Apa Penyebab Depresi pada Otak?

EtIndonesia. Secara medis, depresi terjadi karena adanya ketidakseimbangan kimiawi yang terjadi di dalam otak, namun pernyataan sederhana ini tidak menjelaskan situasi serius penderita depresi.

Penelitian telah membuktikan bahwa depresi tidak diawali dengan kekurangan atau kelebihan zat kimia di otak.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan depresi seperti pengaturan suasana hati yang salah, masalah genetik, rutinitas hidup traumatis, pengobatan yang salah, dan penyakit medis lainnya.

Depresi akan membawa orang tersebut ke keadaan pikiran di mana tidak ada perasaan rasa senang.

Depresi secara langsung memengaruhi secara negatif seperti cara Anda berpikir, merasakan dan bertindak.

Depresi menyebabkan kesedihan dan orang yang menderita depresi kehilangan minat dalam segala hal. Misalnya, kurangnya minat terhadap kegiatan yang dicintainya sebelumnya, penurunan kemampuan mental, dan sebagainya.

Gejala umum depresi :

  • Suasa hati tertekan atau perasaan sedih sepanjang waktu
  • Sulit tidur atau tidur lebih dari biasanya
  • Kelelahan atau kehilangan energi
  • Merasa bersalah, merasa kurang berharga, atau merasa seperti pecundang
  • Penurunan atau kenaikan berat badan yang luar biasa
  • Sulit konsentrasi atau sulit berpikir
  • Pikiran untuk bunuh diri

Apakah ketidakseimbangan kimia bertanggung jawab untuk depresi?

Memang benar bahwa ketidakseimbangan kimia juga menjadi penyebab depresi, namun bukan berarti hanya dengan kadar kimia yang rendah atau tinggi, hal itu bisa memicu depresi pada diri seseorang.

Sebenarnya, ada banyak reaksi kimia yang terjadi baik di dalam maupun di luar otak, tergantung pada suasana hati dan situasi. Semua reaksi kimia ini bertanggung jawab bagi seseorang untuk mengalami depresi.

Gen dan depresi

Keparahan depresi berbeda dari orang ke orang, di mana dua individu dapat menunjukkan gejala depresi yang serupa, namun kekuatan batin seseorang hanya menentukan kompleksitas situasi dan pengobatan.

Ada orang yang cenderung lebih cepat menderita depresi, padahal orang yang lain lebih kuat dalam mengatasi situasi traumatis tanpa mengalami depresi.

Perbedaan antara dua orang ini sebenarnya terjadi karena perbedaan gen yang mempengaruhi reaksi terhadap situasi dan bahkan respons terhadap pengobatan.

Dampak otak pada depresi

Masih banyak orang berpikir bahwa emosi berasal dari hati; namun sudah terbukti secara ilmiah bahwa semua jenis emosi berasal dari otak. Suasana hati seseorang benar-benar diatur oleh otak.

Bukan hanya zat kimia otak, tetapi juga pertumbuhan sel saraf, sirkuit saraf, koneksi sel saraf dan kondisi kerja di mana semuanya ini ternyata benar-benar memiliki dampak lebih pada depresi. Ilmu kedokteran tidak dapat sepenuhnya memahami alasan perubahan suasana hati.

Apakah depresi merupakan penyakit?

Depresi tidak dapat dianggap sebagai gangguan karena bukan merupakan kelainan biologis dan tidak ada gejala fisik yang terlihat. Sesuai penelitian klinis, hanya 10 persen depresi yang terkait secara biologis.

Dampak ketidakseimbangan hormonal pada depresi

Dari banyak alasan, kelebihan produksi hormon stres juga merupakan alasan utama penyebab depresi. Hormon akan dilepaskan sesuai reaksi seseorang dengan kondisi stres, tetapi benarkah hormon dianggap sebagai penyebab depresi?

Penelitian telah menemukan bahwa penderita depresi akan membawa hormon stres ekstra dalam darah yang dapat membuat si penderita merasa kelelahan.

Penelitian klinis telah menunjukkan bahwa cara berpikir orang yang stres akan benar-benar suatu bencana seperti ‘Semua atau Tidak Ada’. Penderita stres akan memiliki lebih banyak mimpi daripada orang normal yang akan menyebabkan kelelahan setelah bangun.

Merokok

Seperti yang diungkapkan para ahli medis, merokok juga merupakan alasan utama penyebab depresi. Sebenarnya masih, ada keraguan pada masyarakat umum apakah merokok memicu depresi atau penderita depresi menjadi seorang perokok.

Namun, uji klinis telah membuktikan bahwa nikotin mempengaruhi neurotransmisi di dalam otak yang menghasilkan kadar dopamin dan serotonin yang lebih tinggi, jadi inilah alasan perokok cenderung mengalami depresi lebih cepat.

Depresi dan riwayat keluarga

Penelitian telah menemukan bahwa depresi dapat menjadi kelainan genetik yang diturunkan dan dapat merupakan riwayat keluarga.

Namun, itu tidak berarti bahwa seseorang akan menderita depresi jika keluarga dekat atau orangtuanya menderita masalah terkait depresi. Faktor pribadi dan keadaan lingkungan berpengaruh lebih pada depresi.

Dampak kepribadian

Jika seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah untuk terlalu khawatir atau memiliki kepribadian seperti perfeksionis, maka ada kemungkinan orang tersebut menderita depresi saat menghadapi masalah traumatis kecil sekalipun.

Penggunaan narkoba atau alkohol

Orang yang tidak puas dengan hidupnya cenderung bersandar pada penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol. Namun, telah terbukti bahwa kelebihan penggunaan alkohol dan obat-obatan dapat memicu orang tersebut menderita depresi dengan gangguan lainnya.

Perihal kehidupan

Telah terbukti lama sekali bahwa jika seseorang hidup dalam kesulitan untuk waktu yang lama. Kondisi seperti pengangguran berkepanjangan, hubungan buruk, kesepian, dan stres kerja, maka hal tersebut dapat memicu orang tersebut untuk menderita depresi.

Sumber: boldsky.com