Pailit, PHK, Pengangguran Terjadi di Tiongkok, Gelombang Pulang Kampung Datang Lebih Awal

 oleh Chang Chun

Banyak perusahaan swasta di Tiongkok menghadapi kepailitan atau memberhentikan karyawan akibat resesi ekonomi dan dampak dari kehancuran sektor real estat. Menjelang berakhirnya tahun 2023, beredar kabar bahwa banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya, sehingga banyak pekerja migran yang pulang kampung lebih awal dibandingkan dengan tahun-tahun lampau, terutama sebelum wabah PKT.

Pemulihan ekonomi Tiongkok berjalan sangat lamban, roda perekonomian nyaris tidak berputar, penghidupan masyarakat menjadi semakin sulit 3 gelombang yang datang bersamaan, yakni gelombang pailit, gelombang PHK dan gelombang pulang kampung akhir tahun.

Ada netizen menuliskan komentarnya : Di Kota Shenzhen, gelombang pulang kampung datang lebih awal. Dengan nada sedih para pekerja migran itu berujar untuk tidak kembali lagi setelah angkat kaki hari ini. Meskipun gelombang pulang kampung halaman menjelang Tahun Baru bukanlah hal baru, tetapi tahun ini gelombang tersebut datang 4 bulan lebih cepat dari jadwalnya. Mengapa demikian ?

Masih ada lebih dari tiga bulan tersisa sebelum Tahun Baru Imlek 2024, namun di kota-kota tingkat satu Tiongkok dan wilayah yang maju secara ekonomi, gelombang pulang kampung berskala besar lantaran PHK sudah terjadi di kota-kota Shenzhen, Shanghai dan lainnya.

“Benar, banyak perusahaan yang berlibur tiga bulan lebih awal karena tidak ada kerjaan, tidak ada pesanan yang masuk. Salah satu alasannya adalah pesanan dari Eropa dan Amerika Serikat telah dialihkan ke Asia Tenggara. Alasan kedua adalah banyak perusahaan swasta Tiongkok yang demi hidup juga hengkang ke Asia Tenggara. Mereka perlu pergi ke Asia Tenggara untuk membangun pabrik, yang berarti pabrik di Tiongkok boleh ada boleh tidak. Jadi bagaimana menurut Anda, apakah dalam situasi demikian ini perekonomian Tiongkok bisa membaik ?” kata Huang Jinqiu, awak media senior Tiongkok.

Belakangan ini beredar kabar bahwa banyak perusahaan swasta besar Tiongkok melakukan PHK terhadap karyawannya. Perusahaan induk Douyin “ByteDance” telah mengonfirmasi rencananya untuk menutup unit gamenya “Nuverse”. Kabarnya bahwa ribuan orang karyawan menghadapi PHK.

Huang Jinqiu mengatakan : “Tidak diragukan lagi apa yang kita rasakan adalah tingkat konsumsi masyarakat yang menurun. Jadi harga barang tidak juga bisa naik meskipun bank sentral telah mengucurkan dana pada paruh pertama tahun ini sebesar RMB. 47 triliun, yang jauh melebihi total sepuluh tahun terakhir. Tingkat inflasi tetap tidak berubah, kenapa ? Berapapun uang baru dicetak, tetapi uang itu tidak sampai ke tangan rakyat, rakyat tetap miskin, tidak memiliki daya beli”.

Alibaba Group yang baru membantah rumor tersebut pekan lalu, kembali melaporkan PHK pada 28 November.

Berbagai media melaporkan bahwa Alibaba Group telah menutup laboratorium penelitian komputasi kuantumnya, hal ini mengindikasikan bahwa Alibaba mungkin mempertimbangkan pemotongan biaya pengeluaran demi meningkatkan laba usaha perusahaan. Penutupan laboratorium ini akan mengakibatkan sekitar 30 orang karyawan kehilangan pekerjaan.

Huang Jinqiu mengatakan : “Saya menyebutnya sebagai pengangguran institusional, karena sistem politik Tiongkok memiliki masalah besar, yang menyebabkan kesalahan dalam mengambil kebijakan luar negeri, selain menyebabkan buruknya perkembangan kebijakan ekonomi Tiongkok. Jika masalah ini tidak diselesaikan secara mendasar, tetapi hanya tambal sulam, kondisi sulit berubah”.

Tangkapan layar yang diposting online oleh netizen menunjukkan, bahwa sebuah perusahaan di Shenzhen mengeluarkan pemberitahuan pada bulan Juni dan Oktober tahun ini untuk meliburkan perusahaan total selama 10 bulan, terutama karena kurangnya pesanan yang diterima. Topik ini bahkan muncul di daftar pencarian terpopuler di Tiongkok pada 28 November.

“Daya konsumsi melemah, tentu saja banyak perusahaan tidak mampu memperoleh jumlah penjualan yang diharapkan. Omzet penjualan menurun otomatis tidak menghasilkan keuntungan, bahkan mungkin mengalami kerugian. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang beroperasi harus menghadapi kenyataan omzet penjualan semakin lama semakin menurun. Tidak ada biaya untuk mengoperasikan pabrik, sehingga pekerja semakin banyak menganggur, yang akan menyebabkan lebih banyak PHK,” kata Huang Jinqiu.

Hu Liren, seorang pengusaha yang berbasis di Shanghai yang tinggal di Amerika Serikat mengatakan bahwa pengangguran berskala besar ini berpotensi menyulutkan masalah sosial yang sangat serius.

Hu Liren mengatakan : “Ketika rakyat tidak lagi memiliki uang, maka akan banyak kasus kriminal di negara ini. Ketika rakyat kebanyakan tidak punya uang, maka perubahan sosial besar bisa terjadi. Perubahan itu mungkin berupa pencurian, perampokan, penipuan. Kasus-kasus itu akan semakin banyak terjadi”.

Selain itu, muncul di platform sosial Tiongkok, postingan sejumlah besar guru di Kota Shenzhen yang mengumumkan pengunduran diri mereka. Akademisi elit dari universitas ternama ini menemukan bahwa posisi mengajar, yang tadinya mereka anggap sebagai pekerjaan yang dapat menghasilkan gaji tinggi dan cukup stabil, tetapi di Tiongkok ternyata “tidak gampang”.

Para guru yang pernah menerima gaji tahunan yang tinggi kini memilih mengundurkan diri setelah mengalami involusi, tekanan tinggi, dan pemotongan gaji yang signifikan.

Hu Liren mengatakan : “Kemudian beberapa orang mulai sadar. Sesudah sadar mereka akan merasakan bahwa hal ini mengerikan. Bagaimana dengan generasi ketiga dan anak-anak ini ? Mereka akan mencoba mendorong generasi kedua untuk meninggalkan Tiongkok, hengkang dari Tiongkok. Ya, faktanya adalah sebuah pelarian.”

Para ahli percaya bahwa ini semua adalah akibat dari kesalahan kebijakan Partai Komunis Tiongkok. Sehingga terjadi kemerosotan perekonomian Tiongkok secara keseluruhan. Kini PKT sendiri berada dalam masalah baik internal maupun eksternal, sehingga tidak berdaya untuk menangani masalah ekonomi. Oleh sebab itu masalah ekonomi Tiongkok di masa mendatang akan semakin serius. (sin)