Untuk Menyelamatkan Ibuku, Aku Menikah dengan Pria Cacat, Ketika Aku Hamil, Suamiku Selalu Keluar Malam, Ketika Tahu Alasannya, Aku Menangis!

EtIndonesia. Aku lahir di desa pegunungan yang miskin dan terbelakang. Meskipun sekarang abad ke-21 dan Internet sudah sangat berkembang, banyak orang di desa kami bahkan tidak tahu apa itu komputer.

Ketika aku berusia lima tahun, ayahku meninggal karena sakit, meninggalkan aku dan ibuku untuk bergantung satu sama lain.

Ibuku hanya sekolah kelas satu sekolah dasar, dan dia gemetar ketika menulis namanya, tetapi demi membesarkan aku, dia menjadi wanita yang sangat tangguh dan kuat, melakukan segala macam pekerjaan kotor, dan tidak mau menikah lagi.

Untuk membantu ibuku, sepulang sekolah, aku pergi ke hutan untuk mengambil jamur dan menjualnya. Hutan itu sepi, dan ada banyak jamur liar.

Untuk setiap sen dari mejual jamur, aku enggan untuk membelanjakannya, dan semuanya aku serahkan kepada ibuku, untuk biaya sekolah dan biaya hidup.

Meskipun kami hidup miskin, tetapi ibu memberiku semua cinta, dan tidak pernah membiarkan aku merasakan tekanan hidup dan rasa rendah diri.

Pakaian yang kami kenakan, meskipun tua, namun sangat bersih. Ibuku sering mengatakan kepadaku bahwa orang yang tidak ingin miskin harus rajin belajar.

Ibuku dan aku menjalani hari-hari kami dengan rendah hati, menantikan hari esok dengan harapan. Tetapi ada keadaan yang tidak terduga. Ketika aku berusia 19 tahun, ibuku mengembangkan tumor di kepalanya, yang perlu operasi. Biaya operasinya 900.000 yuan.

Jumlah uang ini, bagi kami sungguh luar biasa banyaknya.

Kerabat dan teman-teman berinisiatif untuk meminjamkan uang kepada kami, tetapi di daerah kami yang miskin dan terpencil ini, kami tidak bisa mengumpulkan banyak uang.

Saat itu aku bekerja sebagai guru sekolah dasar dengan penghasilan yang tidak seberapa. Menghadapi perubahan ibu yang tiba-tiba, aku tidak tahu harus berbuat apa.

Keesokan harinya, Nenek Wang dari desa datang ke rumah, dia adalah seorang mak comblang yang terkenal.

Nenek Wang memberi tahuku bahwa keluarga Zhang Qiang di desa tetangga bersedia membantu ibuku untuk membayar operasi selama aku mau menikah dengannya.

Zhang Qiang dulunya adalah teman sekelas sekolah semasa SD. Saat itu, kakinya tidak cacat. Dia sangat pintar.

Suatu kali, dia dan teman-teman sekelasnya juga pergi ke gunung untuk mencari jamur, tetapi mereka jatuh dari tebing, saat menyelamatkan teman sekelasnya, kaki Zhang Qiang tertindih, dan dia menjadi cacat sejak saat itu.

Sejak dia menjadi cacat dan sakit, anak-anak di desa itu enggan bermain dengannya, tetapi ibuku meminta aku untuk mengunjunginya dengan membawakan telur. Bagaimanapun, kami adalah teman sekelas.

Kemudian, ketika aku pergi ke kota untuk belajar di sekolah menengah pertama aku tidak pernah mendengar tentang Zhang Qiang lagi.

Meskipun Zhang Qiang patah kaki, dia sangat baik. Meskipun aku tidak memiliki rasa cinta dengannya, demi ibuku, akupun setuju untuk menikah dengannya, dan keluarga Zhang Qiang juga menepati janji mereka untuk membayar operasi ibuku.

Setelah menikah, meskipun kaki Zhang Qiang cacat, dia merawat aku dengan sangat baik. Perlahan-lahan aku mengembangkan perasaan kepadanya.

Kemudian, ketika aku hamil, Zhang Qiang mulai keluar rumah pada malam hari, dan aku merasa khawatir dan curiga.

Dia belun kembali malam itu. Aku bangun pada jam dua tengah malam dan keluar untuk mencarinya. Ketika aku membuka pintu,aku terkejaut meliha sosok orang duduk di luar pintu. Dia bangun ketika dia melihatku keluar, buru-buru berlari dan meraih tanganku: “Istri, maafkan aku, aku membangunkanmu.” Dia menyentuh perutku dengan rasa bersalah terlihat di wajahnya.

“Zhang Qiang, kenapa kamu kamu duduk di luar!” kataku dengan penuh heran.

“Aku takut mengganggumu dan bayinya…” jawabnya.

Ternyata sejak aku hamil, suamiku ingin melakukan lebih banyak pekerjaan untuk mendapatkan lebih banyak uang untuk aku dan anakku, jadi dia pergi ke sawah untuk berburu udang karang dan kodok setiap malam untuk dijual.

Ibuku sakit dan telah menghabiskan seluruh tabungan keluarga. Dia takut aku akan menderita, jadi dia mencoba mencari uang. Ketika dia kembali, jam satu atau dua. Agar tidak membangunkan aku, dia duduk di luar sampai subuh…

Aku menangis dan memeluknya erat-erat. Meskipun kakinya cacat, dia memberi aku dan ibuku tempat yang aman. (yn)

Sumber: uos