Kota di Tiongkok Melakukan Tes Asam Nukleat saat WHO Mencabut Keadaan Darurat Kesehatan COVID-19

Kane Zhang dan Angela Bright – The Epoch Times

Beberapa jam setelah WHO mencabut peringatannya pada 5 Mei, akun WeChat resmi subdistrik Dongcheng di Dongguan mengeluarkan pemberitahuan tentang pengaturan pengujian asam nukleat.

Pemberitahuan tersebut menyerukan pengujian asam nukleat di subdistrik Dongcheng dari 6 hingga 13 Mei. Pihak berwenang akan menyediakan layanan pengujian asam nukleat secara sukarela dengan biaya tidak lebih dari 13,5 yuan ($ 1,95).

Pada 9 Mei, The Epoch Times menelepon Kantor Dongcheng untuk menanyakan masalah ini, dan seorang anggota staf mengatakan: “Atasan yang mengatur hal ini. Mereka yang memiliki tuntutan dapat mengikuti tes secara sukarela. Ini tidak wajib untuk semua orang. Biaya ditanggung sendiri.”Pada hari yang sama ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan berakhirnya keadaan darurat kesehatan masyarakat global untuk COVID-19, pihak berwenang dari sebuah subdistrik di Kota Dongguan, Provinsi Guangdong, Tiongkok, mengumumkan pelaksanaan tes asam nukleat secara sukarela selama 8 hari.

The Epoch Times menelepon sebuah B&B di Dongguan, di mana Tianni (nama samaran), seorang anggota staf, menjawab telepon.

Ia berkata : “Warga tidak melihat [hasil tes] asam nukleat di sini. Kode kesehatan [sistem] telah dimatikan, jadi apa gunanya melakukan pengujian asam nukleat?”

“Mungkin ada kelebihan perlengkapan tes asam nukleat, jadi [mereka] meminta orang awam untuk membantu mengonsumsinya?” Tianni berkata, menawarkan sebuah pengandaian.

Ia menambahkan, pengujian asam nukleat pada tahun 2022 telah membuat semua orang takut, dengan orang-orang yang bekerja melakukan tes hampir setiap hari. Saat itu, umur simpan manusia lebih pendek dari sepotong roti, kadaluarsa dalam waktu kurang dari 48 jam. 

Selain itu, Penyebutan tes asam nukleat secara tiba-tiba sekarang membuat orang merasa takut dan khawatir akan diisolasi. Apalagi, setelah liburan Hari Buruh [29 April-3 Mei], banyak orang mengalami masalah tenggorokan, seperti gatal-gatal, sakit tenggorokan, dan demam. Ada juga banyak orang yang kambuh. Mungkin virus ini menargetkan orang-orang ini. Warga juga belum menerima pemberitahuan tentang tes asam nukleat wajib.”

Pergerakan Orang

Hu Yang, wakil direktur Departemen Pengobatan Pernafasan di Rumah Sakit Paru Shanghai, baru-baru ini mengatakan kepada media Tiongkok bahwa selama periode ini, lebih banyak pasien COVID-19 yang mengunjungi klinik rawat jalan dibandingkan bulan sebelumnya. Sebagian besar dari mereka melakukan tes antigen cepat di rumah. Beberapa kambuh, dan beberapa dites positif untuk pertama kalinya. Gejala mereka yang terinfeksi untuk pertama kalinya sedikit lebih parah.

Hu percaya bahwa ini mungkin terkait dengan pergerakan orang di sekitar liburan Hari Buruh.

Menurut media Tiongkok, jumlah pasien dengan infeksi saluran pernapasan atas seperti demam juga meningkat, yang sebagian besar adalah lansia dengan kekebalan tubuh rendah, anak-anak prasekolah, dan pasien dengan penyakit kronis. Sebagian besar pasien ini mengalami demam tinggi di atas 38℃, bahkan menyebabkan pneumonia dan miokarditis.

Jumlah pasien flu babi baru-baru ini meningkat secara signifikan di seluruh Tiongkok, dengan banyak pasien yang dirawat di rumah sakit, demikian dilaporkan media Tiongkok.

Yu Yang (nama samaran), seorang penduduk Kota Changsha, Provinsi Hunan, mengatakan ketika dia hanya berjalan-jalan dengan keluarganya selama liburan Hari Buruh, dia kembali dengan demam dan lemas. Awalnya ia mengira bahwa ia hanya kelelahan. Keesokan harinya, suhu tubuhnya mencapai 38,6℃, badan dan tenggorokan terasa sakit. 

Ia minum pil ibuprofen, tetapi tidak membantu. Sudah seminggu sekarang. Ia mengalaminya berkali-kali. Dengan demam dan sakit tenggorokan, Ia tidak berani menelan apapun. Ia lelah dan mengantuk.”

Klinik Demam Wuhan

Lin Wen (nama samaran) menggambarkan situasi di mana dia bekerja di klinik demam Rumah Sakit Universitas Wuhan.

“Ada banyak pasien di klinik rawat jalan. Bagian rawat inap penuh,” kata Dr. Lin kepada The Epoch Times pada 6 Mei.

“Ada juga banyak kasus kambuhnya COVID-19 baru-baru ini. Karena [pihak berwenang] sekarang menangani COVID-19 dengan tindakan terhadap penyakit menular Kelas B dan tidak ada lagi pengujian asam nukleat yang dilakukan. Juga tidak ada obat khusus untuk COVID-19.” (asr)