Pengendalian Hama Alami: Kekuatan Tersembunyi dari Kulit Lidah Buaya

EtIndonesia. Lidah buaya, yang dikenal karena khasiat obatnya, mengungkap rahasia baru. Para peneliti telah menemukan bahwa kulit tanaman lidah buaya yang dibuang, sering dianggap sebagai limbah pertanian, dapat menjadi kunci pengendalian hama alami. Temuan inovatif ini akan dipresentasikan pada pertemuan American Chemical Society musim gugur mendatang.

Dr. Debasish Bandyopadhyay, pemimpin penelitian tersebut, mengatakan perlunya menemukan cara untuk memanfaatkan jutaan ton kulit lidah buaya yang dibuang di seluruh dunia setiap tahun.

Selama kunjungan ke fasilitas produksi lidah buaya, Dr. Bandyopadhyay memperhatikan bahwa sementara serangga memangsa tanaman lain, daun lidah buaya dihindari oleh mereka. Pengamatan ini membangkitkan rasa ingin tahunya dan dia meminta sampel kulit yang dibuang untuk dipelajari lebih lanjut.

Meskipun gel lidah buaya digunakan oleh tukang kebun sebagai pestisida alami, namun kulitnya masih diabaikan. Pada skala industri, kulitnya biasanya digunakan sebagai biomassa untuk meningkatkan kualitas tanah di pertanian lidah buaya. Namun, praktik ini mempunyai dampak terhadap lingkungan karena penguraian limbah pertanian melepaskan metana dan gas rumah kaca lainnya.

Dr. Bandyopadhyay melihat peluang untuk memenuhi permintaan insektisida dan pengelolaan limbah. Dengan memanfaatkan potensi kulit lidah buaya sebagai pengusir serangga, ia bertujuan untuk membuat produksi lidah buaya lebih berkelanjutan. Timnya di Universitas Texas Rio Grande Valley memulai dengan mengeringkan kulitnya secara alami untuk menjaga bioaktivitasnya.

Para peneliti menemukan bahwa ekstrak heksana mengandung octacosane, senyawa yang dikenal memiliki khasiat membunuh nyamuk. Namun, ekstrak diklorometana (DCM) terbukti menjadi insektisida yang lebih ampuh.

Menggunakan teknik modern seperti kromatografi cair kinerja tinggi-spektrometri massa, lebih dari 20 senyawa diidentifikasi, enam di antaranya menonjol karena sifat insektisidanya: octacosanol, subenniatin B, dinoterb, arjungenin, nonadecanone, dan asam quillic.

Dengan penelitian inovatif ini, kulit lidah buaya bisa menjadi alternatif alami yang berharga dibandingkan pestisida sintetis. Ini tidak hanya akan membantu mengendalikan infestasi serangga, tetapi juga akan mempromosikan pendekatan produksi lidah buaya yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.(yn)

Sumber: earth-chronicles