AS Mengirim Kapal Induk Keduanya ke Timur Tengah demi Mencegah Negara Lain Ikut Campur dalam Perang Palestina – Israel

NTD

Setelah Organisasi militan Palestina Hamas menyerang Israel, Amerika Serikat memutuskan untuk mengerahkan kapal induk keduanya ke Timur Tengah dengan tujuan mencegah negara lain bergabung dalam konflik Palestina – Israel. Sebelumnya, Amerika Serikat telah mengirimkan kelompok tempur dari kapal induk USS. Gerald R. Ford untuk mendukung Israel.

The Wall Street Journal mengutip informasi dari seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS melaporkan bahwa militer AS berencana mengerahkan kapal induk keduanya ke perairan dekat Israel untuk mencegah negara-negara besar lainnya ikut campur dalam perang Palestina – Israel.

Kapal induk USS Gerald R. Ford bersama kelompok tempur yang paling canggih saat ini telah tiba di Mediterania Timur untuk mendukung Israel. Militer AS saat ini sedang mempertimbangkan untuk mengirim kapal induk USS. Dwight D. Eisenhower dan kelompok penyerangnya ke Timur Tengah. Kapal induk tersebut dijadwalkan mengunjungi Timur Tengah pada pekan ini.

Saat mengirimkan kapal induk, militer AS menyatakan dukungan tegasnya kepada Israel dan memperingatkan negara-negara lain untuk tidak ikut campur dalam konflik tersebut.

Jenderal Angkatan Darat Erik Kurilla, Komandan Komando Pusat AS yang bertanggung jawab atas operasi militer AS di Timur Tengah, mengatakan dalam sebuah pernyataan : “Jika ada kekuatan musuh dari Israel yang mempertimbangkan untuk mengambil keuntungan dari situasi ini, maka kedatangan pasukan yang berkemampuan tinggi (kapal induk AS) ke wilayah ini adalah suatu peringatan kuat terhadap mereka.”

Pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan bahwa Pentagon sedang mempertimbangkan untuk mendatangkan USS Dwight D. Eisenhower mengambil alih tugas USS. Gerald R. Ford atau tetap mempertahankan keduanya di wilayah Timur Tengah. Tetapi belum ada keputusan resmi yang dibuat.

Jarang terjadi Amerika Serikat mengerahkan sekaligus 2 kapal induknya di Timur Tengah, meskipun itu terjadi pada tahun 2020, ketika Al-Taji di Irak mendapat serangan rudal yang menewaskan seorang tentara Amerika Serikat dan seorang tentara Inggris. 

Kali ini, situasi di Timur Tengah bahkan lebih serius, setelah Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada Sabtu (7 Oktober), anggota organisasi militan Hamas juga melakukan pembunuhan dan penculikan terhadap warga sipil berbagai negara yang berada di wilayah selatan Israel, termasuk setidaknya 14 orang warga negara Amerika Serikat.

Pada Selasa (10 Oktober) Presiden AS Joe Biden membenarkan bahwa ada 14 orang WN Amerika Serikat yang menjadi korban dalam konflik itu, ada yang dibunuh dan beberapa lainnya telah disandera oleh Hamas. Biden mengutuk serangan Hamas terhadap Israel sebagai “tindakan kejahatan murni” dan menegaskan kembali bahwa Amerika Serikat siap mengerahkan lebih banyak kekuatan militer di Timur Tengah untuk mendukung Israel. (sin)