Investasi Asing Langsung Merosot Tajam,  Prospek Perekonomian Tiongkok Meredup

 Xia Yu

Seiring dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) menindak perusahaan swasta dan membatasi perusahaan asing, investor asing menjadi kehilangan minat berinvestasi di Tiongkok. Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung ke Tiongkok terus menurun berdasarkan sejumlah indikator, ditambah dengan penarikan modal dalam jumlah besar dari pasar saham Tiongkok, prospek ekonomi Tiongkok menjadi suram.

Lemahnya investasi asing langsung telah menjadi bagian dari kekecewaan yang sedang berlangsung dalam data ekonomi Tiongkok sejak negara itu mencabut pembatasan epidemi pada awal tahun. Setiap bulan sejak Mei mengalami penurunan persentase dua digit.

Kewajiban investasi langsung, yang mana merupakan ukuran aliran modal asing ke Tiongkok, menunjukkan penurunan investasi asing. Kewajiban investasi langsung, ukuran aliran modal asing ke dalam negeri mencapai US$6,7 miliar pada kuartal kedua, tingkat terendah sejak tahun 2000, menurut penyesuaian data sebelumnya pada September.

Perhitungan Financial Times berdasarkan data Kementerian Perdagangan Tiongkok yang dikumpulkan oleh Wind menunjukkan bahwa investasi asing langsung turun 34% YoY di  September menjadi RMB. 72,8 miliar (US$10 miliar), sebuah angka penurunan terbesar sejak data bulanan dirilis pada tahun 2014.

Pemerintah Tiongkok berhenti mempublikasikan data investasi asing langsung bulanan dalam dolar AS pada Agustus lalu dan data investasi asing langsung terbaru dari Kementerian Perdagangan hanya disediakan dalam yuan. PKT juga berhenti menerbitkan data pengangguran kaum muda pada Juli lalu.

Hubungan antara perusahaan asing dan partai komunis Tiongkok terus memburuk

Terus menurunnya investasi asing langsung menunjukkan bahwa Tiongkok menjadi kurang menarik bagi investor asing. Meskipun belum ada penarikan investasi secara keseluruhan dari Tiongkok, jumlahnya semakin kecil.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah lokal di Partai Komunis Tiongkok (PKT) melakukan pendekatan kepada para eksekutif asing dalam menanggapi krisis real estat dan biaya yang terkait dengan kebijakan untuk meniadakan investasi di negara tersebut. Namun, delegasi bisnis ke Tiongkok tetap menjaga profil rendah karena hubungan diplomatik AS-Tiongkok terus memburuk dan Barat mendorong “pengurangan risiko rantai pasokan”.

Meski perekonomian Tiongkok sedang terpuruk, namun pemerintah Tiongkok terus melakukan hal-hal yang membuat perusahaan asing hengkang. Beberapa perusahaan asing telah digerebek oleh pihak berwenang tahun ini. Pada  September, Wang Zhonghe, ketua departemen perbankan investasi Tiongkok di Nomura International Bank Jepang, dilarang meninggalkan negara tersebut. Banyak investor asing yang membatalkan perjalanan dan menunda rencana investasi.

Komunikasi antara pemerintah Tiongkok dan investor asing menjadi lebih kaku,  sebagian besar pertanyaan dari pihak asing mendapat tanggapan yang sama. Komunikasi ini semakin memperburuk situasi ketika aturan kepatuhan baru seperti transmisi data di Tiongkok menimbulkan risiko hukum yang besar bagi perusahaan asing.

Saat ini, perjalanan masuk ke Tiongkok masih sangat rendah. Jumlah wisatawan yang tiba dengan penerbangan internasional pada paruh pertama tahun ini menurun lebih dari tiga perempatnya dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019, dan pada bulan Juli, angkanya masih lebih dari 50%. Tahun ini, Tiongkok hampir seluruhnya tidak dikunjungi oleh wisatawan Barat, yang mengakibatkan hilangnya peluang bisnis. Perjalanan kelompok dari AS turun sekitar 99% pada kuartal kedua tahun ini dibandingkan tahun 2019.

Sebuah survei terhadap bisnis AS di Tiongkok yang dirilis oleh Kamar Dagang AS pada 19 September menunjukkan bahwa hanya 68% yang mendapatkan keuntungan tahun lalu. Rekor jumlah responden yang paling sedikit berpikir bahwa tahun ini akan lebih baik atau optimis dalam lima tahun ke depan. Sekitar 40% perusahaan mengatakan bahwa mereka mengalihkan investasi ke tempat lain atau berencana untuk melakukannya.

Brad Setser, seorang rekan senior di Council on Foreign Relations (CFR) mengatakan kepada Financial Times bahwa data tersebut menunjukkan bahwa “perusahaan-perusahaan asing tidak lagi melakukan investasi ulang di Tiongkok. Sebaliknya, ia menambahkan, “mereka memindahkan keuntungan mereka ke luar negeri secepat mungkin.

Menurut Kamar Dagang AS, “2023 seharusnya menjadi tahun di mana kepercayaan dan optimisme investor pulih”, tetapi rebound itu “tidak terjadi”; sebaliknya, kepercayaan bisnis “terus memburuk”. Membuka pintu ke dunia tidak akan berhasil, sementara jendela untuk keterlibatan kembali yang berarti dengan Barat semakin tertutup.

Daerah-daerah di Tiongkok  yang secara historis telah mendapatkan keuntungan dari investasi asing sekarang dipaksa untuk mencari pembiayaan alternatif. Salah satu produsen di provinsi Jiangsu bagian timur mengatakan bahwa mereka mengandalkan pendanaan dari pemerintah dan bukannya dari investor luar negeri.

Kepercayaan terhadap Partai Komunis Tiongkok benar-benar runtuh

Di sisi lain, investor menjual saham Tiongkok pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan keluar dari negara tersebut meskipun ada upaya Beijing untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pinjaman demi membiayai pengeluaran tambahan.

Ahli strategi Morgan Stanley menulis dalam laporannya baru-baru ini bahwa arus keluar dana asing dari pasar saham A telah memasuki “tahap yang belum pernah terjadi sebelumnya”.

Antara 7 Agustus dan 19 Oktober, arus keluar modal kumulatif melalui Shanghai-Hong Kong Stock Connect mencapai US$ 22,1 miliar, arus keluar modal terbesar dalam sejarah platform ini.

Alex Capri, peneliti di Hallish Foundation dan dosen di National University of Singapore Business School, mengatakan kepada CNN: “Sudah waktunya untuk memikirkan kembali masalah Tiongkok secara mendasar.”

Ia juga berkata : “Kondisi ekonomi Tiongkok yang memburuk telah memicu fenomena yang lebih besar dan penting, yaitu runtuhnya kepercayaan terhadap Tiongkok.”

Brock Silvers, kepala investasi perusahaan ekuitas swasta Kaiyuan Capital, mengatakan ada dua alasan utama penurunan minat global terhadap saham Tiongkok: perlambatan ekonomi Tiongkok dan kurangnya respons yang meyakinkan dari pihak berwenang. (Hui)