BlackRock Menutup Reksa Dana Ekuitas Tiongkok Setelah Diperiksa Kongres AS

Perusahaan Investasi Multinasional Amerika BlackRock menutup sebuah reksa dana luar negeri yang berfokus pada Tiongkok di tengah pengawasan kongres atas dugaan perannya dalam mengarahkan dolar AS ke perusahaan-perusahaan Tiongkok yang masuk dalam daftar hitam

Eva Fu

BlackRock menutup sebuah dana offshore yang berfokus pada Tiongkok di tengah pengawasan kongres atas dugaan perannya dalam mengarahkan dolar AS ke perusahaan-perusahaan Tiongkok yang masuk dalam daftar hitam.

Dalam sebuah surat baru-baru ini kepada para pemegang saham, Chairwoman BlackRock Global Funds, Denise Voss, mengatakan bahwa manajer investasi terbesar di dunia ini akan menutup China Flexible Equity Fund karena “kurangnya minat dari para pemegang saham” dan biaya investasi untuk mempertahankan keberlangsungan reksadana ini, yang ia katakan “tidak sesuai dengan kepentingan para pemegang saham.”

BlackRock bermaksud untuk melikuidasi semua aset di bawah dana tersebut dan menebus semua saham yang beredar pada 7 November. Pemegang saham yang ada memiliki opsi untuk mengalihkan investasi mereka ke reksa dana lain, menjual kembali saham mereka sebelum tanggal likuidasi, atau menerima pembayaran otomatis untuk saham ketika reksa dana ditutup.

Dibuka pada Oktober 2017, China Flexible Equity Fund memiliki nilai aset sekitar $21,4 juta pada akhir Agustus. Reksa dana ini mencatat pengembalian negatif 16,7 persen pada tahun 2021, angka yang hampir dua kali lipat pada tahun 2022, menjadi negatif 30,5 persen.

Penutupan dana tersebut dilakukan hanya sebulan setelah Komite Khusus DPR tentang Partai Komunis Tiongkok memulai penyelidikan terhadap BlackRock dan penyedia indeks investasi MSCI terkait dugaan investasi di perusahaan-perusahaan Tiongkok yang dianggap bermasalah oleh pemerintah AS.

Kedua perusahaan ini bersama-sama memfasilitasi investasi di lebih dari 60 entitas Tiongkok yang terkena sanksi AS terkait masalah keamanan nasional atau hak asasi manusia, kata para anggota parlemen, dengan mencatat bahwa tinjauan mereka jauh dari komprehensif dan oleh karena itu jumlah perusahaan Tiongkok yang diuntungkan kemungkinan besar lebih tinggi. Di lima dana, BlackRock telah menginvestasikan lebih dari $429 juta pada perusahaan-perusahaan Tiongkok yang bertentangan dengan kepentingan AS, menurut komite DPR.

Salah satu entitas Tiongkok yang paling banyak diinvestasikan di China Flexible Equity Fund adalah Tencent, raksasa teknologi yang didukung pemerintah Tiongkok yang telah membantu Beijing dalam membungkam perbedaan pendapat dan menyebarkan propaganda melalui aplikasi perpesanan WeChat. Dua perusahaan lainnya adalah operator pembangkit listrik tenaga air milik negara, China Yangtze Power dan Nari Technology, pemasok peralatan tenaga listrik terbesar di negara ini.

Dalam menanggapi penyelidikan kongres, BlackRock mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mereka “mematuhi semua undang-undang pemerintah AS yang berlaku” mengenai “semua investasi di Tiongkok dan pasar di seluruh dunia” dan mencatat bahwa mereka adalah salah satu dari 16 manajer investasi yang menawarkan dana indeks AS yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan Tiongkok.

Perusahaan ini tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai penutupan reksa dana Tiongkok.

Namun secara keseluruhan, ada tanda-tanda kewaspadaan yang meningkat dari para investor AS terhadap pasar Tiongkok. Pemulihan ekonomi yang telah lama diharapkan setelah rezim tersebut mencabut kebijakan COVID-19 yang ketat belum terjadi. Sebaliknya, negara ini menghadapi perlambatan ekonomi, dengan penurunan tajam dalam perdagangan, jutaan anak muda Tiongkok yang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan, krisis perumahan, dan meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat.

Pada Agustus, Presiden Joe Biden menandatangani perintah eksekutif untuk membatasi investasi AS di Tiongkok dalam teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan semikonduktor, dengan alasan adanya risiko bagi keamanan nasional AS.

Bagi investor AS, “tidak ada yang lebih besar daripada ketegangan perdagangan saat ini antara AS dan Tiongkok,” kata Gary Dugan, kepala investasi di Dalma Capital yang berbasis di UEA, sebuah platform investasi alternatif global dan investor Tiongkok , kepada The Epoch Times.

Lingkungan peraturan Tiongkok juga menghadirkan tantangan yang semakin besar bagi investor asing. Pada Juli, Tiongkok secara resmi memperluas undang-undang anti spionase yang dapat mengkriminalisasi kegiatan bisnis biasa. Pihak berwenang tahun ini juga telah memerintahkan penggerebekan terhadap kantor Bain & Co. di Shanghai dan kantor perusahaan uji tuntas Mintz Group di Beijing. Pada  Mei, mereka mengatakan kepada operator lokal dari “struktur informasi penting” untuk berhenti membeli produk dari pembuat chip AS, Micron Technology.

“Semakin sering saya mendengar dari bisnis Amerika kalau Tiongkok tidak dapat diinvestasikan karena terlalu berisiko,” kata Menteri Perdagangan Gina Raimondo pada 29 Agustus dalam sebuah kunjungan resmi ke Tiongkok. Ia mengatakan bahwa ia telah melakukan 120 hingga 150 panggilan telepon dengan para pemimpin bisnis dan buruh untuk mempersiapkan kunjungan ini.

Para investor asing telah melepas saham-saham Tiongkok pada rekor tertinggi di Agustus karena ekonomi Tiongkok terus menurun. Data dari skema perdagangan Stock Connect Hong Kong menunjukkan bahwa penjualan oleh para pedagang luar negeri di pasar ekuitas RRT mencapai sekitar $11 miliar selama tiga minggu sejak 7 Agustus.

Pada awal Agustus, HSBC mengatakan bahwa mereka telah memangkas eksposur properti komersial Tiongkok sebesar $5,5 miliar pada akhir Juni dibandingkan dengan tahun lalu. Standard Chartered juga mengurangi eksposurnya menjadi $3 miliar, dari $3,7 miliar tahun lalu. (asr)