Apa Dampak Meninggalnya 2 Tokoh AS terhadap Beijing?

TangHaoCrossRoads

Henry Kissinger, yang disebut sebagai “menlu AS paling berkuasa pasca PD-II (Perang Dunia kedua)” meninggal dunia di usia seratus tahun pada 29 November lalu, sementara teman seperjuangan “dewa saham” Warren Buffet yakni Charles Munger juga baru saja meninggal dunia sehari sebelumnya. Apakah sebenarnya kesamaan antara Kissinger dengan Munger, mengapa Beijing begitu memperhatikan keduanya? Kissinger selaku seorang diplomat top, bagaimanakah pengaruh yang telah ditimbulkannya bagi RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dan Taiwan hingga hari ini? 

Sahabat Sekaligus Ayah Angkat PKT, Kissinger Meninggal pada Usia Seratus Tahun

Pertama, kemiripan usia. Kissinger dilahirkan pada 1923, dan meninggal dunia tepat pada usia 100 tahun; Munger hanya setengah tahun lebih muda daripada Kissinger, saat meninggal dunia sudah berusia 99 tahun. Dengan kata lain, keduanya telah menyaksikan manusia di abad ke-20 melangkah menuju ke abad 21.

Kedua, kemiripan pengaruh. Kissinger tidak hanya dikenal sebagai akademisi di bidang hubungan internasional, juga pernah menjabat sebagai penasihat Dewan Keamanan Nasional (NSC) AS, dan Menlu AS, intervensinya terhadap Tiongkok, Vietnam, Taiwan, dan Amerika Latin, telah berpengaruh secara mendalam pada struktur internasional hari ini, oleh karenanya Henry Kissinger dijuluki sebagai “Menlu AS paling berkuasa pasca PD-II”.

Munger walaupun tidak memiliki kekuasaan politik, tetapi merupakan seorang investor internasional yang kaya raya, mensejajarkan diri dengan Warren Buffet, bidang usaha yang diinvestasikannya, mayoritas akan tumbuh kembang dengan pesat.

Ketiga, kemiripan dukungan terhadap Beijing. Seperti diketahui, Kissinger diam-diam berkunjung ke Tiongkok pada 1971, lalu mendorong terjalinnya hubungan diplomatik antara AS dengan RRT, kemudian ia juga terus menerus mempublikasikan konsepsi dukungannya terhadap rezim PKT. Pada Juli tahun ini, ia mendatangi Beijing secara khusus, dan hendak menggunakan pengaruh diplomatiknya untuk meredakan ketegangan hubungan antara AS dengan RRT, sementara Beijing juga menegaskan bahwa Kissinger adalah “sahabat lamanya”. Biasanya, yang bisa disebut “sahabat lama” oleh PKT, adalah orang-orang yang sejalan dengan PKT dan memberikan keuntungan jangka panjang bagi mereka.

Demikian juga dengan Munger, pengaruh finansialnya begitu besar, dan semasa hidupnya tidak hanya berinvestasi pada BYD Company bersama dengan Buffet, ia juga berkali-kali menyatakan bahwa dirinya optimis berinvestasi di Tiongkok, ini juga menjadikan Munger sebagai merek dagang hidup bagi rezim PKT. Semasa hidupnya investasi terbesar terakhir yang dilakukannya adalah pada Alibaba, dengan membeli saham Alibaba sebesar 100 juta dolar AS, tetapi hasilnya rugi besar yang mengenaskan, hingga hari meninggalnya, telah dibukukan rasio kerugiannya yang mencapai 55%.

Namun penulis ingin lebih banyak membahas perihal Kissinger, karena begitu besar dan mendalam pengaruhnya terhadap hubungan AS-RRT hari ini, terhadap hubungan antara kedua daratan dan juga geopolitik internasional.

Memang benar, bagi para pembaca yang banyak mengikuti tentang hubungan luar negeri, Kissinger dikenal sebagai seorang pakar teori politik internasional, yang disebut tokoh representatif dalam “realisme politik”, karya tulisnya dijadikan buku pelajaran wajib bagi banyak mahasiswa. Selain itu, ia tidak hanya mengemukakan “teori keseimbangan kekuasaan”, juga secara aktif memanfaatkan status sebagai menlu AS dalam menerapkan teori ini ke pentas politik internasional.

Sebagai contoh, untuk melawan Uni Soviet, ia mendorong normalisasi hubungan AS-RRT, yang membuat Benua Amerika, Benua Eropa, dan Benua Asia membentuk keseimbangan kekuasaan tiga negara kontinen, inilah “diplomasi segitiga” yang terkenal itu. Kissinger juga turun tangan dalam mediasi Perang Vietnam, yang akhirnya meraih hadiah Nobel perdamaian, tetapi Kissinger juga ikut terlibat dalam banyak kudeta internasional dan aksi pembunuhan, jadi seumur hidupnya dapat dikatakan “penuh dengan kontroversi, aib dan kehormatan sama banyaknya”. Akan tetapi, reporter investigasi AS Seymour Hersh pernah melontarkan sebuah kalimat, yang menurut penulis patut direnungkan, Hersh pernah berkata, “Sisi gelap Kissinger adalah sangat, dan sangatlah gelap”.

Mengapa penulis mengutip kalimat Hersh ini? Karena di mata penulis, warisan terbesar yang ditinggalkan Kissinger bagi umat manusia adalah, dirinya telah membantu rezim PKT menjadi begitu kuat, melangkah menuju dunia internasional yang akhirnya mengancam seluruh dunia. Singkat kata, jika Uni Soviet adalah bapak yang melahirkan PKT, maka Kissinger adalah bapak asuh PKT sekaligus sebagai pengawal PKT.

Lima “Kontribusi” Besar Kissinger Membantu PKT Menjadi Besar

1. Menggandeng PKT Menekan Uni Soviet, Menyelamatkan PKT Dari Kesulitan

Seperti diketahui, pada era 1960-an adalah era dimana Mao Zedong mengacaukan Tiongkok paling parah, yang diawali dengan “Lompatan Jauh ke Depan” yang mengakibatkan tiga tahun wabah kelaparan, kemudian mengobarkan “Revolusi Kebudayaan” sejak 1966, tak hanya menewaskan puluhan juta jiwa rakyat Tiongkok, perekonomian Tiongkok juga hancur berantakan, ditambah lagi hubungan Mao Zedong dengan Uni Soviet pun menjadi berseteru tegang. Singkat kata, dalam hal urusan dalam negeri, dan luar negeri, maupun ekonomi, PKT mengalami kesulitan yang amat sangat parah. Namun pada saat itu, bertepatan dengan sedang didorongnya “diplomasi segitiga” oleh Kissinger, yang hendak membina “kekuatan ketiga” di Asia dalam membentuk kekuatan dua sisi untuk memojokkan Uni Soviet, jadi berkat pengarahan dari Kissinger, pihak AS pun memecahkan kebekuan diplomatiknya dengan Beijing, dan AS menormalisasi hubungannya dengan RRT (sebelumnya hanya mengakui Repulic of China bentukan Sun Yat Sen yang diwariskan kepada Chiang Kai-shek. Red.).

AS ibarat seutas tali penyelamat yang diulurkan Kissinger kepada PKT, yang tidak hanya menjadikan negara adi daya yang membantu PKT di pentas internasional dari belakang, juga membuat Uni Soviet tidak berani memulai konflik dengan RRT, dan membuat Mao Zedong dapat tidur dengan nyenyak.

2. Melupakan Janji, Meninggalkan Republik Tiongkok (Taiwan)

Setahun sebelum kunjungan Kissinger ke Tiongkok, Kissinger dan Presiden AS kala itu yakni Richard Nixon pernah berjanji pada Chiang Kai-shek bahwa Amerika selamanya tidak akan meninggalkan Taiwan, juga tidak akan pernah berkompromi dengan pemerintah PKT. Tapi tahun berikutnya Kissinger diam-diam telah berkunjung ke Tiongkok, untuk membuka jalan bagi kunjungan Nixon ke Tiongkok pada tahun 1972.

Menurut arsip keamanan nasional AS, malahan saat Nixon berkunjung ke Tiongkok, hadiah yang dibawakannya bagi PKT adalah mengalah dalam masalah Taiwan. Waktu itu PM Zhou Enlai mengemukakan syarat, pihak AS harus mengakui “Taiwan adalah salah satu provinsi Tiongkok”, tetapi Nixon tidak ingin mengalah sebanyak itu. Sehingga kemudian Kissinger mengemukakan suatu pernyataan, yang kemudian tertuang pada “Komunike Shanghai”, dan isinya adalah: “AS menyadari, seluruh rakyat Tiongkok yang berada di kedua sisi Selat Taiwan menganggap hanya ada satu Tiongkok, dan Taiwan adalah sebuah bagian dari Tiongkok. Pemerintah AS tidak berkeberatan dengan pernyataan ini”. Di saat yang sama Kissinger juga menjanjikan, begitu Perang Vietnam berakhir, pihaknya akan menarik mundur 2/3 pasukan AS yang ditempatkan di Taiwan dan mengurangi bantuan pertahanan untuk Taiwan.

Jadi kita bisa melihat, di bawah pengarahan Kissinger, selangkah demi selangkah AS telah menjauhi Republik Tiongkok (Taiwan), dan PKT pun semakin keras menyatakan Taiwan adalah wilayah kedaulatan RRT. Hingga akhirnya AS resmi menjalin hubungan diplomatiknya dengan RRT pada 1979, di saat itu AS pun resmi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Taiwan.

3. Dorong Komunikasi AS-Tiongkok, Salurkan Dana dan Teknologi Untuk Membesarkan PKT

Setelah mencairnya hubungan AS-RRT, Kissinger terus mendorong berbagai kebijakan untuk membantu Beijing, setelah itu AS tidak hanya memberikan modal dan juga teknologi kepada PKT, sejak 1978, Deng Xiaoping juga meminta agar AS memberikan akses pendidikan bagi mahasiswa Tiongkok untuk belajar iptek terbaru.

PKT sangat memahami, jika ingin “menyalip di tikungan” di pentas internasional, harus bisa menyerap nutrisi AS berupa modal dan teknologinya. Dengan mengganti sudut pandang, Deng Xiaoping mengemukakan strategi “rendah hati” untuk “membina hubungan baik dengan AS”, yang sebenarnya merupakan strategi “menempel pada AS” dan “menjadi parasit pada AS”. 

Berkat bantuan dan dukungan Kissinger, ekonomi dan teknologi RRT bertumbuh pesat dan selangkah demi selangkah menjadi negara ekonomi terbesar kedua di dunia, juga membuat PKT berhasil mengumpulkan modal strategis untuk ekspansi merah mereka dengan diplomasi serigala perangnya.

4. Pembantaian Tiananmen, Membantu PKT Menyangkal Kejahatannya

Tahun 1989 meletus gerakan mahasiswa berskala besar-besaran di Lapangan Tiananmen, para pelajar menuntut agar pemerintah melakukan reformasi, dan memperjuangkan kebebasan demokrasi, akibatnya PKT mengerahkan kekuatan militer melakukan penindasan bersenjata, dan telah menewaskan lebih dari delapan ribu warga sipil. Masyarakat dunia pun mengutuk tindakan berdarah pemerintah PKT tersebut.

Namun pada saat itu, Kissinger justru tampil untuk membela PKT, alasannya adalah: “Jika pemerintah PKT tidak bisa mengendalikan lapangan utama di ibukota, maka kemampuannya mengendalikan daerah-daerah lain di Tiongkok akan terkikis lemah dengan cepat”. Bayangkan saja, seorang Kissinger yang mewakili negara AS yang menganut kebebasan dan demokrasi, melontarkan pernyataan yang sepenuhnya membela politik tirani PKT, hal ini mengisyaratkan untuk menstabilkan rezim PKT, dan cara apapun yang dilakukan adalah halal. Inilah jalan pemikiran Kissinger, betapa gelap betul pemikirannya.

Ia mengatakan, Pembantaian Tiananmen adalah “seperti hal yang kerap terjadi dalam sejarah Tiongkok, irama kehidupan dan pengetahuan umum warga Tiongkok mungkin akan menimbulkan sejumlah solusi yang praktis”. Ia menyatakan penindasan pelajar dengan kekuatan militer adalah semacam “solusi yang praktis”, seandainya saja hari ini Pembantaian Tiananmen tersebut terjadi di AS, apakah Kissinger berani berkata seperti itu?

Ia bahkan mengatakan, “Jika AS meninggalkan Tiongkok pada momen yang terus berubah ini, atau mengambil tindakan yang akan diinterpretasikan oleh Beijing sebagai kebijakan untuk menggulingkan pemerintahannya, itu adalah tindakan yang sangat tidak bijaksana”. Fungsi dari perkataan ini, jelas hendak memanfaatkan PKT untuk menakut-nakuti para pejabat AS, bukankah begitu? Apakah Kissinger seorang pejabat AS atau pejabat PKT? Dalam hati nuraninya, yang dilindunginya adalah AS atau RRT?

Tindakan Kissinger pada waktu itu juga dikritik oleh surat kabar Washington Post sebagai tindakan “menjilat” pada PKT. Tapi berkat mediasi Kissinger yang kuat pada saat itu, pada akhirnya pihak AS tidak memberikan sanksi apapun terhadap PKT. 

Di kemudian hari, media massa AS baru menemukan, mengapa Kissinger membela PKT begitu mati-matian? Karena waktu itu ia baru saja bekerjasama dengan China CITIC Bank dalam mengeluarkan suatu produk reksadana baru, jadi jika Tiongkok kehilangan investasi dari modal internasional, maka kepentingan bisnis reksadananya juga akan ikut terkena imbasnya.

5. Serigala Perang PKT Ancam Internasional, Kissinger Rela Bersilat Lidah demi Membela PKT

Di usia lanjut, pengaruh Kissinger terhadap pentas politik AS semakin memudar. Tetapi ketika pemerintahan Trump mengobarkan perang dagang terhadap RRT dengan mengakhiri kebijakan peredaan AS yang telah dijalankan selama lebih dari 40 tahun terakhir, Kissinger kembali tampil membela PKT, dengan mengatakan dirinya menentang AS membangun jaringan yang mengepung RRT seperti itu, dan tidak ingin melihat konfrontasi langsung antara AS dengan Beijing.

Karena corak “Panda-is (pro RRT)” pada diri Kissinger begitu kental, sehingga pada November 2020 pemerintah Trump menginstruksikan agar Kissinger dan kawan-kawan dikeluarkan dari daftar nama penasihat Dewan Kebijakan Pertahanan AS.

Tidak hanya telah berkunjung ke Tiongkok lebih dari 100 kali selama hidupnya, Kissinger juga merupakan satu-satunya pejabat diplomatik yang telah ditemui oleh lima generasi pemimpin PKT. Tidak hanya telah menarik PKT keluar dari kesulitan saat PKT di masa paling sulit, juga telah menyuntikkan nutrisi bagi PKT, kemudian mendorong PKT ke pentas internasional, hingga akhirnya terbentuklah serigala perang PKT seperti hari ini.

Itu sebabnya, meninggalnya Kissinger, tidak hanya membuat media massa utama PKT menulis artikel panjang lebar mengenang dan memujanya, bahkan pemimpin PKT pun mengirimkan ucapan belasungkawa, mengatakan Kissinger adalah “kawan lama dan sahabat baik rakyat Tiongkok”. Kalimat ini, telah menggambarkan ikatan kepentingan yang erat tak terpisahkan antara Kissinger dengan PKT.

Tentu saja, Kissinger dipastikan juga melakukan kontribusi positif, baik sebagai akademisi maupun sebagai pejabat diplomatik, ia mungkin juga merupakan pakar urusan diplomatik yang paling berkuasa dalam sejarah AS. 

Tapi menurut penulis, hal yang paling disayangkan darinya adalah, Kissinger telah mewariskan PKT sebagai “kesulitan yang maha besar” ini kepada seluruh dunia, yang mungkin juga akan berdampak pada status dan penilaian terhadap dirinya dalam sejarah di masa mendatang.

Pengaruh Apa yang akan Ditimbulkan bagi Hubungan AS-PKT

“Masa indah” hubungan AS-PKT telah berakhir, bukan karena telah tiadanya Kissinger, melainkan karena dua alasan: Pertama, PKT salah menilai dirinya sudah cukup kuat, sehingga meninggalkan kebijakan “rendah hati” dari Deng Xiaoping, dengan lebih awal mengacungkan senjata dan unjuk taring, dengan program “One Belt One Road (yang diubah Belt and Road Initiative)” dan “serigala perang” yang akhirnya berhasil menyulut kemarahan dan kewaspadaan seluruh dunia.

Kedua, selama jangka panjang, PKT selalu aktif memperluas pengaruh internasionalnya dan ikut berpartisipasi dalam organisasi internasional, tapi tidak mau menaati aturan main, sebaliknya memanfaatkan celah aturan yang ada atau berbuat curang, melakukan perdagangan tidak adil, atau mencuri teknologi dan kekayaan intelektual negara lain. 

“Agresi bisnis” semacam ini telah membuat semua negara tidak senang dan khawatir, sehingga negara besar dunia pun mengikuti jejak pembatasan seperti yang dilakukan AS, yakni mengepung PKT, serta mengucilkan PKT, dan “derisking” dari PKT.

Oleh karena itu, bisa diprediksi, hubungan AS-Tiongkok  selanjutnya tidak akan mengalami perbaikan lebih lanjut, mungkin justru akan mengalami persaingan dan konfrontasi semakin sengit. Tapi memburuknya hubungan AS-Tiongkok bukan karena hidup matinya seorang representasi, melainkan karena ambisi imperialisme PKT sendiri, serta aksi ekspansi diri yang berlebihan, dan salah menafsirkan situasi internasional, akhirnya malah menciptakan musuh di seluruh dunia, serta membuat dirinya sendiri terkucilkan dan terisolasi, sehingga menjadi serigala perang yang kesepian. (sud/whs)