Menlu Blinken Kunjungi Tepi Barat untuk Bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas Saat Perang Gaza Berkobar

Reuters

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melakukan kunjungan mendadak ke Tepi Barat pada Minggu 5 November, di mana ia bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina dalam lawatannya ke wilayah tersebut di tengah meningkatnya ketegangan akibat perang Israel dan Palestina.

Blinken dan Mahmoud Abbas bertemu di kota Ramallah, Tepi Barat, dalam kunjungan keduanya ke wilayah tersebut sejak  Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang lainnya.

Ketika Israel melangsungkan  serangan udara yang menurut para pejabat otoritas kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas telah menewaskan hampir 9.500 warga Palestina, Blinken menolak seruan gencatan senjata dari para pejabat Arab pada tanggal 4 November.

Selain berusaha untuk memastikan konflik tidak menyebar di wilayah tersebut, Blinken juga mencoba untuk memulai diskusi tentang bagaimana Gaza dapat diatur setelah penghancuran Hamas, yang menurut Israel merupakan tujuannya.

Blinken mengatakan kepada Abbas bahwa Otoritas Palestina harus memainkan peran sentral dalam apa yang akan terjadi selanjutnya di Jalur Gaza, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS kepada Reuters.

“Masa depan Gaza bukanlah fokus dari pertemuan tersebut, namun Otoritas Palestina tampaknya bersedia untuk memainkan peran,” ujar pejabat senior Departemen Luar Negeri tersebut.

Keduanya bertemu selama sekitar satu jam namun tidak berbicara kepada media.

Abbas mengatakan kepada Blinken bahwa harus ada gencatan senjata segera dan bahwa bantuan harus diizinkan masuk ke Gaza, menurut juru bicara Nabil Abu Rudeineh.

Pada tanggal 3 November, Israel telah mengizinkan sedikitnya 260 truk yang membawa makanan dan obat-obatan masuk ke Gaza. Kepala Staf Angkatan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengisyaratkan bahwa Israel dapat mengizinkan pengiriman bahan bakar kembali ke Gaza untuk digunakan di rumah sakit-rumah sakit, yang telah mengalami kesulitan karena kelompok Hamas terus menggunakan pasokan-pasokan vital.

Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat berkomitmen untuk memasukkan bantuan ke Gaza dan memulihkan layanan penting di sana, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam sebuah pembacaan dari pertemuan tersebut.

Miller mengatakan, “Menlu juga menyatakan komitmen Amerika Serikat untuk bekerja menuju realisasi aspirasi sah Palestina untuk mendirikan negara Palestina.”

Blinken mengatakan bahwa “Otoritas Palestina yang efektif dan direvitalisasi” adalah yang paling masuk akal untuk mengelola Jalur Gaza, namun mengakui bahwa negara-negara lain dan badan-badan internasional kemungkinan akan memainkan peran dalam keamanan dan pemerintahan untuk sementara waktu.

Otoritas Palestina pimpinan Abbas, yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel, telah mengalami penurunan popularitas di tengah-tengah tuduhan korupsi, ketidakmampuan, dan pengaturan kerja sama keamanan dengan Israel. Tidak jelas siapa yang akan menggantikan Abbas yang sudah tua dan sakit-sakitan, berusia 87 tahun, seorang penentang keras Hamas.

Menteri Luar Negeri Mesir dan Yordania mengatakan pada tanggal 4 November setelah bertemu dengan Blinken bahwa masih terlalu dini untuk membicarakan masa depan Gaza, karena mereka menyerukan gencatan senjata segera untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang telah melanda 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut.

Blinken berpendapat bahwa gencatan senjata hanya akan memungkinkan Hamas untuk berkumpul kembali, tetapi ia berusaha meyakinkan Israel untuk menyetujui jeda spesifik lokasi yang akan memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan untuk didistribusikan di Gaza.

Pertemuan tersebut merupakan pertemuan kedua Blinken dengan Abbas sejak konflik dimulai, namun merupakan yang pertama kali dilakukan di Tepi Barat. Pertemuan ini tidak diumumkan sebelumnya, dan Reuters setuju untuk tidak mempublikasikan rincian perjalanan tersebut hingga selesai karena masalah keamanan.

Kekerasan di Tepi Barat yang diduduki Israel, yang telah mencapai titik tertinggi dalam 15 tahun terakhir, telah melonjak lebih jauh sejak perang dimulai.

Blinken dan Abbas “membahas upaya-upaya untuk memulihkan ketenangan dan stabilitas di Tepi Barat, termasuk perlunya menghentikan kekerasan ekstremis terhadap warga Palestina dan meminta pertanggungjawaban para pelakunya,” ujar Miller.

Oleh Simon Lewis