Runtuhnya PKT Telah Menjadi Konsensus Internasional, Zhongnanhai Cuma Mengulur-Ulur Waktu

NTD

Rezim Partai komunis Tiongkok (PKT) sedang berada dalam kepungan masalah baik internal maupun eksternal. Yan Chungou, orang media senior asal Tiongkok percaya bahwa runtuhnya PKT telah menjadi konsensus internasional, hanya saja waktu dan bentuknya tidak diketahui. Tampaknya  Zhongnanhai (kantor pusat pemerintahan PKT) yang tidak berdaya mengatasinya cuma berupaya mengulur-ulur waktunya.

Pada 14 Agustus, Yan Chungou memposting tulisannya yang berjudul “Runtuhnya PKT telah menjadi konsensus, masalah hanya soal waktu dan bentuknya” di akun Facebook. Artikel tersebut mengatakan bahwa PKT sedang menghadapi krisis keruntuhan, yang telah menjadi konsensus internasional sejak tahun ini, dan komentar serupa semakin banyak muncul.

Xu Chenggang, seorang cendekiawan Tionghoa-Amerika, dalam sebuah wawancara baru-baru ini mengemukakan 3 kemungkinan prospek yang bakal dihadapi PKT, yaitu pertama Xi Jinping dipaksa mundur oleh kudeta yang terjadi dalam partai. Kedua, adalah krisis keuangan menyebabkan krisis ekonomi dan politik. Dan yang ketiga adalah PKT mengandalkan kekerasan otoriter untuk menunda krisis sosial.

Yan Chungou percaya bahwa saat ini Xi Jinping memegang kekuasaan penuh, sehingga kekuatan oposisi internal tidak dapat berbuat banyak, andaikata terjadi kudeta mungkin skupnya kecil, bahkan jika terjadi pun, tidak dapat menyelesaikan krisis yang dihadapi PKT. Akibat karakteristik PKT yang tak terubahkan, serta ucapannya yang tidak dapat dipegang atau dipercayai, bahkan jika pemimpinnya diganti orang lain dan melakukan “reformasi dan keterbukaan”, juga tidak akan ada orang yang mau mempercayainya lagi.

Krisis keuangan memicu krisis ekonomi dan politik yang saat ini sudah terjadi, dan otoritas PKT juga semakin sulit untuk mengendalikan kerusuhan sosial yang muncul di mana-mana. Meskipun pihak berwenang dari tahun ke tahun terus meningkatkan tekanan kekerasan dan melakukan pengawasan berteknologi tinggi untuk menghadapi protes publik, jika skala protes terus membesar, niscaya PKT akan kewalahan dalam upaya untuk menyelamatkan diri.

Upaya untuk menunda meletusnya krisis sosial, inilah yang sedang dilakukan otoritas PKT saat ini. Ketika gelembung real estat pecah, otoritas PKT tidak mengizinkan pengembang real estat melakukan likuidasi karena takut memicu reaksi berantai. Tetapi karena begitu banyak real estat yang terbengkalai, keuangan negara tidak mampu untuk dibebani tanggungjawab penyelamatannya, bahkan berbagai masalah yang dihadapi pengembang real estat juga tidak dapat diatasi. Jadi cepat atau lambat keruntuhan pasti terjadi. Semakin lama menunda penanganan masalah akan membuat masalah semakin rumit dan besar, semakin sulit untuk diatasi, yang akhirnya dapat memicu efek domino. 

Di pihak eksternal, raksasa Wall Street yang selama ini masih berpihak kepada Tiongkok, bahkan berpendirian bahwa Tiongkok masih berprospek, kini mulai mengubah nada. Begitu pula semakin banyak media asing yang tidak lagi pro-Tiongkok. Baru-baru ini, bahkan Presiden AS Joe Biden pun secara terbuka menyatakan bahwa PKT adalah “bom waktu” yang setiap saat bisa meledak.

Sejak awal tahun ini, angka ekonomi Tiongkok terus menurun. Bencana alam dan bencana buatan manusia datang silih berganti, dan keadaanya berbeda antar satu dengan tempat lainnya, yang mengingatkan banyak orang Tionghoa terhadap tanda-tanda bakal terjadi perubahan zaman. Bahkan Xi jinping sendiri dalam pidatonya kerap mengingatkan seluruh anggota ihwal partai sudah berada dalam situasi sekarat. 

Ini menunjukkan bahwa keruntuhan PKT sudah tidak terelakkan lagi, masalahnya hanya soal kapan dan dalam bentuk apa keruntuhannya.

Yan Chungou percaya bahwa PKT mungkin masih dapat bertahan beberapa tahun lagi. Sejak awal tahun ini, badan usaha milik negara dan swasta berturut-turut telah merumahkan dan memotong gaji karyawan mereka. Pemerintah daerah juga satu per satu jatuh ke dalam krisis keuangan, bahkan gaji anggota keamanan dan polisi di Kota Shenyang mulai sulit diberikan. Jika gaji anggota keamanan publik dan polisi bersenjata ini pun harus tertunda pembayarannya, siapa lagi yang bersedia membela PKT ? Aparat yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai alat kekerasan ini dapat hancur lebur kapan saja.

Artikel itu mengatakan bahwa upaya PKT untuk menguras (kekayaan) sistem medis dan kesehatan sebenarnya sama dengan apa yang dilakukan Mao Zedong di masa lampau, yakni “ganyang tuan tanah untuk mendapatkan hartanya”. Jika pemerintah sudah kehabisan dana, maka ia akan menjarah harta kekayaan warga dari rumah ke rumah. Namun, pendekatan “manangkap ikan dengan membuang habis air kolam” ini jelas bukan jalan keluar yang baik.

Otoritas PKT terus memotong sumber penghasilan mereka sendiri, dan mereka terus melakukan perbuatan ekstrim, mempraktikkan diplomasi serigala perang untuk menyinggung perasaan orang atau negara lain. Seakan sedang melangkahkan kakinya di atas jalan yang menuju kematiannya.

Artikel tersebut juga menyinggung soal sikap PKT terhadap utang pemerintah daerahnya, yakni “anak siapa, siapa yang harus menggendongnya”, alias masing-masing pemda wajib menanggung sendiri pembayaran hutang-hutangnya. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga Komite Sentral PKT telah terpuruk dan tidak akan bertahan lama. Rakyat Tiongkok harus siap mental sepenuhnya, karena hari jatuhnya PKT segera akan tiba. (sin)