Uni Eropa Melarang Penggunaan Sistem Pengenalan Wajah lewat Amandemen Undang-Undang Kecerdasan Buatan

oleh Lin Yi

Pada Rabu (14/6), Uni Eropa mengusung proposal untuk mengubah “Undang-Undang Kecerdasan Buatan”, yang akan sepenuhnya melarang penggunaan sistem pengenalan wajah di tempat umum, dan mewajibkan perusahaan teknologi untuk secara jelas mengidentifikasi konten yang dihasilkan AI.

Presiden Parlemen Eropa Roberta Metsola mengatakan : “Selamat ! Amandemen tersebut sudah disahkan UE.”

Parlemen Eropa dengan perolehan 499 suara mendukung pengesahan amandemen berbanding 28 suara menolak secara resmi akan memberlakukan larangan penggunaan sistem pengenalan wajah di tempat umum. Dan, meminta kecerdasan buatan generatif seperti ChatGPT untuk mengidentifikasi dengan jelas konten yang dihasilkan kecerdasan buatan.

Brando Benifei, Kementerian Perlindungan Lingkungan dan Pelapor untuk Undang-Undang Kecerdasan Buatan mengatakan : “Kami telah memulai dialog dengan seluruh dunia untuk membangun AI yang bertanggung jawab secara global.”

Uni Eropa telah menghabiskan beberapa tahun untuk membahas undang-undang tentang kecerdasan buatan setelah produk AI generatif seperti ChatGPT menjadi populer, Uni Eropa telah merevisi rancangan undang-undang dalam beberapa bulan terakhir untuk menghadapi tantangan dan risiko baru.

Roberta Metsola mengatakan : “Dalam menghadapi masa depan, kami memerlukan batasan yang jelas dan berkelanjutan untuk menangani kecerdasan buatan. Dalam hal ini, kami tidak akan berkompromi : setiap kali kemajuan teknologi terjadi, itu harus berjalan seiring dengan hak-hak fundamental kami dan nilai-nilai demokrasi.”

UE masih perlu bernegosiasi dengan 27 negara anggotanya sebelum rancangan undang-undang AI dapat menjadi undang-undang.

Setelah RUU disahkan, perusahaan yang melanggar peraturan akan didenda hingga 30 juta euro (setara USD. 33 juta) atau 6% dari pendapatan tahunan global perusahaan. Bagi raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft, denda bisa mencapai miliaran dolar. Sanksi berat seperti itu akan mendorong perusahaan teknologi untuk berhati-hati dalam pengembangan AI. Sebelumnya, OpenAI, perusahaan induk ChatGPT, telah menyatakan bahwa pihaknya baru akan memutuskan apakah mundur dari Eropa setelah diterbitkannya versi final RUU tersebut. (sin)