Forum ke-3 One Belt One Road Selain Membatalkan KTT Meja Bundar Juga Meniadakan Komunike Bersama 

 oleh Fang Xiao dan Luo Ya

Forum ke-3 Kerja Sama Internasional One Belt One Road diadakan di Ibukota Tiongkok, Beijing dari 17 hingga 18 Oktober. Jumlah pejabat yang berpartisipasi di forum ini telah menyusut secara signifikan, bahkan kepala negara Barat tidak ada yang hadir. Mungkin karena itu, jadi KTT Meja Bundar yang sedianya akan diadakan sebagaimana kedua forum sebelumnya, kali ini dibatalkan. Selain itu, kali ini juga tidak mengeluarkan komunike bersama, padahal kedua forum terdahulu itu selalu ada.

Di forum ke-3 OBOR tidak ada KTT meja bundar dan komunike bersama

Pada forum ke-3 One Belt One Road (OBOR) kali ini, selain upacara pembukaan, panitia juga menggelar 3 forum tingkat tinggi, yang di dalamnya termasuk acara Konferensi Para Pengusaha One Belt One Road.

Dalam konferensi pers reguler Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada 19 Oktober, seorang reporter Reuters bertanya : Mengapa di Forum ke-3 ini tidak ada KTT Meja Bundar seperti sebelumnya, juga tidak mengeluarkan komunike bersama ?

Juru bicara Mao Ning tidak menjawab secara langsung, hanya mengatakan : “Pihak Tiongkok telah mengeluarkan pernyataan presiden untuk Forum ke-3 Kerjasama Internasional One Belt One Road, Anda dipersilakan untuk memeriksanya”.。

Pada 20 Oktober, komentator independen Cai Shenkun mengatakan kepada reporter Epoch Times, bahwa alasan pembatalan KTT Meja Bundar para petinggi adalah karena kecuali Rusia, para politisi dari negara lain pergi ke Tiongkok dengan harapan bisa memperoleh sesuatu dari Tiongkok. Jadi, KTT Meja Bundar dapat membuat baik Tiongkok maupun Rusia kehilangan muka, dan membuat malu diri sendiri. Sedangkan alasan tidak menerbitkan komunike bersama adalah karena negara-negara peserta tidak memiliki pandangan yang sama terhadap Inisiatif One Belt One Road, jadi pengadaan forum ke-3 kali ini murni sebagai aktivitas PKT menghibur diri. Negara-negara yang datang berpartisipasi dalam forum ini semuanya berharap untuk mengambil keuntungan dari Beijing, mengharap PKT merogoh saku atau meminta kelonggaran dalam pembayaran utang mereka.

Kegiatan utama dari kedua Forum OBOR sebelumnya selain upacara pembukaan, pertemuan puncak para pemimpin (KTT Meja Bundar), pertemuan tingkat tinggi, sub-forum, konferensi para pengusaha yang bergabung dalam proyek OBOR, dan kegiatan lainnya.

Pada Forum ke-1 OBOR yang diadakan pada bulan Mei 2017, Xi Jinping yang memimpin penuh acara KTT Meja Bundar, para pemimpin yang hadir datang dari 31 negara atau organisasi internasional dan menyetujui komunike bersama.

Pada Forum ke-2 OBOR yang diadakan pada bulan Mei 2019, Xi Jinping kembali memimpin penuh acara KTT Meja Bundar yang diikuti oleh para pemimpin dan organisasi internasional dari 40 negara. Juga menyetujui komunike bersama.

Pakar menganalisa mengapa jumlah pejabat asing yang hadir menyusut tajam

Yang banyak menarik perhatian pada forum ke-3 OBOR untuk Kerjasama Internasional ini adalah daftar tamu asing yang hadir. Namun, juru bicara Partai Komunis Tiongkok sampai 16 Oktober baru melaporkan, bahwa perwakilan dari lebih 140 negara dan lebih dari 30 organisasi internasional telah mengkonfirmasi atas keikutsertaan mereka dalam pertemuan tersebut, dan jumlah tamu yang terdaftar mencapai lebih dari 4.000 orang.

Menurut statistik dari media AS “Diplomat”, bahwa pada forum ke-1 KTT OBOR terdapat 30 kepala negara atau pemerintahan yang hadir, dan jumlah ini meningkat menjadi 37 pada forum ke-2. Namun, hingga 18 Oktober malam, pihak Tiongkok belum juga mengumumkan jumlah kepala negara yang menghadiri forum ke-3. Tetapi di antara tamu yang dilaporkan oleh media resmi, tidak satu pun pemimpin dari negara besar Barat yang hadir.

Pada 19 Oktober, dalam sebuah konferensi pers, juru bicara Mao Ning mengklaim bahwa perwakilan dari 151 negara dan 41 organisasi internasional menghadiri forum pertemuan puncak ini, dengan jumlah peserta yang terdaftar mencapai lebih dari 10.000 orang.

Pada 19 Oktober, Cai Shenkun memposting sebuah tulisan yang menyebutkan bahwa lucu kalau forum ke-3 itu dihadiri oleh perwakilan dari 150 lebih negara, tetapi dalam foto grup di atas panggung hanya ada 22 orang perwakilan asing. Apakah itu karena negara lain cuma mengirim manajer proyek untuk mengikuti forum tersebut ? Bahkan Malaysia dan Singapura yang kerap memuji-muji Tiongkok, malahan sama sekali tidak memberi muka kepada Tiongkok lantaran tidak mengirimkan satu pun pejabat tingkat menterinya untuk ikut sekedar meramaikan acara.

Wang He, seorang pakar urusan Tiongkok mengatakan kepada The Epoch Times pada 20 Oktober, bahwa dibandingkan dengan dua forum sebelumnya, Forum kali ini diadakan dengan latar belakang terjadinya beberapa peristiwa besar. Salah satu peristiwa besarnya adalah epidemi virus komunis Tiongkok (COVID-19) yang telah berlangsung selama tiga tahun. Setelah epidemi, seluruh dunia bertanya-tanya tentang dari mana sumber epidemi ini. Barat dan dunia sangat membenci PKT, mereka menuntut dilakukan penelusuri sumbernya. Dan, PKT tidak akan bisa lepas dari keterlibatannya yang tentunya akan dimintai pertanggungjawaban.

Wang He mengatakan bahwa peristiwa besar lainnya adalah perang Rusia – Ukraina dan konflik Palestina – Israel saat ini. PKT memainkan peran netral yang terselubung, yang membuat seluruh dunia berpikir bahwa rezim PKT tidak dapat dipercaya, tidak bisa diandalkan. PKT bahkan sama sekali tidak mengecam teror yang dilakukan Hamas, bahkan nama Hamas pun tidak disebut. Padahal PKT memiliki hubungan yang tidak buruk dengan Israel, sehingga pernyataan PKT kali ini sangat membuat kecewa Israel.

Dalam komentarnya tentang Inisiatif OBOR, Wang He mengatakan bahwa setelah OBOR berjalan selama 10 tahun, dunia luar menemukan 3 hal yang dilakukan PKT : Pertama adalah mengekspor korupsi. Kedua adalah mengekspor utang kepada negara peserta. Ketiga adalah mengekspor otokrasi. Setelah PKT mengekspor ketiganya ini, Inisiatif One Belt One Road semakin didiskreditkan dunia internasional.

“Jika PKT ingin menyelamatkan mukanya, maka inisiatif tersebut akan terus dipromosikan. Bagaimana pun dana triliunan dolar telah ditanamkan ke dalamnya, oleh karena itu, Tiongkok telah menjadi negara kreditor terbesar di antara negara maju di dunia. Namun, setelah negara-negara peserta terjerumus ke dalam krisis utang, dampaknya terhadap PKT sangat besar, sehingga dana triliunan dolar yang diinvestasikan PKT di negara peserta sebagai pinjaman menjadi sulit ditagih kembali”.

Wang He mengatakan : “Jika situasi ekonomi Tiongkok baik, masalah ini masih dapat ditutupi. Namun sekarang perekonomian Tiongkok sedang memburuk, pemerintah Tiongkok saja sulit bertahan. Tentu saja beberapa negara yang berpartisipasi dalam Inisiatif OBOR akan berpikir : Tak ada salahnya datang untuk mengikuti (forum ke-3) selama PKT berduit, tetapi sekarang PKT sudah krisis keuangan, untuk apa datang ? Jadi inilah alasan mengapa jumlah pejabat asing yang menghadiri forum ke-3 ini menyusut secara signifikan”.

Artikel Cai Shenkun menyebutkan bahwa hanya 6 orang pemimpin dari 50 negara Afrika yang datang ke Beijing untuk menghadiri forum. Afrika Selatan, yang memiliki hubungan erat dengan Beijing, bahkan tidak mengirim satu pun perwakilan tingkat tinggi. Caba bayangkan, betapa bangganya Afrika Selatan saat menyelenggarakan Forum KTT BRICS, karena Xi Jinping sendiri yang datang ke Johannesberg untuk memberi muka Afrika Selatan, tetapi giliran Beijing menyelenggarakan Forum KTT OBOR, Pemimpin Afrika Selatan malahan berbuat seperti “membalas air susu dengan air tuba”. Mungkinkah negara-negara Afrika merasa bantuan yang diberikan oleh PKT tidak cukup ?

Wang He mengatakan bahwa mengingat pertumbuhan ekonomi Tiongkok saat ini sedang menurun sehingga ia tidak lagi memiliki sumber daya keuangan untuk terus mempertahankan kondisi lamanya. Karena gelontoran dananya juga jauh berkurang, maka orang dengan sendirinya menjadi enggan untuk memberi muka kepadanya. Negara-negara peserta proyek OBOR yang datang menghadiri forum KTT kali ini dapat dihitung dengan jari.

 “Ini juga menunjukkan bahwa Partai Komunis Tiongkok di kancah internasional sangat pasif saat ini. Ia tidak lagi memiliki pengaruh internasional, tidak lagi sanggup menggelontorkan dana, jadi tidak heran jika diabaikan oleh negara lain”, katanya.

Investasi PKT dalam Inisiatif OBOR jauh berkurang karena komerosotan ekonominya

Dalam pidato utamanya di forum KTT tersebut, Xi Jinping mengumumkan 8 tindakan sebagai pengembangan proyek OBOR. Dia mengatakan bahwa di masa mendatang, Tiongkok akan mengkoordinasikan promosi proyek-proyek penting dan proyek-proyek “kecil tapi indah” yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat. Bank Pembangunan Tiongkok dan Bank Ekspor-Impor Tiongkok masing-masing akan menyiapkan jendela pembiayaan sebesar RMB. 350 miliar, dan Dana untuk proyek Jalur Sutra juga akan ditambah sebanyak RMB. 80 miliar. 

Pada 17 Oktober 2023, situs Caixin.com mempublikasikan artikel berjudul “Bank-bank Tiongkok Mendukung Pembiayaan Inisiatif OBOR Lebih dari RMB. 5 Triliun” dengan mengutip data dari Biro Pengawasan dan Administrasi Keuangan Negara, Caixin mengungkapkan, bahwa bank-bank pelaksana kebijakan Tiongkok berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Tercatat hingga akhir tahun 2022, dana pinjaman yang disalurkan lewat bank-bank tersebut telah mencapai sebesar RMB. 3,1 triliun, sementara saldo pinjaman bank-bank komersial besar berjumlah sekitar RMB. 2,3 triliun.

Shi Heling, seorang profesor lulusan Monash University Business School, Australia mengatakan kepada VOA bahwa dibandingkan dengan jumlah pembiayaan sebelumnya, jumlah investasi terbaru yang dijanjikan Xi Jinping dalam pidatonya di Forum ke-3 KTT Inisiatif OBOR telah jauh menyusut. Hal ini menunjukkan bahwa investasi berskala besar PKT di luar negeri cenderung menurun akibat kondisi perekonomian dalam negeri. 

Dia mengatakan bahwa menurut statistik tahun 2020, total investasi PKT di Inisiatif OBOR adalah sekitar RMB. 28 triliun, jauh lebih besar dari RMB. 300 miliar yang diusulkan saat ini. Sesungguhnya keseluruhan Inisiatif OBOR sedang menyusut.

Shi Heling percaya bahwa di tengah ketidakhadiran sejumlah besar pejabat negara-negara Barat, sebagian besar dari mereka yang hadir, kecuali kepala negara Rusia dan Indonesia. Hal ini menyoroti bahwa Tiongkok di bawah pimpinan Xi Jinping hanya mengutamakan wujud luar tetapi bukan wujud dalam dari investasi. (sin)