Mencapai Usia Uni-Soviet Pidato 1 Oktober Xi Tidak Lazim

Pinnacle View

Pidato Xi Jinping pada 1 Oktober lalu dalam rangka peringatan 74 tahun berdirinya pemerintahan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) bentukan PKT (Partai Komunis Tiongkok), adalah sangat penting. Pemberitaan media resmi menekankan konten yang terkait kekompakan/persatuan. Pesta jamuan 1 hari menjelang 1 Oktober dari PKT biasanya selalu digelar setiap 5 atau 10 tahun sekali, dan Sekjend yang akan tampil berpidato, selebihnya barulah waktu bagi perdana menteri yang berpidato, lalu apakah perbedaan tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya?

Di Luar Kebiasaan XI Jinping Menghadiri Jamuan, Tiga Kemungkinan Alasannya

Produser televisi independen bernama Li Jun menyatakan kepada “Pinnacle View”, dalam pesta jamuan 1 Oktober tahun ini Xi Jinping berpidato menggantikan PM Li Qiang, kemungkinan ada tiga alasannya.

Alasan pertama karena hati para elite yang sedang panik, mentalitasnya tidak stabil. Semua orang telah menyaksikan Menlu Qin Gang menghilang, Menhan Li Shangfu juga telah menghilang, Xi Jinping melakukan pembersihan di tubuh militer, ditambah lagi pasar properti sekarang sedang ambruk, situasi makro ekonomi sangat buruk, kondisi seperti ini bahkan Li Qiang pun merasa tidak bisa menguasai keadaan, pidatonya bakal kurang berbobot. Pada saat ini hati masyarakat harus ditenangkan, maka harus Xi Jinping sendiri yang tampil berpidato untuk menenangkan keadaan di seluruh jajaran.

Alasan kedua karena ada kaitannya dengan peringatan 74 tahun. Karena usia Uni Soviet adalah 74 tahun, dan bagi Xi Jinping, ia selalu mengira dirinyalah yang telah menyelamatkan partai ini. Pernah dalam beberapa kali pidatonya ia katakan bahwa kondisi jabatan yang diterimanya adalah berantakan, dimana korupsi merajalela, pusat pun tidak memiliki wibawa, dan militer pada dasarnya hampir ambruk, jadi dialah yang telah menyelamatkan partai ini. Lalu setelah 74 tahun melangkah, jika terus dipertahankan, berarti periode kekuasaan PKT telah mampu melampaui kakak tertua (Uni Soviet), bagi Xi Jinping, ia merasa ini adalah suatu prestasi politik, yang tadinya mengekor di belakang Uni Soviet, kini Beijing sudah menjadi yang pertama, jadi tampilnya Xi kali ini karena berniat menyampaikan prestasi politiknya ini.

Alasan ketiga adalah tahun ini merupakan tahun pertama berakhirnya pandemi, juga peringatan 1 Oktober yang pertama setelah Xi sukses menjabat kembali melalui Kongres Rakyat Nasional ke-20 lalu, jadi saat ini dia mungkin membutuhkan semacam sensasi ritual. Ia menginginkan untuk pamer sejenak dengan sikap layaknya seorang pemenang.

Bertepatan 74 Tahun Usia Uni Soviet, Xi Jinping Menuntut Persatuan

Pemimpin redaksi surat kabar The Epoch Times yakni Guo Jun menyatakan kepada “Pinnacle View”, tahun ini adalah 74 tahun peringatan berdirinya PKT yang telah menjadi fokus pembicaraan semua orang, karena Xi Jinping tampil menyampaikan pidato penting bukan kelipatan lima atau sepuluh tahun, inilah yang disoroti semua orang. Saya merasa tampilnya Xi Jinping berpidato ada kaitannya dengan 74 tahun setelah berdirinya Negara Uni Soviet yang kemudian runtuh.

Karena bagi Xi Jinping berikut para kader yang seusianya, perasaan dan emosional mereka terhadap Uni Soviet sulit dipahami oleh orang luar. Jika berkilas balik bahwa pawai 1 Oktober PKT di era 1950-an, pada dasarnya adalah dunianya Stalin, dengan berbagai propaganda yang bergaya Uni Soviet. Film, novel, buku, surat kabar maupun majalah semuanya adalah tentang Uni Soviet. Jadi ketika Uni Soviet bubar pada 1991, walaupun PKT dan Uni Soviet waktu itu sempat berseteru selama dua sampai tiga dasawarsa, tapi sekelompok kader sesepuh PKT diam-diam (di rumah) masih saja menangis meratapi kehancuran tersebut. Para keturunan kader yang tumbuh besar di era 1950-an juga memiliki emosional yang sama, itu sebabnya Xi Jinping bisa mengungkapkan pernyataan seperti “tak ada seorang pun yang lelaki sejati”, karena dalam alam bawah sadarnya, bagaimana mempertahankan sistem ala Uni Soviet, dan pemerintahan otokratis partai komunis seperti ini, adalah masalah yang jauh lebih penting, ini bukan lagi suatu persoalan yang bersifat logis, melainkan persoalan emosional individunya sendiri.

Guo Jun mengatakan, para pensiunan dari Komite Tetap Politbiro biasanya baru akan hadir dalam pesta jamuan tersebut setiap kelipatan lima atau sepuluh tahun, dan tahun-tahun selebihnya mereka tidak akan hadir, jadi para mantan ketua partai, PM dan politisi elite yakni: Hu Jintao, Wen Jiabao, Li Keqiang, termasuk juga Zhu Rongji dan Zeng Qinghong tidak akan menampakkan diri. Ada para sesepuh militer yang juga menampakkan diri, termasuk mantan Wakil Ketua Komisi Militer Chi Haotian (94), mantan Menhan Liang Guanglie, Chang Wannian, dan mantan Kepala Staf Chen Bingde, semuanya duduk bersama, munculnya para perwira tua diperlihatkan bagi pihak militer aktif, juga menunjukkan kekuatan yang bersatu, memperlihatkan kekompakan dengan cara ini, karena rumor negatif yang beredar di luar sudah terlalu banyak.

Dalam pidatonya Xi Jinping meminta kekompakan internal partai harus mempunyai keyakinan yang teguh, hal ini menandakan bahwa di internal partai tidak kompak, semua orang menghadapi kesulitan dan tak memiliki keyakinan, bahkan agak kecil hati, juga agak putus asa. Jadi dengan tampilnya orang-orang itu, sebenarnya kalangan luar bisa melihat PKT sedang mempertontonkan kekompakan, dan itu bukan kekompakan yang sebenarnya.

Ketua Partai Demokratis Tiongkok cabang luar negeri, Wang Juntao, menyatakan kepada “Pinnacle View”, pada pidato Xi Jinping terdapat tiga hal yang tidak wajar. 

Pertama, peringatan 74 tahun hari nasional seharusnya bukan Xi yang berpidato, tapi Xi telah berpidato. Seperti diketahui bahwa negara otokratis sangat mengutamakan irama dan waktu ritual, jika dilakukan pengecualian dalam ritual, pasti akan terjadi peristiwa besar, jika tidak, mereka akan selalu menjaga stabilitas ritual, agar semua orang merasa negara memerintah dengan lancar, seluruh rakyat tentram dan negara aman. 

Ketiga anomali adalah, mencermati isi pidatonya, banyak formulasi pidato Xi Jinping sebelumnya sudah tidak ada. Misalnya, biasanya ia menyebut-nyebut ‘mimpi Tiongkok’, kali ini tidak disebutkan, dulu disebut-sebut soal ‘empat keyakinan’ yang kemudian pada Kongres Nasional ke-20 di-upgrade lagi menjadi ‘lima keyakinan’, ‘5 dalam 1’, ‘empat komprehensif’, dan lain-lain, semua itu sama sekali tidak disinggungnya, ini adalah hal yang tidak wajar.

Titik berat terakhir ada dalam dua kalimat, “kekompakan adalah kekuatan, dan keyakinan melebihi emas”. Saya merasakan pada kalimat ini sendiri terdapat masalah keyakinan. Sebelumnya Xi Jinping berulang kali mengatakan ombak besar dan angin kencang, harus berani bertarung, lalu saat ini, ia telah berkompromi dengan cara-caranya terdahulu. Kompromi ini tidak berani diungkapkan oleh PM Li Qiang, jika dikatakan oleh Li Qiang, itu berarti tidak sejalan dengan maksud Xi Jinping. Dalam pidato Xi Jinping kali ini ada suatu kelebihan, yang disebut tepat sasaran memahami konsep baru pembangunannya secara menyeluruh, disini terlontar sinyal yang agak depresif, yakni ia hendak mundur, tetapi di sisi lain, semua orang harus tetap berkeyakinan teguh padanya, semua orang harus bersatu.

Rezim Xi Kesulitan di Dalam dan Luar Negeri, Bahaya Agresi Taiwan Meningkat

Guo Jun menyatakan, kesulitan yang dialami Xi Jinping sangat banyak, sekarang dimana-mana terdengar lagu ratapan, di dalam maupun luar negeri penuh dengan masalah. Dalam hal diplomatik ia telah menyinggung perasaan kelompok Amerika dan Inggris, termasuk bersitegang dengan Kanada, dan Australia. Di Asia, Jepang, Korsel dan India juga mengalami masalah dengan Tiongkok, bahkan Filipina pun mulai berani bersikap menantang PKT, juga negara-negara Asia Tengah pun mulai menjaga jarak dengan RRT. Satu-satunya yang menyisakan sedikit simpati adalah Eropa, tapi Eropa sangat campur baur, begitu ada satu suara memveto di Uni Eropa, satu saja negara tidak setuju dengan PKT maka pupus sudah semua strategi PKT menggandeng Eropa untuk menekan AS. Apalagi negara terpenting di Eropa yakni Jerman sudah mengalami masalah hubungan dengan Beijing, misalnya Menlu Jerman yang belum lama ini secara terbuka mengkritik Xi Jinping adalah seorang diktator.

Juga dalam hal ekonomi, seluruh dunia telah melihat, selain pidato Xi Jinping, ada pula pidato PM Li Qiang pada Rapat Kerja Dewan Negara, ia menghindari krisis pasar properti yang nyaris meledak belakangan ini serta krisis moneter yang akan menyusul setelahnya, juga masalah pengangguran yang begitu banyak, bahkan tidak disinggungnya sama sekali, ini menandakan PKT sudah tidak berdaya, juga tidak ada cara untuk mengantisipasi, jadi ia hanya berpura-pura tidak mengetahuinya.

Guo Jun menyatakan, jika Xi Jinping masih memiliki jurus besar, pasti ada kaitannya dengan Taiwan. Karena sekarang banyak krisis yang dialami PKT adalah krisis bagi semua orang, hanya masalah Taiwan saja yang merupakan masalah individu Xi Jinping seorang. Xi Jinping merevisi konstitusi partai dan membuat terobosan terpilih kembali, yang diandalkannya adalah masalah Taiwan. Sekarang masalah Taiwan tidak ada kemajuan, bagi Xi Jinping ini merupakan masalah yang paling mendesak. Karena rasionalitas kediktatoran individunya dibangun di atas pondasi unifikasi Taiwan, unifikasi Taiwan yang merupakan cita-cita tertinggi PKT ini tak hanya tidak meraih kemajuan yang berarti, sebaliknya hubungan kedua daratan justru semakin menjauh, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi Xi Jinping pribadi. Baru-baru ini PKT menekankan pembangunan Divisi Militer di BUMN besar, yang berarti persiapan perang semakin meningkat, juga latihan militer dilakukan diam-diam tidak lagi dipublikasikan, ini menandakan bahaya semakin mendekat, kemungkinan RRT melakukan agresi militer terhadap Taiwan terlalu besar.

Ada satu kemungkinan yakni, PKT membentuk pemerintahan Provinsi Taiwan di Fujian, di kawasan perpaduan Fujian dan Taiwan itu, sekarang PKT telah menciptakan kawasan perpaduan Fujian-Taiwan, juga baru diluncurkan belakangan ini. PKT akan menciptakan suatu pemerintahan lepas pantai, agar warga Taiwan yang berada di Tiongkok dapat memilih perwakilan Kongres Rakyat Nasional, atau secara militer menduduki Pulau Kinmen dan Pulau Matsu, lalu secara politik menciptakan pemerintahan lepas pantai yang baru. Besar kemungkinan Beijing akan segera melakukan sesuatu terhadap masalah Taiwan, jika tidak, maka hari-hari Xi Jinping selanjutnya akan sangat tidak nyaman. (sud/whs)