Menlu AS Blinken Menjadi Penengah di Timur Tengah, Israel Menolak Gencatan Senjata Kecuali Semua Sandera Dibebaskan

Liming – NTD

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken melakukan perjalanan ke Timur Tengah  untuk memainkan peranan sebagai penengah dalam konflik Israel dan Gaza serta menyerukan gencatan senjata kemanusiaan sementara. Kemudian, militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan memberikan waktu tiga jam kepada warga sipil di Gaza utara agar segera mengungsi, namun menekankan bahwa ini bukanlah gencatan senjata. Perdana Menteri Israel menegaskan pada Minggu 5 November bahwa tidak akan ada gencatan senjata kecuali semua sandera yang ditawan oleh Hamas dibebaskan.

Menurut kantor berita Reuters, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kembali posisi pemerintah Israel pada Minggu (5 November) dalam sebuah pidato di pangkalan udara Ramon di selatan. Ia menekankan bahwa Israel tidak akan mempertimbangkan gencatan senjata hingga seluruh 240 sandera yang diculik oleh  Hamas pada tanggal 7 Oktober agar dibebaskan.

Netanyahu berkata : “Jika para sandera tidak dikembalikan, tidak akan ada gencatan senjata. Kata (gencatan senjata) harus benar-benar dihapus dari kamus. Kami mengatakan itu kepada sekutu dan musuh kami. Kami akan terus maju sampai mereka dikalahkan. Kami tidak punya pilihan lain.”

Pada hari yang sama, juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan kepada media bahwa tentara Israel telah menemukan jaringan Hamas yang terdiri dari terowongan, pusat komando dan landasan peluncuran roket di Jalur Gaza utara, di bawah tanah dekat beberapa rumah sakit.

 “Hamas secara sistematis telah mengintegrasikan rumah sakit ke dalam mesin perangnya,” kata Hagari.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kembali berkunjung ke Israel pada Jumat (3 November) lalu untuk bertemu dengan Benjamin Netanyahu dan kabinet perang Israel.

Setelah pertemuan tersebut, Blinken secara terbuka menyerukan gencatan senjata kemanusiaan sementara pada konferensi pers untuk memungkinkan pasokan bantuan memasuki Gaza, memfasilitasi pembebasan sandera, dan mencapai tujuan mengalahkan Hamas. Blinken mengatakan Israel berisiko kehilangan harapan akan kesepakatan perdamaian akhir dengan Palestina kecuali krisis kemanusiaan di Gaza dibiarkan mereda.

Pada saat yang sama, Netanyahu juga menyampaikan pidato di televisi, menekankan bahwa Israel akan terus melancarkan serangan sampai menang dan mencapai tujuan yang dinyatakan untuk melenyapkan Hamas dan membebaskan para sandera. Dia mengatakan Israel “menolak gencatan senjata sementara yang tidak mencakup pembebasan warga Israel yang ditahan”.

Namun, tak lama setelah Netanyahu menyampaikan pidatonya, Pasukan Pertahanan Israel mengumumkan bahwa warga sipil yang terjebak di Gaza utara dapat pindah ke Gaza selatan dalam waktu tiga jam dari pukul 1 hingga 4 sore waktu setempat. Dalam jangka waktu tersebut, militer Israel akan menjamin keselamatan mereka. Namun, militer Israel juga menegaskan bahwa tindakan ini bukanlah “gencatan senjata.”

Setelah meninggalkan Israel pada 4 November, Menlu Blinken mengunjungi Amman, ibu kota Yordania, dan terus melakukan diplomasi ulang-alik di Timur Tengah, tidak hanya untuk meringankan krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini di Gaza, tetapi juga untuk mencari dukungan dari negara-negara Arab demi merencanakan pemerintahan masa depan dan pola Gaza setelah konflik. 

Menurut Voice of America, Blinken pertama kali bertemu dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati setelah tiba di Amman. Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, organisasi bersenjata Hizbullah yang bercokol di Lebanon telah meluncurkan roket dan rudal ke Israel utara. Pemerintah AS berharap sebisa mungkin menghindari keterlibatan besar-besaran Hizbullah dalam konflik Israel-Hamas.

Blinken juga bertemu di Amman dengan para menteri luar negeri Yordania, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, dan Qatar, serta pejabat senior dari Otoritas Palestina untuk membahas perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung dan memperkenalkan upaya Amerika Serikat. untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Gaza.

Blinken juga bertemu dengan Kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) di Amman dan akan bertemu dengan Raja Yordania Abdullah II.

Kantor berita Associated Press melaporkan bahwa para pejabat AS percaya bahwa dukungan negara-negara Arab sangat penting tidak hanya untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan saat ini di Gaza, namun juga untuk pemerintahan Gaza di masa depan tanpa Hamas. Oleh karena itu menyerukan negara-negara Arab untuk memainkan peran penting dalam menyelesaikan krisis  di Gaza serta memainkan peran yang lebih besar. Meski demikian, negara-negara tersebut belum menanggapi seruan AS. (Hui)