Informasi Internal di Hebei, Tiongkok : Korban Bencana Berencana Berkumpul dan Menuntut Kompensasi

 Li Yun/Luo Ya/Gu Xiaohua/Wang Mingyu

Beberapa hari  lalu, banjir besar menerjang Tiongkok Utara dan Tiongkok Timur Laut. Terjangan banjir ini terjadi di banyak tempat tanpa peringatan sehingga menyebabkan banyak korban jiwa dan harta benda. Dokumen internal Partai Komunis Tiongkok (PKT) menunjukkan bahwa para korban bencana di banyak tempat di Hebei berorganisasi untuk membela hak-hak mereka dan menuntut kompensasi. Aparat PKT bergerak untuk mengumpulkan informasi guna menstabilkan dan mengendalikan para korban.

Hingga 26 Agustus, hampir sebulan berlalu sejak banjir Beijing-Tianjin-Hebei, kini masih banyak korban  tidur di jalanan karena rumah mereka hancur diterjang banjir. Beberapa korban juga membersihkan rumah mereka yang penuh dengan sampah dan lumpur. 

Pada 23 Agustus, para korban bencana di Kota Bazhou mendatangi pemerintah kota untuk ketiga kalinya untuk meminta kompensasi. Dilaporkan banyak penduduk desa yang terluka.

Wang, seorang korban bencana di Kota Bazhou, Provinsi Hebei berkata: “Saya pergi ke pemerintah kota untuk meminta RMB. 1.000 . Mereka mengatakan di Langfang bahwa uang tersebut telah ditransfer ke Bazhou. Akant tetapi, Pemerintah kota menolak membayar RMB. 1.000 per orang dan memukuli wanita tersebut. Kemudian orang-orang di desa pergi untuk berbicara dengan mereka, justru mereka terus memukuli penduduk desa. Kemudian, dengan marah, sebanyak 3.000 penduduk desa pergi dan memecahkan kaca balai kota .”

Informasi internal di Hebei yang diperoleh NTD menunjukkan bahwa polisi siber Hebei mengumpulkan intelijen di berbagai platform online untuk menstabilkan para korban yang membela hak-hak mereka dan menuntut kompensasi. Termasuk bagi korban yang menekan ketidakpuasan terhadap pelepasan banjir yang tidak beralasan dari pihak berwenang. Kemudian menerapkan pengendalian untuk mencegah insiden massal.

Lai Jianping, seorang Magister Hukum Internasional jebolan China University of Political Science and Law berkata: “Sentimen masyarakat umum dan opini publik sekarang telah meningkat ke tingkat opini publik yang mengancam keberadaan rezim. Mereka lebih takut, jadi ini adalah tingkat dari opini publik umum ke intelijen yang menunjukkan bahwa mereka melakukan tindakan lebih berbahaya, perlawanan rakyat juga semakin terkonsentrasi.

Sejak awal Agustus, terjadi gelombang protes para korban bencana di banyak tempat di Provinsi Hebei yang menuntut kompensasi. Dalam “Formulir Pengumpulan Informasi Terkena Dampak Bencana” yang dikeluarkan oleh otoritas Hebei kepada para korban di Zhuozhou, mereka tidak hanya perlu menyelidiki apakah para korban adalah “anggota Partai”, tetapi juga “apakah mereka memiliki catatan petisi” untuk mengevaluasi tingkat bencana.

Menurut para analis, hal ini berarti pemohon dan pembela hak asasi manusia dapat dicabut kualifikasi kompensasinya.

Data pengendalian stabilitas internal Hebei juga menunjukkan bahwa banyak korban mengeluh dan tidak diberitahukan tentang pelepasan banjir dan rumah mereka terendam banjir.Namun, pejabat setempat secara selektif meminta beberapa orang untuk mendaftar kompensasi daripada membayar kompensasi kepada semua korban.

Lai Jianping berkata: “Partai Komunis paling baik dalam mengendalikan mayoritas dengan sedikit orang. Sekarang ada begitu banyak korban bencana, 1.000 di antaranya turun ke jalan, maka mereka akan menyuap orang yang menjadi pencetus demonstrasi dan memberikan mereka lebih banyak kompensasi sehingga mereka tidak ikut campur lagi.”

Menurut rencana penyelamatan dan kompensasi banjir yang dikeluarkan oleh otoritas Baoding pada 13 Agustus, para korban dengan registrasi penduduk tetap akan diberi kompensasi sebesar 70% dari kerusakan air pada rumah mereka; 50% hingga 70% dari properti mereka yang lain akan diberi kompensasi. Namun penilaian ganti rugi terhadap korban bencana ditentukan oleh para ahli.

Korban bencana di Kota Bazhou berkata: “Anda bilang tidak marah? Setelah banjir, rumah masyarakat biasa rusak parah dan kerusakannya terlalu banyak. Para ahli  pergi ke rumah untuk mengevaluasi, mereka masuk ke rumah, tetapi tidak melihat atau mengeceknya. Pintu ruangan telah rusak, tidak bisa diperbaiki . Ubin lantai juga retak, bagaimana cara memperbaikinya? Ubin lantai perlu diganti. Tahukah Anda? Dinding rumah ini retak dan rumahnya tenggelam, bagaimana cara memperbaikinya?”

Sebagai dampak dari Topan Doksuri, dari  29 Juli hingga awal Agustus, banyak tempat di Tiongkok Utara dan Tiongkok Timur Laut terendam banjir tanpa peringatan, membanjiri banyak kota dan desa.  Bahkan beberapa desa rata dengan tanah.

Namun demikian, menurut kebijakan penyelamatan dan kompensasi yang dikeluarkan oleh otoritas Baoding pada 11 Agustus, kompensasi untuk setiap korban hanya RMB.20.000 , dan RMB.9 per mu diberikan kepada mereka yang kehilangan hasil panen. Pihak berwenang Hebei mengumumkan 29 kematian, yang jauh lebih rendah dari perkiraan publik sebesar 100.000 kematian. Laporan ini berarti bahwa banyak kerabat korban mungkin tidak dapat menerima kompensasi.

Wu Shaoping, seorang pengacara hak asasi manusia Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat: “Bagi para korban Zhuozhou, Bazhou dan Hebei, bencana alam semacam ini sepenuhnya karena PKT demi melindungi apa yang disebut Kawasan Baru Xiongan sehingga mengorbankan hak dan kepentingan hukum masyarakat Hebei. Dalam hal ini, mereka harus diberikan kompensasi penuh.”

Ia juga percaya bahwa karena korupsi yang meluas di kalangan pejabat PKT, mustahil bagi para korban bencana  menerima kompensasi yang wajar.

“Pertama-tama, mereka tidak memiliki data statistik historis tentang kompensasi semacam ini. Bahkan jika ada data statistik, PKT tidak akan memberi mereka kompensasi penuh atas kerugian. Dia pasti akan menahan dana bantuan bencana ini berlapis-lapis  atau menggunakan berbagai nama yang menyamar untuk menggelapkan dana bantuan bencana tersebut. Misalnya, dia akan memberikan dana bantuan bencana tersebut kepada kerabat dan temannya sendiri. Apalagi, ditambah dengan fakta bahwa setiap tingkat organisasi menutup-nutupi fakta dari masyarakat sehingga sangat sulit  dana bantuan  menjangkau para korban biasa,” kata Wu Shaoping. (Hui)