Psikolog : Senang Bisa Menular Tapi Sedih Tidak

EtIndonesia. Ketika kita tersenyum kepada orang lain, orang lain biasanya juga membalas dengan senyuman. Ada pepatah yang berbunyi : “Jika Anda tertawa, seluruh dunia akan ikut tertawa. jika Anda menangis, maka hanya Anda satu-satunya orang di dunia yang menangis.” Beberapa ahli mengatakan bahwa senang itu bisa menular, tapi sedih tidak. Meski kita tidak bisa mengubah dunia, kita bisa mengubah orang-orang di sekitar kita dengan berbagi kesenangan kepada mereka.

Robert Puff, seorang psikolog klinis dan penulis buku di Amerika Serikat, dalam artikelnya yang dirilis situs Psychology Today menyebutkan, bahwa ketika dirinya berada di luar rumah, dia suka menunjukkan muka senyum kepada orang lain, dan orang lain biasanya juga membalasnya dengan senyuman kepadanya, Ini akan membuat hari dia dan orang lain berbeda.

Puff menulis bahwa dirinya sudah melakukan hal ini selama bertahun-tahun ke mana pun pergi, baik kota besar maupun kota kecil, dia suka tersenyum kepada orang lain dan bahkan mengobrol dengan mereka. Saat itu, dia merasakan adanya jalinan hubungan dengan orang tersebut.

“Ini memberikan dampak positif terhadap hidup saya,” katanya, “Senyum dan sapaan (dari orang lain) membuat saya lebih bahagia sepanjang hari.”.

Studi menunjukkan : Senang bisa menular tapi sedih tidak

Para ilmuwan dari Universitas Harvard, Universitas California, San Diego telah melakukan penelitian jangka panjang terhadap topik kesenangan, dengan tujuan untuk mengetahui apakah kesenangan atau kebahagiaan bisa menular kepada orang lain. Setelah mempelajari kasus yang dialami 5.000 orang selama lebih dari 20 tahun, para ilmuwan ini menemukan bahwa kesenangan bisa menular.

Yang lebih menarik lagi, kata Robert Puff, kesenangan selain bisa ditularkan kepada orang yang Anda temui, tapi juga dapat ditularkan kepada orang lain yang mereka temui. Kesenangan mempengaruhi manusia dalam tiga dimensi. Anda tersenyum pada orang lain, Anda terhubung satu sama lain dan saling berbagi kesenangan. Orang kedua juga akan tersenyum pada orang ketiga, yang efeknya akan terus menyebar selama 1 tahun.

Namun hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kesedihan tidak ditularkan kepada orang lain seperti kesenangan.

Praktikkan dalam hidup

Robert Puff menekankan bahwa mungkin banyak orang tidak mempercayai hasil penelitian di atas, tetapi mereka dapat melakukan eksperimen sendiri dalam kehidupan mereka. Cobalah, Anda dengan suasana hati yang gembira menjangkau orang lain dengan kebaikan, misalnya menelepon beberapa teman untuk menyapa mereka dan berbagi kebahagiaan atau kegembiraan Anda dengan mereka.

Saat suasana hati Anda sedang baik, Anda juga dapat menghubungi orang lain dan melihat apakah mereka merasa lebih baik karena Anda. Jika memungkinkan, Anda juga dapat melakukan penelitian untuk mengetahui apakah hal tersebut akan membuat keluarga mereka juga lebih senang.

Cara lainnya adalah dengan berada di sekitar orang-orang yang suasana hatinya sedang baik, dengan begitu suasana hati Anda pun ikut terangkat. Ini akan mengubah perilaku Anda. Meskipun hal ini tidak selalu berhasil, tetapi biasanya ada saja pengaruhnya. Karena sikap itu dapat mempengaruhi orang lain yang berada di sekitar kita.

Jika semua orang percaya bahwa kesenangan itu akan menular

Apa jadinya dunia ini jika semua orang percaya bahwa kesenangan atau kegembiraan itu menular dan hidup dengan menjalankan prinsip ini ?

“Meskipun kita tidak bisa mengubah dunia secara keseluruhan, tapi kita bisa mengubah dunia kita sendiri,” katanya. Ketika banyak orang menderita, kita bisa mengubah hidup mereka dengan berbagi kesenangan, dan membuat perbedaan besar bagi mereka.

Robert Puff menyebutkan bahwa berbagi kesenangan dapat dilakukan secara sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya bersikap baik kepada pelayan di restoran, pelanggan di toko, atau orang yang memotong rambut kita. Hal ini dapat membuat semua orang yang terhubung dengan kita, bahkan membuat seorang pengemudi yang tidak kita kenal ikut senang karena ucapan salam atau lambaian tangan kita.

Puff juga mengingatkan kita semua untuk bisa mengetahui bagaimana orang lain mengartikan senyuman kita ketika kita tersenyum kepada orang lain, karena setiap orang melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, jangan sampai kita mengirimkan senyuman yang berpesan salah kepada orang lain.

Dia memberi contoh satu kejadian di Peru ketika seorang pria tersenyum kepada seorang wanita dan bersikap sopan terhadapnya, karena itu wanita tersebut sampai mendampingi pria berjalan melewati beberapa pertokoan. Mungkin saja wanita itu berpikir bahwa pria ini jangan-jangan seorang pelanggan baik, jadi dia mencoba menawarkan barang yang mau dia jual, tetapi pria tersebut tidak tertarik untuk membeli barang, meskipun masih tetap menunjukkan muka senyum kepada wanita tersebut. Mungkin hal ini yang menjadi sumber kesalahpahaman.

Kemudian, apakah tidak akan menemui kendala ? Robert Puff mengatakan, terkadang kita menjumpai orang-orang yang mungkin tidak menerima senyuman atau kebaikan kita. Tetapi Puff tetap mendorong semua orang untuk tidak putus asa karena menemui kendala, teruskan perilaku memberikan senyuman kepada orang lain. Jangan membiarkan pengalaman buruk ini mempengaruhi kita dalam berbagi kesenangan kepada dunia. Jika orang ini tidak menerimanya, gantilah dengan orang berikutnya.

Di akhir artikel Puff menyimpulkan bahwa jika hidup kita tidak berjalan sesuai keinginan kita, mungkin kita harus mencari orang yang lebih bahagia dan berkumpul dengan mereka, membiarkan mereka membantu kita. Jika kita bahagia, maka hendaknya kita membagi kebahagiaan kita kepada orang lain. Dengan cara ini, dunia kita akan menjadi tempat yang lebih baik. (sin/yn)

Sumber: epochtimes