Siapa di Balik Layar Serangan Militan Palestina Hamas ke Israel Memicu Spekulasi

oleh Luo Tingting

Organisasi bersenjata Palestina Hamas pada 7 Oktober pagi,  tiba-tiba melancarkan serangan ke Israel. Segera setelah itu Israel melancarkan serangan balik, sehingga terjadilah perang sengit antara kedua belah pihak. Banyak pengamat berpendapat bahwa serangan berskala besar dan tiba-tiba oleh Hamas terhadap Israel itu pasti mendapat dukungan dari negara besar.

Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel timur dan selatan, sementara puluhan orang teroris menerobos perbatasan Palestina – Israel dan memasuki komunitas di Israel untuk menyerang dengan membabi-buta, sehingga banyak korban jiwa berjatuhan. 

Menurut Layanan Medis Darurat Israel, jumlah korban tewas di Israel telah meningkat menjadi 250 orang, dan lebih dari 1.500 orang terluka, 270 di antaranya cukup serius terluka.

Organisasi militan Hamas juga menyandera sejumlah warga Israel, termasuk tentara Israel.

Pasca serangan Hamas tersebut, Israel langsung melancarkan serangan udara balasan ke wilayah Gaza Palestina. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan : “Kita sedang berperang dan kita akan memenangkan perang tersebut”. “Musuh-musuh kita akan menanggung akibat yang belum pernah terjadi sebelumnya”.

“Tujuan pertama kami adalah melenyapkan kekuatan musuh yang menyusup ke wilayah kami selain juga memulihkan keamanan dan ketenangan masyarakat yang terkena dampak dari serangan. Sedangkan tujuan kedua kami adalah membuat musuh di Gaza menanggung akibat dari perbuatan mereka. Dan tujuan ketiga adalah memperkuat front lain agar jangan sampai ada orang yang salah bergabung dalam perang ini,” kata Benjamin Netanyahu.

Komunitas internasional juga menanggapinya, terutama  Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Volker Turke mengatakan : “Serangan ini telah meninggalkan dampak yang mengerikan kepada warga sipil Israel … Warga sipil tidak akan pernah diperbolehkan menjadi sasaran serangan”.

Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Perancis, Jerman, Republik Ceko dan negara-negara lain mengutuk serangan terhadap negara Israel dan rakyatnya ini sebagai tindakan teroris, dan mendukung pembelaan diri Israel. Mesir, Turkiye, Rusia dan negara-negara lain meminta semua pihak untuk menahan diri.

Pecahnya perang sengit secara tiba-tiba antara Palestina dengan Israel ini telah memicu diskusi hangat di kalangan pengamat : Apakah krisis di Timur Tengah akan segera pecah ? Siapa yang menjadi “hantu” dibalik perang itu ?

Komentator independen Cai Shenkun dalam pesannya di platform “X” pada 7 Oktober menyebutkan : “Serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel pasti mendapat dukungan dari negara besar. Tujuan memprovokasi perang adalah untuk membuat kacau Timur Tengah dan mengalihkan fokus opini publik dari perang Rusia – Ukraina dan krisis Selat Taiwan ke topik Timur Tengah. Bagi seorang Netanyahu yang berjiwa keras, sambil menyatakan bahwa Israel telah memasuki keadaan perang, ia pasti ingin membalas serangan !”

Mantan Komando Angkatan Laut Tiongkok, Letkol. Yao Cheng mengatakan : “Serangan tiba-tiba dan berskala besar terhadap Israel yang dilakukan oleh Hamas Palestina, organisasi yang oleh sebagian besar negara ditetapkan sebagai organisasi teroris ini perlu dipertanyakan, dari mana kekuatan gempurnya yang begitu besar, sehingga mampu sekaligus melepaskan hampir 5.000 rudal dan roket ke kamp militer Israel. Bagaimana mereka bisa begitu berani menghadapi Israel yang kekuatan militernya tidak dapat diremehkan ?”

Yao Cheng percaya bahwa Rusia kecil kemungkinannya untuk mendukung Hamas karena seperlima dari lebih 5 juta orang di Israel berasal dari Rusia. Ketika Rusia menginvasi Ukraina, Israel juga tidak mengutuknya. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Israel dan negara-negara tetangga Arab juga baik, meskipun hubungan dengan Suriah, Lebanon, dan Iran masih tegang. Tetapi, Tiongkok memiliki banyak transaksi senjata dengan Iran. Dan, baru-baru ini Xi Jinping menyambut hangat Presiden Suriah yang datang ke Tiongkok untuk menghadiri Asian Games.

“Amerika Serikat sangat peduli terhadap keselamatan Israel sehingga ia tidak bisa berpangku tangan, jadi kesimpulannya adalah bahwa Tiongkok adalah yang paling dicurigai sebagai kekuatan pendorong di balik layar serangan Hamas”. 

Yao Cheng juga mengatakan bahwa tindakan Partai Komunis Tiongkok ini sekaligus membantu Putin mengurangi tekanan yang dihadapi, selain juga mengalihkan perhatian militer AS dari PKT di Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan. Jika hal ini menyebabkan Perang Timur Tengah Keenam, PKT masih ada langkah berikutnya yaitu menghasut Kim untuk melakukan provokasi yang saatnya kira-kira bertepatan dengan adanya pemilu di Taiwan dan Amerika Serikat. Dengan demikian Xi Jinping berharap keinginannya untuk menyerang Taiwan mendapat kelancaran”.

Ketika media Partai Komunis Tiongkok memberitakan tentang Hamas menyerang Israel, ternyata banyak komentar yang mendukung Hamas. 

Qin Peng, seorang komentator politik di AS mengatakan dalam program TV “Pengamatan Qin Peng”, bahwa kekacauan di Timur Tengah bermanfaat bagi PKT. Hal ini akan mengurangi perhatian Amerika Serikat terhadap Asia-Pasifik, dan pada saat yang sama, PKT dapat terus bertindak sewenang-wenang. Dalam beberapa tahun terakhir, PKT banyak diuntungkan oleh hubungannya dengan Timur Tengah.

Qin Peng percaya bahwa sesuai dengan tradisi PKT yang suka menyebabkan kekacauan bagi Amerika Serikat dan negara yang dijuluki “imperialis” lainnya. Jadi dugaan cukup masuk akal jika PKT dituduh berada di belakang layar yang menggalang dukungan bagi Iran dan Hamas untuk menyulut perang. (sin)