Pakar Tiongkok Gordon Chang : Jika Kebijakan Tak Berubah, AS dan Tiongkok Akan Pecah Perang

NTDTV.com

Baru-baru ini Gordon Chang, seorang pakar masalah Tiongkok, memperingatkan dalam wawancara eksklusif dengan NTD   mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) menganggap perang antara Rusia dan Ukraina sebagai perang antara dirinya dan proksi Amerika Serikat. Jika Amerika Serikat tak mengubah sikapnya terhadap kebijakan Partai Komunis Tiongkok, maka perang antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan pecah.

“Ini adalah salah satu momen paling berbahaya dalam sejarah dan kita harus siap. Kita harus sadar bahwa kecuali sesuatu berubah, kita akan berada dalam perang,” kata Gordon Chang dilaporkan pada Sabtu (8/7/2023).

Penulis buku  “The China’s Coming Collapse” yang diterbitkan pada Juli 2001, menyebutkan bahwa dia percaya bahwa salah satu pemicu pecahnya perang AS-Tiongkok adalah krisis di Selat Taiwan.

Gordon Chang juga berkata : ” Kita tidak memiliki kewajiban hukum untuk membela Taiwan, kita tidak memiliki perjanjian pertahanan timbal balik, yaitu tidak memiliki Pasal 5, tidak seperti, misalnya, AS dan Jepang. Masalahnya adalah jika PKT berhasil menginvasi Taiwan, mereka harus memberlakukan blokade. Dan, agar blokade tersebut berhasil, blokade tersebut harus cukup luas yang mencakup wilayah Jepang.  Jadi, dalam artian, kewajiban kita untuk membela Taiwan akan dipicu oleh kewajiban kami untuk membela Jepang.”

Ia percaya bahwa medan perang Ukraina juga menentukan nasib Taiwan.

Gordon Chang, seorang pakar isu Tiongkok di AS. (Li Sha/Epoch Times)

Rusia dan Ukraina sedang berperang, tetapi PKT percaya bahwa ini adalah perang antara dirinya dan wakil Amerika Serikat. Jadi ia percaya bahwa nasib Taiwan kemungkinan besar bergantung kepada medan perang Ukraina. Sayangnya,  (pemerintah Amerika Serikat) tidak melihatnya seperti itu. Gordon berpikir Anda akan melihat Rusia akhirnya mempertahankan wilayah Ukraina, yang akan membuka jalan bagi perang di Asia Timur,” kata Gordon Chang.

Ia menilai kebijakan pemerintahan Biden yang membangun saluran komunikasi dengan PKT tidak akan berhasil, hal ini juga terlihat dari reaksi PKT setelah Biden mengatakan bahwa Xi Jinping adalah seorang diktator.

“Biden baru saja mengatakan apa yang dia pikirkan, yang sebenarnya adalah kebenaran. Xi Jinping adalah seorang diktator. Akibatnya, di Beijing, semuanya menjadi meledak, dan Kementerian Luar Negeri mengamuk. Mereka memanggil duta besar AS untuk Tiongkok. Ini menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa keras Anda mencoba, Anda berurusan dengan rezim jahat dan hal seperti ini terjadi,” ujarnya.

Gordon menjelaskan bahwa AS harus mengubah kebijakannya saat ini dan mengirimkan pesan yang jelas kepada Beijing, atau perang tak akan terelakkan.

“Tidak ada yang menginginkan perang. Tapi yang perlu kita lakukan adalah mengubah kebijakan kita. Saya pikir Presiden Biden perlu mengatakan secara terbuka bahwa AS akan membela teman-teman dan sekutu AS, AS akan membela Taiwan, dan menjelaskan kepada [Partai Komunis] Tiongkok bahwa harga yang harus dibayar untuk menginvasi Taiwan, Jepang, Filipina, India, akan sangat mahal,” ujarnya.

Selain itu, dari sudut pandang moral, Gordon percaya bahwa Amerika Serikat memiliki kewajiban untuk menghukum rezim yang melakukan genosida, dan pada saat yang sama harus mengakui bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) adalah rezim yang suka berperang dan jahat yang tidak mungkin untuk mempertahankan hubungan diplomatik yang normal.

Apalagi, ada Konvensi Genosida 1948, di mana Amerika Serikat menjadi salah satu pihak di dalamnya, dan di mana AS memiliki kewajiban untuk mencegah dan menghukum genosida. AS belum melakukan itu. Jadi, jika Anda ingin memiliki sistem hubungan multilateral, maka Anda harus menghormati kewajiban Anda.” (Hui)