Rusia Tiba-Tiba Mengubah Definisi “Demiliterisasi”, Diduga Sebagai Alasan Menarik Pasukan dari Ukraina

Aboluowang

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dalam sebuah wawancara pada 17 Juni bahwa salah satu “operasi militer khusus” Rusia yakni “demiliterisasi” telah tercapai, yang berarti bahwa Rusia pada dasarnya telah berhasil menghancurkan sistem persenjataan dalam negeri Ukraina, meskipun Ukraina kemudian menerima senjata yang lebih kuat dan canggih dari Amerika Serikat dan NATO, namun tujuan Rusia telah tercapai. Pernyataan ini telah menimbulkan interpretasi dunia luar bahwa Rusia sedang mempersiapkan penarikan pasukannya dari Ukraina.

Di awal Rusia menginvasi Ukraina tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa perang itu merupakan “operasi militer khusus” Rusia yang ditujukan untuk mencapai “demiliterisasi” dan “denazifikasi”. 

Baru-baru ini, Putin mengatakan bahwa “demiliterisasi” untuk melenyapkan industri militer Ukraina masih terus berlanjut, yang memaksa Ukraina sepenuhnya bergantung pada senjata Barat. Dengan demikian, tahapan dalam operasi militer Rusia dapat dikatakan telah tercapai.

Dalam hal ini, Zhang Jiadong, seorang profesor di Pusat Studi Amerika dan direktur Pusat Studi Asia Selatan Universitas Fudan di Tiongkok berpendapat, bahwa dengan melihat situasi dari serangan balik pasukan Ukraina baru-baru ini yang berhasil merebut kembali wilayah yang diduduki dan membuat tentara Rusia terus mundur, pihak Rusia tampaknya sedang mencari alasan guna menutupi rasa malu dari penarikan pasukannya. 

Zhang Jiadong menjelaskan bahwa sikap Rusia saling bertolak belakang, hanya mengubah-ubah konsep saja. Di satu sisi, Rusia memperingatkan Barat agar tidak membantu Ukraina dengan memasok senjata, tetapi di sisi lain, menyatakan bahwa pasokan senjata Ukraina oleh Barat itu merupakan indikator terwujudnya “demiliterisasi”. Selain itu, Rusia menggunakan “demiliterisasi” sebagai alasan untuk menekankan bahwa invasi hanya bertujuan untuk melenyapkan industri militer Ukraina daripada personel. Itu untuk mencari legitimasi perang. Sekarang mengklaim bahwa tentara Ukraina telah kehilangan kemampuan untuk memproduksi senjata secara mandiri.

Zhang Jiadong lebih lanjut menjelaskan, bahwa tentara Ukraina yang awalnya melawan penyerang dengan menggunakan senjata lawas buatan Uni Soviet, sempat babak belur terkena gempuran pasukan Rusia.

Namun, setelah menerima bantuan senjata Barat, tentara Ukraina berangsur-angsur berubah menjadi tentara ala NATO yang dapat beradaptasi dengan peperangan modern, malah kemampuannya melebihi persenjataan tentara Rusia sehingga berhasil membalikkan situasi perang. Dari perspektif perdamaian dunia, juga merupakan kabar baik jika militer Rusia benar-benar ingin mengakhiri perang invasinya di Ukraina, meskipun alasannya dibuat-buat.

Setelah menerima bantuan senjata dari negara Barat, tentara Ukraina secara bertahap telah berubah menjadi tentara yang modern.