Hujan Lebat dan Banjir di Timur Laut Tiongkok Diperkirakan Akan Menyebabkan Harga Beras Global Meroket

Alex Wu

Dua topan dahsyat menghantam wilayah Utara dan Timur Laut Tiongkok selama beberapa minggu terakhir, mengakibatkan hujan lebat dan banjir parah merendam banyak lahan pertanian.

Sebuah laporan terbaru dari sebuah perusahaan pemeringkat kredit terkemuka, Fitch Ratings, mengatakan bahwa harga beras global akan meroket karena banjir di Tiongkok, yang merupakan produsen beras terbesar di dunia.

“Hujan lebat di wilayah timur laut Tiongkok yang merupakan penghasil biji-bijian yang akan mengurangi hasil panen kemungkinan besar akan meningkatkan tekanan pada harga beras global yang sudah tinggi,” demikian prediksi Fitch Ratings dalam laporan terbarunya.

“[Efeknya] pada harga jagung seharusnya terbatas karena tingginya suplai global,” tulis laporan tersebut.

Tiga provinsi di bagian utara dan timur laut Tiongkok – Mongolia Dalam, Jilin, dan Heilongjiang – menyumbang 23% produksi beras Tiongkok.

Topan Doksuri dan Khanun mempengaruhi ketiga provinsi tersebut dalam beberapa minggu terakhir, dengan Doksuri sebagai salah satu badai terburuk yang melanda Tiongkok utara dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan banjir parah di banyak daerah.

Khanun mendarat di pesisir Kota Zhuanghe di timur laut Provinsi Liaoning pada 11 Agustus, yang membawa hujan lebat ke Semenanjung Liaodong, Heilongjiang bagian tengah dan timur, Jilin bagian tengah dan timur, Liaoning bagian timur dan selatan.

Fitch menunjukkan bahwa banyak area produksi biji-bijian utama di tiga provinsi tersebut  terdampak oleh hujan lebat dan banjir yang disebabkan oleh Topan Doksuri pada awal Agustus, dan mereka harus menghadapi “banjir lagi saat Topan Khanun bergerak ke utara.”

Media daratan Tiongkok melaporkan bahwa 10 sungai di Provinsi Heilongjiang telah melampaui batas peringatan ketinggian air, dan tiga waduk kecil telah melampaui batas ketinggian air. Video yang diposting di media sosial menunjukkan tanggul sungai jebol dan air merendam sebuah desa, hanya menyisakan atap rumah yang terlihat.

Basis Produksi Beras Dipukul Keras

Banyak daerah di Heilongjiang, seperti Kota Wuchang, merupakan basis produksi padi yang penting bagi negara, tetapi lahan suburnya tenggelam dan menghancurkan mata pencaharian para petani. Laporan Fitch Ratings menyebutkan dampaknya dapat memperparah krisis suplai pangan di Tiongkok pada tahun ini.

Menurut statistik awal yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Kota Wuchang, area penanaman padi di Kota Wuchang sekitar 2,5 juta mu (166730,485 hektar), dimana lebih dari 1 juta mu (66368,4453 hektar) telah terendam banjir.

Li Jun (nama samaran), seorang penduduk desa di Kota Wuchang, mengatakan kepada The Epoch Times pada 16 Agustus bahwa 90 persen produksi beras di desanya telah ludes total dan Kota Minle, tempat desanya berada adalah daerah penghasil beras utama di Wuchang.

Ia memperkirakan kerugian produksi beras di Wuchang akibat banjir dapat mencapai 30 hingga 40 juta yuan (Rp 63 hingga 83 Miliar).

“Kami semua bekerja sia-sia selama setahun, tidak ada yang tersisa setelah satu kali banjir. Dibutuhkan waktu tiga tahun untuk mendapatkan kembali apa yang  hilang pada tahun ini,” katanya.

Ladang gandum yang terendam banjir di timur laut Tiongkok akan mengurangi hasil panen tahun ini, menurut Fitch Ratings.

“Hal ini akan mengangkat harga biji-bijian domestik Tiongkok dan kemungkinan akan mendorong impor yang lebih tinggi pada 2H23 untuk mengimbangi sebagian potensi kehilangan hasil panen,” yang akan mendorong harga beras global lebih tinggi lagi, kata laporan itu.

Harga beras global telah mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir, menurut Food and Agriculture Organization All Rice Price Index.

Selain beras, perusahaan pemeringkat kredit ini menunjukkan betapa banjir juga berdampak pada palawija lainnya, seperti jagung dan kedelai yang ditanam di Provinsi Mongolia Dalam, Jilin, dan Heilongjiang.

Namun, tingkat kerusakan yang diakibatkan hujan lebat dan banjir masih belum jelas, kata laporan tersebut, dan menambahkan bahwa Tiongkok diperkirakan akan mengimpor lebih banyak kedua biji-bijian tersebut tahun ini daripada tahun lalu.

Menimbun Biji-bijian

Komentator urusan terkini yang berbasis di Kanada, Wen Zhao, mengatakan dalam acara bincang-bincangnya di NTD bahwa ia memeriksa catatan dan menemukan bahwa belum pernah terjadi sebelumnya bahwa “tiga provinsi di timur laut Tiongkok disapu oleh dua topan kuat dalam dua minggu, terutama di kota Mudanjiang, Wuchang, dan Shulan di mana orang-orang harus menghadapi dua kali banjir akibat topan.”

Wen juga mencatat panjangnya waktu yang tidak biasa dari Khanun, yang dimulai pada 28 Juli dan menghantam timur laut Tiongkok pada 11 Agustus. Topan biasanya berlangsung selama enam sampai tujuh hari.

Ia mengatakan upaya pencegahan dan bantuan bencana dari pihak berwenang, terutama saat banjir baru-baru ini di Beijing, Hebei, dan Timur Laut, menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk menangani krisis semacam itu.

“Rakyat Tiongkok tidak dapat mengandalkan Partai Komunis Tiongkok,” kata Wen.

Dia menyarankan agar “setiap keluarga di Tiongkok sebaiknya menyimpan makanan kering di rumah seperti beras yang dapat bertahan selama enam bulan” untuk menghindari kelaparan.

Gu Xiaohua dan Xiao Lusheng berkontribusi dalam laporan ini