Rumah Sakit di Tiongkok Kembali Kewalahan Menghadapi Epidemi COVID-19, Banyak Pasien Mengalami “Paru-Paru Putih”

Pihak rumah sakit mengganti definisi penyakit menjadi Infeksi Pneumonia Mycoplasma

 oleh Xiong Bin dan Zhong Yuan 

Epidemi COVID-19 kembali merebak di daratan Tiongkok. Rumah sakit penuh sesak dengan warga yang berobat. Banyak anak-anak mengalami gejala demam tinggi, “paru-paru putih” dan kesulitan bernapas. Namun, rumah sakit mengganti penyakit akibat terinfeksi virus COVID-19 ini menjadi Infeksi Pneumonia Mycoplasma.

Epidemi yang kembali merebak ini, selain meningkatkan jumlah pasien 3 kali positif terinfeksi, juga memicu infeksi Pneumonia Mycoplasma di banyak tempat di Tiongkok pada Agustus. Banyak anak-anak yang tertular, membuat rumah sakit anak-anak penuh sesak. Penyakit ini nyaris tidak berbeda dengan orang yang terinfeksi virus COVID-19, yang terutama ditularkan melalui droplet, menimbulkan gejala demam tinggi, paru-paru putih, sesak napas, dan kehilangan nafsu makan.

Reporter NTD yang mencoba menelepon rumah sakit anak-anak di Beijing, Henan, dan tempat-tempat lain pada 1 September untuk mengetahui situasi, gagal menghubungi mereka karena saluran sibuk untuk waktu yang lama, tetapi suara dari rekaman telepon Rumah Sakit Anak Beijing mengingatkan, agar pengunjung mengenakan masker N95 selama berada dalam rumah sakit. Hal ini menandakan bahwa epidemi masih gawat.

“Pasien anak dan orang tua yang mendampingi agar memasuki area rumah sakit melalui pemeriksaan keamanan dari  gerbang timur. Disarankan agar personel yang memasuki area medis tanpa kecuali untuk memakai masker N95 selama berada dalam rumah sakit,” demikian bunyi suara rekaman di telepon Rumah Sakit Anak Beijing.

Gejala khas “paru-paru putih” yang muncul ketika wabah merebak pertama kali di Kota Wuhan 3 tahun lalu tampaknya muncul kembali dalam jumlah besar di Tiongkok baru-baru ini. (foto Internet)

Masyarakat di Tiongkok percaya bahwa pihak berwenang mengganti nama untuk menutupi epidemi tersebut. Media resmi melaporkan bahwa epidemi yang melanda Tiongkok pada paruh pertama tahun ini adalah influenza A, dan pada paruh kedua tahun ini menjadi “Pneumonia Mycoplasma”. Faktanya, gejalanya sama persis dengan COVID-19.

BACA JUGA : COVID-19 Kembali Bangkit di Tiongkok, Pendiri Falun Gong : Virus Menargetkan PKT

Warga Jilin bermarga Li mengatakan : “Pneumonia Mycoplasma jadi melejit sekarang, istilahnya digunakan untuk menggantikan COVID-19. Apa bedanya gejala paru-paru putih karena terinfeksi COVID-19 dengan gejalah akibat terinfeksi Pneumonia Mycoplasma ? Sama saja, bukan ! Sekarang rumah sakit terlalu konyol. Sejak kebijakan epidemi dilonggarkan, tidak ada lagi pihak yang menaruh kepedulian. Penularan virus terjadi sangat cepat, epidemi sebesar ini di Tiongkok telah dibungkamkan.”

Warga Shanghai bermarga Liu mengatakan, bahwa dirinya telah terinfeksi sejak 2 minggu lalu. Dia melihat banyak orang tua dan anak-anak yang terinfeksi mengantri untuk menemui dokter di rumah sakit.

“Saya juga mengalami batuk parah. Sudah hampir dua minggu dan masih belum pulih. Banyak orang datang ke rumah sakit. Rumah sakit komunitas paling-paling cuma memberikan obat batuk. Mereka tidak melakukan pemeriksaan apa itu akibat terinfeksi virus COVID-19. Kalau mau berobat ke rumah sakit tripel A, harus membayar mahal”, kata Mr. Liu.

Pada Desember tahun lalu, setelah otoritas Partai Komunis Tiongkok melonggarkan kebijakan pengendalian, gelombang epidemi ini telah datang berulang kali, karena itu banyak orang curiga ada yang salah dengan vaksin buatan dalam negeri Tiongkok.

Mr. Sun, warga Nanjing mengatakan : “Saya mengalami demam, pilek, dan batuk beberapa waktu lalu. Istri saya juga mengalami hal yang sama. Kami tidak pergi untuk memeriksanya. Mungkin itu adalah COVID-19. Sama halnya yang terjadi di akhir bulan Desember dan Januari. Tenggorokan saya sakit selama beberapa hari. Istri saya juga seperti ini, sekarang saya jadi curiga sepertinya ada yang salah dengan vaksin buatan Tiongkok. Kapok ! Saya tidak mau mendapatkan vaksin itu lagi”.

Warga Beijing bermarga Han mengatakan : “Setiap hari kita ini hidup dalam suasana kebohongan. Jangan pernah percaya lagi dengan hal-hal itu. Itu semua adalah propaganda. Siapa tahu ? Sekarang sudah tidak ada orang yang mau percaya. Jadi vaksinasi dulu itu palsu, beruntung saya tidak termakan propaganda mereka. Saya juga tidak melakukan suntikan vaksin juga tidak melakukan tes asam nukleat, tetapi sampai saat ini saya baik-baik saja bukan.” (sin)