Dengan Bantuan Setara Rp 12,8 Juta, Kompetisi Kualitas Sperma Mahasiswa Henan, Tiongkok Memicu Kontroversi

Baru-baru ini, Zhengzhou, Henan, Tiongkok meluncurkan kompetisi kualitas sperma untuk mahasiswa, yang menarik perhatian opini publik online. Tindakan ini dituding tidak etis dan diduga “mendonorkan sperma secara curang”

oleh Liming/Yun Tao

Baru-baru ini, platform resmi Bank Sperma Manusia Provinsi Henan  mengumumkan bahwa “Kompetisi Kualitas Sperma” selama 50 hari akan diadakan untuk mahasiswa di Zhengzhou. Kompetisi ini akan didasarkan pada konsentrasi, motilitas, volume sperma, tingkat kelainan sperma. Nantinya, si pemenang akan diberikan penghargaan. 

Seperti diwartakan NTDTV, Kamis (15/9) penyelenggara menetapkan bahwa peserta kompetisi harus berusia antara 20 dan 40 tahun, “tinggi badan di atas 1,65 meter, bebas dari penyakit genetik dan penyakit menular, miopia kurang dari 600 derajat dan achromatopsia akromatik.”

Selain itu, siapa pun yang pertama kali pergi ke bank sperma untuk memeriksa kualitas sperma akan menerima biaya transportasi sebesar RMB.50 , dan tes kualitas sperma gratis senilai RMB.125 . Setelah lulus tes, anda secara resmi dapat mendonorkan sperma sebesar RMB.200 satu kali, dan Anda dapat mendonor sebanyak 20 kali, dengan total total RMB.4.000. Menyelesaikan proses donasi sperma di atas akan menghasilkan hadiah tambahan sebesar RMB. 2.100 , dengan subsidi tunai maksimum sebesar RMB.6.100 atau Rp 12.8 juta. 

Seorang dokter bermarga Zuo yang menjawab panggilan konsultasi mengenai acara tersebut mengatakan kepada media berkata, “Kami menghimbau mahasiswa untuk berdonasi kali ini karena mahasiswa memiliki kualitas yang lebih baik.” Dokter secara khusus mengingatkan bahwa peserta haruslah mahasiswa yang pernah tinggal di Zhengzhou untuk waktu yang lama. Setelah itu, hasilnya akan dipublikasikan secara anonim dalam bentuk data.

Berita yang relevan dengan cepat memicu reaksi publik. Netizen Tiongkok meninggalkan komentar: “Di mana etikanya?” “Semuanya berantakan!” “Hal-hal aneh terjadi setiap tahun, terutama tahun ini.” “Bisakah kamu berhenti mempermalukan diri sendiri?” “Jangan merugikan mahasiswa, oke?” Sedangkan netizen lainnya mempertanyakan bahwa apa yang disebut “kegiatan kompetisi” ini sebenarnya adalah bentuk terselubung dari menipu mahasiswa agar “mendonorkan sperma.”

(Tangkapan Layar halaman web)

Di tengah kontroversi tersebut, aktivitas terkait diam-diam dihentikan.

Seorang netizen bernama “Xia Cong Heavy Rain” menerbitkan analisis bahwa keinginan anak muda di Tiongkok untuk memiliki anak saat ini telah mencapai titik terendah. “Generasi sebelumnya belum menyelesaikan misi ‘jembatan’, tetapi generasi ini tidak lagi bersedia menjadi ‘jembatan’. Saya tidak begitu tertarik pada ‘sisi lain’ lagi.”

Artikel tersebut menyatakan bahwa saat ini, populasi usia kerja di Tiongkok telah menurun secara signifikan, biaya tenaga kerja meningkat, dividen demografis telah berubah menjadi tanggung jawab demografis, dan pengeluaran pensiun dan asuransi kesehatan menjadi semakin besar.

Artikel tersebut menunjukkan bahwa terutama pada tahun ini, gelombang pengangguran sedang merajalela, kaum muda perlahan-lahan tersingkir ke seluruh penjuru masyarakat dan populasi Tiongkok menurun. Kenyataan pahit ini telah menarik perhatian dunia. Kini, Tiongkok sudah tak seperti dulu lagi terkait pembagian kerja perdagangan global. (Hui)