkin “akan menimbulkan bahaya yang sangat mendalam bagi masyarakat dan umat manusia”.

Musk juga mengatakan di Twitter, “OpenAI telah berpacu ke arah yang berlawanan dengan niat awal ketika didirikan bersama saya.” Namun semua orang mengetahui bahwa Musk sendiri juga merupakan salah seorang pendiri OpenAI, jadi apa yang diperlihatkan Musk dari awal sampai akhir, setidaknya bila dilihat dari permukaan, adalah hal yang sangat bertolak belakang, serta hal ini sangat membingungkan, apakah Musk benar-benar orang yang “bermuka dua”? Yang dilakukan berbeda dengan yang dikatakannya? Setelah menyuruh orang lain untuk mundur, tapi dia sendiri malah hendak maju?

Niat Awal Mendirikan OpenAI

Musk dikenal suka bertindak sekehendak hatinya, jadi kita hanya bisa menebak jalan pikirannya berdasarkan informasi yang beredar di luar. Sebetulnya, apakah niat awal Musk saat mendirikan OpenAI?

Dari informasi yang telah diketahui, sejak awal Musk telah menyadari bahwa AI akan menjadi ancaman terbesar bagi keberadaan umat manusia, ia menilai pada saat Google mengembangkan program AI yang disebut DeepMind itu, tidak memperhatikan faktor keamanan pada AI, jadi pada 2015 bersama dengan Altman didirikanlah OpenAI, tujuannya adalah menciptakan sebuah “organisasi nirlaba yang mengembangkan teknologi AI dengan cara yang paling memungkinkan untuk mensejahterakan umat manusia”.

Akan tetapi, 3 tahun kemudian yakni pada 2018, Musk meninggalkan OpenAI, dengan alasan mobil Tesla juga sedang mengembangkan teknologi AI, ia mengkhawatirkan akan timbul konflik kepentingan dengan OpenAI. Pada 2019, OpenAI mengumumkan didirikannya anak perusahaan bernama OpenAI LP yang bertujuan mencari keuntungan, menyusul kemudian Microsoft pun berinvestasi pada OpenAI.

Musk mengatakan, pada awalnya OpenAI adalah sebuah organisasi nirlaba sumber terbuka (open source, red.), tapi sekarang OpenAI telah menjadi pengkodean sumber tertutup, dan bertujuan mencari keuntungan, sudah sangat bertolak belakang dengan niat awalnya mendirikan OpenAI. Bila demikian halnya, pada awal ketika mendirikan OpenAI, seperti yang dikatakannya, Musk khawatir AI menjadi terlalu besar dan kuat, sehingga menjadi ancaman bagi umat manusia, oleh sebab itu ia hendak memahami AI, dan memikirkan cara untuk dapat mengendalikan AI.

Seperti diketahui, pada November tahun lalu telah diluncurkan ChatGPT 3.5 dan program ini telah memperlihatkan kemampuan penghasil bahasa yang sangat kuat, membuat dunia sangat terkejut karenanya, dan dengan sangat cepat, hanya 4 bulan kemudian, yakni pada Maret lalu, OpenAI kembali meluncurkan ChatGPT 4, versi yang telah di-upgrade ini telah melintasi keterbatasan bidang tunggal dan banyak model, mampu merealisasikan misi multi-moda, membuat efektivitas penghasil AI dapat melintasi bidang, tapi perkembangan yang begitu cepat itu, juga membuat banyak tokoh teknologi merasa khawatir.

Pada 29 Maret, Musk bersama lebih dari 1.300 orang eksekutif dan peneliti, di antaranya termasuk pakar top di bidang AI sekaligus peraih penghargaan Turing Award yakni Yoshua Bengio, bersama-sama menandatangani sepucuk surat terbuka, yang menghimbau agar dihentikan sementara penelitian AI, dihentikan sementara AI yang memiliki kemampuan lebih kuat daripada ChatGPT 4, dan menyatakan harus “dihentikan setidaknya 6 bulan”.

Dalam surat terbuka ini dikatakan: “Selama beberapa bulan terakhir ini, laboratorium AI telah terjerumus ke dalam suatu kompetisi yang telah kehilangan kendali, dalam mengembangkan dan menempatkan pemikiran digital yang semakin besar dan kuat, tidak seorang pun — bahkan orang yang menciptakan AI itu sendiri — dapat memahami, memprediksi atau bisa diandalkan untuk mengendalikannya.”

Dan kekhawatiran mereka, bukannya tidak beralasan, kita semua sudah melihat, baru-baru ini telah muncul serangkaian peristiwa foto palsu dan berita palsu.

Lelucon AI Menghasilkan Foto Palsu

Orang sering mengatakan “foto tidak berbohong” (pictures don’t lie, red.), tetapi sekarang hal itu belum tentu benar, karena banyak foto yang membuktikan suatu fakta itu sendiri adalah kebohongan.

Bulan lalu, begitu muncul berita tentang mantan Presiden Trump digugat, di internet telah beredar banyak foto Trump ditangkap oleh polisi New York, seperti foto yang memperlihatkan Trump sedang berlari terengah-engah di depan, sementara polisi mengejarnya dari belakang, ada juga foto Trump sedang dikeroyok oleh polisi New York, ditangkap dan lain sebagainya.

Namun faktanya, foto-foto itu adalah palsu, yang ternyata dihasilkan dengan cara diedit dengan menggunakan teknologi AI. Foto-foto tersebut adalah ulah seorang wartawan independen Inggris. Wartawan iseng itu mengatakan, ketika ia mendapat informasi bahwa Trump kemungkinan akan ditangkap, digunakannya alat gambar AI dengan memasukkan sejumlah kata kunci, dengan konten “Trump terjerembab saat ditangkap, tampilan laporan berita”. Lalu, foto-foto yang dihasilkan secara imajinasi itu disebarkannya lewat media sosial. 

Hanya dalam tempo dua hari, konten tersebut telah dilihat lebih dari 5 juta kali, dan banyak orang tertipu olehnya. Para pengguna saat meneruskannya, bahkan menambahkan sendiri kata-kata seperti “Breaking News: Trump Ditangkap di Manhattan”, “Heboh! Trump Ditangkap dan Ditahan di Penjara Federal”, dan lain sebagainya.

Ini adalah suatu peristiwa manipulasi AI yang sangat tipikal, juga sangat membuka wawasan banyak orang, selain menjadi lebih memahami “teknik ilusi” AI, semua orang juga melihatnya, di media sosial berbahasa Mandarin juga ramai dibahas, karena baru-baru ini bermunculan banyak sekali foto era 1980-an dan 1990-an hasil editan AI, dalam foto-foto itu, ada sekumpulan orang berkerumun melihat Iron Man, atau ada juga foto beberapa warga desa yang dengan santai dan ceria merangkul mahluk alien dan berfoto bersama, apalagi setiap detil pada gambar terlihat begitu nyata, membuat banyak orang yang tertipu setelah melihatnya, merasa malu akan ketidak-tahuan dirinya. Ini juga membuat banyak orang merasa khawatir, di masa mendatang apakah masih ada sejarah yang “nyata”, karena terlalu mudah bagi AI untuk mengubah apapun yang telah ada. Terutama atas sejumlah berita palsu, mungkin akan terkena pengaruh kekuasaan politik, memengaruhi pemahaman masyarakat secara diam-diam tanpa disadari, bahkan mendistorsi pandangan moral manusia.

Sejak dulu rumor atau isu selalu ada, tetapi sekarang merekayasa sebuah rumor yang menyerupai kenyataan telah menjadi begitu mudahnya, cukup beberapa kata di komputer, mengetuk beberapa tombol, maka sudah dapat dibuatkan foto, suara, dan film, yang cukup untuk mengacaukan keadaan, kemiripannya dan kemampuannya mengacaukan pemahaman masyarakat telah mencapai tahapan yang belum pernah ada sebelumnya.

Sedangkan untuk mengidentifikasi kebenaran atau kepalsuan dari konten tersebut, sejumlah tim ilmuwan, juga telah mulai mengembangkan teknologi yang dapat mendeteksi informasi yang dihasilkan dengan rekayasa AI, atau dengan kata lain, mengendalikan AI dengan AI.

Sebagai contoh, untuk mengetahui apakah seorang siswa menggunakan ChatGPT dalam mengerjakan tugas atau menulis tesisnya, ada beberapa perangkat yang dapat melakukannya, misalnya OpenAI Text Classifier, OpenAI GPT-2 Output Detector Deo, ada pula DetectGPT yang dirancang oleh Stanford University. Akan tetapi, perangkat-perangkat tersebut saat ini masih belum begitu akurat, lagi pula kecepatan pengembangan peranti lunak tersebut sama sekali tidak mampu mengejar kecepatan perkembangan AI.

Seorang peneliti dari The Carnegie Council for Ethics in International Affairs yakni Arthur Holland Michel telah mengemukakan, dari sudut pandang kebijakan, dia sendiri tidak bisa memastikan apakah masyarakat di berbagai lapisan telah siap menghadapi informasi palsu semacam ini, yang dirasakannya adalah, harus secara tuntas menghentikan kondisi semacam ini, juga dibutuhkan terobosan teknologi yang tidak terbayangkan hingga saat ini.

Ia khawatir, rekayasa seperti ini mungkin akan berkembang hingga ke orang biasa, misalnya, membuat foto palsu yang dapat merugikan mantan rekan kerja atau kolega, kondisi seperti ini bagaimana bisa dikendalikan?

Tujuan Didirikannya X.AI

Kembali ke Musk, Musk pernah beberapa kali menyinggung soal AI, pada World Government Summit 2023 ia mengatakan, ChatGPT telah membuktikan AI telah meraih perkembangan yang sulit dipercaya, tetapi ini telah menjadi suatu peristiwa yang seharusnya dikhawatirkan oleh manusia. Ia menegaskan, AI adalah salah satu risiko terbesar yang mengancam peradaban manusia di masa mendatang.

Musk berpendapat, masyarakat membutuhkan pengawasan tingkat keamanan AI, segala teknologi yang terpikirkan oleh kita ada kemungkinan akan mengancam umat manusia, seperti pesawat, mobil atau obat-obatan, dewasa ini sudah ada lembaga pengawas yang memantau tingkat keamanannya terhadap publik, ia merasa manusia seharusnya juga melakukan pengawasan serupa terhadap AI. Ia beranggapan bahaya yang ditimbulkan AI jauh melampaui mobil, pesawat, atau obat-obatan. Musk berkata, walaupun melakukan hal ini dapat sedikit memperlambat perkembangan AI, tetapi ini adalah sesuatu yang baik.

Kita bisa melihat, setiap pernyataan dan tindakan Musk, yang sejak awal hingga akhir selalu sejalan, dengan kata lain pada saat memahami manfaat AI terhadap manusia, sekaligus juga mencemaskan bencana yang akan ditimbulkan AI terhadap umat manusia, jadi Musk mendirikan perusahaan X.AI ini mungkin dikarenakan adanya dua tujuan:

Yang pertama adalah mengembangkan AI, untuk berkompetisi dengan OpenAI, serta tidak membiarkan OpenAI membesar seorang diri, dan memonopoli pasar. Tujuan kedua adalah, juga point yang paling penting, adalah lewat panduan dan pengendalian yang aktif, memastikan teknologi AI dapat mendatangkan manfaat terbesar bagi umat manusia, di saat yang sama juga secara optimal meminimalisir risiko dan bahayanya.

Mitos Terhadap “X”

Perlu diketahui, perusahaan yang didirikan oleh Musk ini adalah X.AI, lagi-lagi ada huruf X, sepertinya Musk sangat menggandrungi huruf X ini. Bisa dilihat, belum lama ini Twitter Inc. telah berganti nama menjadi X Corp. dan induk perusahaan dari X Corp adalah X Holdings Corp. Selain itu Musk juga memiliki perusahaan lain bernama X.com, yaitu bank online yang didirikan oleh Musk pada 1999, dan pada 2000 merger dengan kompetitor Confinity dan berubah nama menjadi PayPal, lalu pada 2002 setelah eBay membeli PayPal, Musk menjadi tidak ada hubungan lagi dengan PayPal. Akan tetapi pada 2017, ia membeli kembali nama domain “X.com” dari PayPal. Dan, perusahaan teknologi dirgantara milik Musk adalah SpaceX, salah satu varian Tesla adalah Model X, dan lain-lain, sepertinya ia selalu membawa ikatan emosionalnya terhadap huruf “X”.

X pada dasarnya memiliki beberapa makna antara lain “masa depan, misteri, mengasyikkan, penuh petualangan, sesuatu yang baru” dan lain sebagainya, dan ketika Musk menjadikan X sebagai huruf yang mewakili dirinya, huruf X ini sendiri sepertinya telah disematkan dengan keunikan karakter Musk yang tiada duanya itu. Dengan semangat eksplorasi dan kesadarannya terhadap urgensi, dalam jalur perkembangan teknologi AI yang dijelajahi oleh umat manusia, lagi-lagi kemungkinan ia dapat mendatangkan masa kejayaan tertentu bagi dunia kita ini.