PLTN Fukushima Jepang Mulai Membuang Air Limbah Nuklir Putaran Kedua yang Memenuhi Standar Keselamatan 

oleh Li Mei dan Zhang Yuexin

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Jepang menyatakan bahwa setelah pembuangan air limbah nuklir putaran pertama berhasil diselesaikan, pihaknya sedang mulai membuang air limbah nuklir putaran kedua ke laut pada Kamis (5 Oktober). Data menunjukkan bahwa konsentrasi deuterium dari air limbah nuklir yang diolah memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan internasional.

Tokyo Electric Power Company (TEPCO), operator PLTN Fukushima Daiichi Jepang mengatakan bahwa setelah para pekerja menyalakan pompa air, sejumlah besar air limbah nuklir yang telah diencerkan dengan air laut secara perlahan-lahan didorong ke dalam laut melalui pipa bawah tanah.

TEPCO memperkirakan pembuangan 7.800 ton air limbah ke Samudera Pasifik akan berlanjut hingga 23 Oktober tahun ini.

TEPCO menggunakan sekitar 1.200 ton air laut untuk mengencerkan sekitar satu ton air di tangki penyimpanan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi tritium dalam air limbah nuklir yang diolah berkisar antara 63 hingga 87 becq per liter, yaitu sesuai dengan standar keselamatan internasional. Yang juga lebih rendah dari batas standar Jepang sebesar 1.500 becq.

Setelah pembuangan air limbah PLTN Fukushima Daiichi putaran pertama yang berlangsung pada 24 Agustus, Beijing bereaksi keras dan terus melarang impor makanan laut Jepang.

Antara 24 dan 27 Agustus, TEPCO telah menerima lebih dari 6.000 panggilan telepon dari Tiongkok yang melakukan pelecehan. Hal itu bahkan berlangsung selama lebih dari sebulan.

Sebenarnya, nelayan Jepanglah yang patut lebih peduli terhadap pembuangan air limbah yang telah diolah dibandingkan dengan nelayan Tiongkok.

Nelayan asal Fukushima, Jepang mengatakan : “Kalau terjadi masalah (dengan pembuangan air limbah), itu akan lebih secara langsung berdampak pada kami. Dari sudut pandang ini, kamilah yang patut lebih peduli”.

Setelah pemerintah Hongkong melarang impor makanan laut dari 10 prefektur di Jepang, dan meningkatkan pengujian makanan laut Jepang, tetapi tidak menemukan makanan laut yang membahayakan.

Pakar radiologi mengatakan bahwa tritium yang diencerkan secara perlahan dibuang ke laut dan tidak menimbulkan ancaman bagi tubuh manusia maupun bagi lingkungan hidup. (sin)