Keaslian Teguran Para Sesepuh Sulit Dibedakan, Reformasi di Jalan Buntu Tak Perdebatkan Keaslian

DR Xie Tian

Rumor bahwa sesepuh PKT (Partai Komunis Tiongkok) menegur Xi Jinping di Beidaihe telah memicu perbincangan hangat di dalam maupun luar negeri. Orang yang menilai hal itu beralasan dan ada kemungkinan terjadi, juga orang yang menilai bahwa itu hanya rumor dan sama sekali tidak mungkin, masing-masing memiliki argumennya, membuat banyak orang merasa sulit membedakan kebenarannya. 

Tapi alasan realita yang telah memicu rumor ini, adalah lagi-lagi masyarakat Tiongkok telah tiba pada titik kritis, PKT kembali mengalami saat dimana krisis mengintai dan waktunya untuk meneriakkan slogan “reformasi” lagi. Seberapa besar kesempatan bagi PKT untuk melakukan reformasi bertransformasi secara tuntas? 

Apakah masih ada kesempatan bagi PKT untuk melakukan reformasi? Walaupun PKT benar-benar berniat reformasi, masihkah ia mempunyai peluang itu? Kecaman para sesepuh PKT, antara asli dan palsu; dan reformasi di tengah kebuntuan, bisa asli bisa pula palsu, bahkan yang palsu bisa dikatakan asli, bisa pula drama palsu diperankan palsu, hanya agar PKT sekedar bisa bertahan hidup sementara?

Penulis editorial dari surat kabar Jepang Nikkei Asia yakni Katsuji Nakazawa menjelaskan, menurut penuturan nara sumber, pada rapat Beidaihe musim panas kali ini kepala negara PKT Xi Jinping ditegur oleh para sesepuh PKT karena persoalan arah nasional. Katsuji Nakazawa adalah staf senior surat kabar Nikkei Jepang sekaligus penulis editorialnya. Nakazawa sempat menjadi wartawan koresponden selama 7 tahun di Tiongkok, kemudian diangkat menjadi direktur kantor cabang Tiongkok, dan pada 2014 memenangkan penghargaan Vaughn-Ueda Prize.

Dari pengalaman Nakazawa dan ketelitian pelaku media massa Jepang, menurut penulis, pemberitaannya memiliki tingkat kredibilitas yang cukup tinggi. Yang dijelaskan oleh Nakazawa, politik dalam negeri Tiongkok sedang mengalami tanda-tanda pergolakan, itu sebabnya Xi Jinping tidak menghadiri KTT G20 yang telah diadakan di India, dan digantikan oleh PM Li Qiang (dibaca: li chiang). Karena absennya Xi Jinping dari KTT G20 adalah untuk pertama kalinya, maka pergolakan di kalangan petinggi PKT, situasi kritis akibat kecaman para sesepuh, serta prediksi oleh Xi Jinping akan kemungkinan timbulnya krisis situasi politik, sepertinya telah menjadi alasan yang dapat dipercaya absennya Xi Jinping dalam KTT G20.

Nakazawa secara tajam menyebutkan, pertanda bergolaknya politik dalam negeri Tiongkok, telah muncul pada rapat Beidaihe musim panas ini. Walaupun diskusi non-formal dalam rapat tertutup ini tidak pernah diungkap secara resmi, tapi banyak rincian dalam rapat telah muncul ke atas meja. Rapat kali ini dibandingkan 10 kali rapat Beidaihe sebelumnya selama Xi Jinping menjadi Sekjend PKT sejak 2012, sangat berbeda sekali. Menurut penuturan nara sumber, pada rapat Beidaihe tahun ini, sekelompok sesepuh PKT yang telah pensiun, dipimpin oleh Zeng Qinghong, telah menegur Xi Jinping dengan cara yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Pasca kejadian, Xi Jinping menyampaikan kekecewaannya kepada para staf kepercayaannya.

Tokoh awam menilai, berita ini tidak bisa dipercaya, karena pengawasan ketat ala pengawal kerajaan Xi Jinping, para sesepuh sama sekali tidak mungkin berkumpul secara diam-diam di Beijing, lalu mengirim utusannya untuk pergi ke Beidaihe menegur Xi Jinping secara resmi. Melihat situasi biasanya, para sesepuh kalangan tinggi PKT, dalam Kongres Nasional ke-20 pada Oktober tahun lalu, di bawah sorotan media massa dari seluruh dunia, melihat bagaimana Xi Jinping mengeluarkan paksa Hu Jintao, mantan pemimpin PKT yang telah berusia 80 tahun meninggalkan ruang rapat dengan “dikawal”, seharusnya mereka akan ketakutan, tidak berani terang-terangan atau berkumpul diam-diam, apalagi diam-diam berkomplot menentang pusat. 

Tetapi, jika para sesepuh, para mantan penguasa merasa kehancuran partai dan negara telah menjadi bahaya di depan mata, sehingga kemakmuran dan posisi mereka, berikut juga kemakmuran dan posisi anak cucu mereka sudah terancam, dan ekonomi Tiongkok akan runtuh, rakyat Tiongkok mungkin sewaktu-waktu akan menggulingkan kekuasaan partai komunis, maka mempertimbangkan untung rugi berikut risikonya, mereka mungkin akan menempuh risiko untuk berkumpul, baik di berbagai jamuan makan, acara minum teh, atau reuni, untuk bertukar informasi intelijen dan pandangan, setelah mencapai kata sepakat, lalu mengutus Zeng Qinghong sebagai perwakilan, dan pergi ke Beidaihe menemui Xi Jinping secara langsung, hal ini sangat memungkinkan.

Poin penting teguran sesepuh PKT, adalah perekonomian Tiongkok yang terus merosot dengan kondisi yang tak pernah terjadi sejak “reformasi keterbukaan” pada akhir 1970-an, kebangkrutan di sektor properti terus terjadi, tingkat pengangguran kaum muda memburuk, ditambah lagi banyaknya perwira tinggi di Angkatan Roket yang dilengserkan, yang telah menimbulkan kericuhan di tubuh militer; mantan Menlu RRT Qin Gang yang tak tentu rimbanya, dan tidak ada kabar beritanya, hal ini telah membuat kalangan diplomatik RRT bergolak kacau, menimbulkan kekhawatiran yang amat sangat di kalangan sesepuh PKT, dan merasa kondisi ini tidak bisa dibiarkan, mereka bahkan mulai merasakan bahaya keruntuhan sudah di depan mata. 

Menurut pernyataan Nakazawa, maksud utama yang ingin disampaikan oleh para sesepuh PKT adalah, jika politik, ekonomi, dan sosial terus bergejolak, dan tidak diambil tindakan antisipasi yang efektif, maka PKT akan kehilangan dukungan publik, hal ini akan mengancam kekuasaannya!

Setelah mengalami serangan tiba-tiba seperti itu, jelas Xi Jinping kewalahan, ia bahkan tak mampu membuat sistem totaliter yang dibangunnya dengan susah payah, bahkan oleh kalangan dalam maupun luar negeri telah diakui telah melampaui Mao Zedong, berikut kekuatan deterensinya yang dahsyat itu memainkan peran yang berarti, justru secara tak disengaja membiarkan Zeng Qinghong dan para pengikut Jiang Zemin lainnya mengorganisir diri secara efektif, dan mengecamnya secara terbuka dan bersamaan, yang membuat Xi Jinping hanya bisa menangkis tanpa ada kewibawaan untuk bisa memberi perlawanan. 

Perang tatap muka di Beidaihe pada musim panas kali ini, seharusnya merupakan awal kegagalan Xi Jinping. Karena setelah mendapat kritikan dari para sesepuh, Xi Jinping tidak mampu dengan cepat membalasnya, dan hanya bisa berkumpul dengan orang-orang kepercayaannya, menyampaikan kekecewaan, dan keluhannya, “Masalah yang diwariskan oleh 3 pemimpin terdahulu ada di pundak saya. Selama sepuluh tahun terakhir saya terus membereskan semua masalah itu, tapi masalahnya tetap tak terselesaikan. Apakah itu dosa saya?” Dengan menunjukkan kelemahan dirinya, kelompok Zeng Qinghong dan orang-orang di baliknya akan meremehkan Xi Jinping, ternyata Xi Jinping hanya macan kertas, tidak sehebat penampilannya, jadi lain kali kubu Zeng dan sisa komplotan dari kubu Jiang akan mengecam dengan lebih keras, dan lebih cepat, sehingga akan lebih mengancam Xi Jinping.

“Pemberantasan korupsi di bidang medis” belum lama ini datang begitu heboh dan berskala tinggi, kemudian mendadak meredup, dan tak berkelanjutan. Penyebabnya adalah hampir semua mekanisme pemerintahan RRT, mulai dari pemerintahan sampai perdagangan, pendidikan, dan kesehatan, semuanya telah membusuk total.

Seperti dikatakan warganet, pemberantasan korupsi di dunia medis oleh Xi Jinping seperti seorang pengidap kanker yang hendak mengobati penyakit, mulai dari laporan diagnosa, masalah yang tidak besar bisa dilakukan bedah. Tapi begitu dibedah, didapati ternyata masalahnya terlalu besar: tumor itu menempel di arteri pembuluh darah, juga menempel pada saraf tulang belakang, tumor yang bertumpuk dan berjuntai itu memenuhi seluruh organ tubuh. 

Jika operasi itu diteruskan, pasien akan mati di tempat, terpaksa bukaan operasi itu harus ditutup lagi, dan tidak dibahas lagi, berpura-pura seolah tidak ada masalah. Pemberantasan korupsi di dunia medis jika diteruskan, maka industri medis akan kolaps, Rumah Sakit 301 yang biasa melayani para sesepuh PKT, juga akan ikut terseret di dalamnya.

Saat terjadinya kecaman dan “himbauan maut” di Beidaihe itu, di grup WeChat dalam negeri Tiongkok akhir Agustus lalu telah beredar artikel yang berlatar belakang, dengan judul yang mengejutkan, diam-diam juga memiliki konten inti teguran Beidaihe, antara lain: “ekonomi Tiongkok mengalami kondisi parah yang belum pernah terjadi dalam 40 tahun terakhir, hanya reformasi berani jalan keluarnya”, “kondisi parah ekonomi yang tak pernah terjadi dalam 45 tahun terakhir, harus reformasi total sebagai jalan keluar”, “menghadapi situasi buruk di luar yang belum pernah terjadi selama 40 tahun lebih, harus menyalakan semangat kebangkitan Tiongkok”, “sinyal penting: Tiongkok mengalami kesulitan ekstrem ekonomi dan situasi dalam dan luar negeri, harus reformasi”, dan lain sebagainya. 

Perekonomian Tiongkok telah terjerumus ke dalam kemerosotan parah, dan selangkah demi selangkah sedang mengalami depresi, dan dalam lima atau sepuluh tahun ke depan tidak terlihat adanya kesempatan untuk berbalik arah, atau kembali bergairah, dan menggerakkan kembali roda ekonomi. Bahkan umpan balik dari dalam negeri Tiongkok pun menunjukkan, sudah terlambat! Semua sudah terlambat!

Mengenai himbauan Xi Jinping awal September lalu, “agar memperluas membuka diri di bidang telekomunikasi, pariwisata, hukum dan layanan di bidang lain”, himbauan ini sudah terlambat, bahkan seperti lelucon, mengira modal dan masyarakat internasional adalah orang-orang bodoh. Kesalahan yang terjadi bisa diperbaiki, tapi itu pun seharusnya dilakukan sebelum kehilangan segalanya. 

Kini kelompok pemodal sudah mulai lari keluar, diperbaiki atau tidak, sudah tidak penting lagi. Di saat menghadapi jalan buntu ini, PKT melakukan reformasi atau tidak, reformasi asli atau palsu, reformasi yang putus sambung, apapun yang dikeluarkan sekarang sudah terlambat. 

Yang lebih parah lagi adalah, bagi Xi Jinping, ternyata dia adalah serigala, pernah menjadi prajurit serigala, sepuluh tahun memerintah, berhasil menempa pengawal kerajaan dan tentara keluarga Xi, juga terus dilakukan diplomasi ala prajurit serigala; tapi kini ekonomi runtuh, dalam dan luar negeri kesulitan, lawannya di internal PKT, para sesepuh penguasa sebelumnya, telah menyadari satu hal pasca konflik di Beidaihe, ternyata Xi Jinping hanyalah seekor domba berjubah serigala yang di dalamnya lemah! Para pria tua di dewan senatus PKT itu, adalah serigala jahat yang sebenarnya, tadinya sudah mulai sekarat, sekarang ibarat mencium bau amis darah, dan melihat ada peluang baru.

Julius Caeser dibunuh di senatus, akankah tragedi serupa terulang lagi di Xinhuamen (Pintu gerbang dari Zhongnanhai) atau di Yingtai (kantor dan kediaman pimpinan PKT)? (sud/whs)