Kasus COVID-19 Infeksi Ulang Merebak di Tiongkok, Kaum Muda Rentan Terinfeksi Hingga Kasus Cacar Monyet di Beijing-Guangzhou

Wang Yanqiao

Kasus baru COVID-19 di Tiongkok terus merebak dengan munculnya infeksi ulang, membuat kaum muda rentan terinfeksi. Pada saat yang sama, cacar monyet telah memasuki Beijing dan Guangzhou menimbulkan kekhawatiran.

Li Xu, seorang profesor di Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok, mengatakan, “Saya sangat sibuk dengan rekan-rekan di rumah sakit akhir-akhir ini sehingga saya tidak dapat berbicara dengan mereka sampai gelombang COVID-19 kedua ini berakhir. Salah satu ciri khas dari kembalinya COVID-19 kedua kali ini adalah jumlah infeksi pada orang muda  lebih tinggi. Wang Guiqiang, Direktur Departemen Penyakit Menular di Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, memperingatkan bahwa begitu infeksi terjadi, penting untuk memastikan diagnosis dan intervensi sejak dini melalui pengujian antigen atau asam nukleat.”

Pada 11 Juni, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok merilis laporan mengenai kasus serius dan fatal dari infeksi virus corona baru, yang mengklaim bahwa pada Mei, Tiongkok memiliki 2.777 kasus serius dan 164 kasus fatal. Jumlah kunjungan rawat jalan demam (klinik) meningkat dari 183.000 pada 1 Mei 2023 menjadi 360.000 pada 16 Mei, sebelum berfluktuasi menjadi 294.000 pada 31 Mei.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepositifan COVID-19 meningkat dengan cepat dari 8,8% pada minggu ke-17 (24 April-30 April) menjadi 40,7% pada minggu ke-20 (15 Mei-21 Mei) dan kemudian secara perlahan menjadi 42,5% pada minggu ke-21 (22 Mei-28 Mei).

Situasi sebenarnya tidak diketahui karena Partai Komunis Tiongkok menutupi fakta yang sebenarnya.

Bloomberg melaporkan pada 12 Juni bahwa tingkat kepositifan COVID-19 yang dikonfirmasi di rumah sakit di seluruh Tiongkok telah meningkat lebih dari empat kali lipat sejak April, mendekati puncak infeksi COVID-19 pada awal Januari, menurut data pengawasan yang dirilis oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok.

Laporan tersebut mengklaim bahwa penghentian mendadak program nol kasus COVID-19 di Tiongkok pada akhir tahun 2022 menyebabkan lonjakan infeksi COVID-19 yang memuncak pada akhir tahun tersebut. Pada saat itu, tiga dari setiap lima orang yang datang ke rumah sakit dikonfirmasi terinfeksi COVID-19. Airfinity memprediksi bahwa gelombang kedua epidemi di Tiongkok akan menginfeksi 112 juta orang.

Cacar Monyet menghantam Beijing dan Guangzhou di Tengah-tengah Merebaknya Kasus Baru COVID-19 

Masyarakat Guangdong berkata : “Sudah ada banyak orang di sekitar kami yang terkena infeksi ulang, dan baru-baru ini ada dua kasus cacar monyet di Guangzhou dan dua kasus di Beijing. Sebut saja, tidak ada habisnya. Saya penasaran dengan cacar monyet ini, saya klik gambarnya juga, Anda tahu? Saya peringatkan Anda, jangan melihatnya. Dan setelah membacanya, saya berpikir, “Lebih baik Anda tetap hidup daripada terinfeksi cacar monyet itu, terlalu menakutkan.”

Pada 10 Juni, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Guangdong mengeluarkan pengumuman yang mengatakan bahwa dua kasus cacar monyet terdeteksi di Guangzhou, seorang pria berusia 43 tahun dan seorang pria berusia 29 tahun. Sebelumnya, pada 6 Juni, CDC Beijing juga melaporkan dua kasus infeksi virus cacar monyet.

Pada 12 Juni, dilaporkan di Internet bahwa kasus cacar monyet telah terdeteksi di Wuxi, tetapi situasi sebenarnya tidak diketahui. Berita tersebut menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat, dan beberapa menyerukan “semua orang untuk membersihkan tubuh mereka dan mencintai diri mereka sendiri.”

Li Tongzeng, kepala Departemen Infeksi di Rumah Sakit Beijing Youan, mengatakan, “Cacar monyet adalah infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh virus cacar monyet. Gejala utamanya adalah demam, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening. Ruam paling sering terjadi di wajah, kemudian di batang tubuh, anggota badan dan bahkan di sekitar area genital anus. Setelah dua hingga empat minggu, ruam ini secara bertahap melepaskan keropengnya dan dapat meninggalkan bekas luka dan hiperpigmentasi. Bekas luka dan hiperpigmentasi pada wajah dapat berlangsung selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, atau bahkan satu atau dua tahun, dan dapat berdampak pada penampilan.” (Hui)