AS Hentikan Sementara Bantuan Bagi Ukraina? Korban Rusia 360 Ribu Tewas dan Terluka

Time to Explore

Perang Ukraina sampai sekarang telah menimbulkan korban tewas dan luka-luka di pihak Rusia mencapai lebih dari 300 ribu orang, angka ini bukan isapan jempol belaka, melainkan angka yang dilansir Kemenhan AS, juga telah diakui (secara tidak langsung) oleh Putin sendiri.

Pada 14 Desember lalu, Moskow melangsungkan konferensi pers tahunan dimana Putin menyatakan, hingga saat ini Rusia telah mengerahkan lebih dari 240.000 orang prajurit, di samping 486.000 orang prajurit yang secara sukarela telah bergabung dalam militer Rusia. Sedangkan saat ini di garis depan Ukraina, Rusia telah menempatkan 610.000 serdadu.

Jadi begitu dihitung, prajurit Rusia telah berkurang 110.000 orang. Namun masih ada semacam penjelasan lain, yaitu yang disebut Putin hanya jumlah orang yang dikerahkan dan bergabung dengan angkatan bersenjata Rusia, tidak disebutkan 250.000 orang serdadu yang sejak awal dikirim ke medan perang Ukraina, jadi jika ditambahkan 250.000 orang yang sejak awal telah dikirim ke Ukraina, berarti Rusia telah kehilangan sebanyak 360.000 orang.

Korban Tewas dan Luka-Luka Rusia Sebanyak 360.000 Orang

Tewas dan luka-luka 110.000 orang atau 360.000 orang, kedua angka ini bisa dijelaskan, tetapi melihat dari segi angka, jumlah korban 360.000 orang ini lebih bisa diandalkan. Dan seminggu sebelumnya, Pemerintah AS telah mengungkap data intelijennya. 

Kita lihat saja berita di surat kabar Wall Street Journal, dimana intelijen AS telah memperkirakan, perang Ukraina telah menghancurkan persenjataan militer Rusia, hampir 90% personal militer sebelum perang telah tewas maupun luka-luka, ribuan tank dihancurkan, dan sebanyak 315.000 orang prajurit Rusia telah tewas atau luka-luka, jumlah itu adalah sekitar 87% dari 360.000 orang prajurit AD Rusia sebelum perang. Selain itu, Rusia juga telah kehilangan hampir dua pertiga pasukan tank.

Menurut data lembaga statistik pihak ketiga ORYX, hingga artikel dilansir, Rusia telah kehilangan sebanyak 2.541 unit tank. Lembaga tersebut memastikan setiap tank yang rusak lewat rekaman video dan foto, jumlah kerusakan yang sebenarnya mungkin lebih tinggi lagi, mungkin mencapai hampir 3.000 unit. 

Dengan kata lain, lewat data statistik pihak ketiga ORYX, analisa intelijen AS, serta pernyataan Putin, maka secara garis besar bisa didapatkan gambaran jumlah total korban di pihak Rusia saat ini. Sebelumnya hanya di Bakhmut saja, korban tewas dan terluka di pihak Rusia sekitar 100.000 orang, pada Mei lalu pemimpin tentara bayaran Wagner Group mendiang Prigozhin menyatakan, sebanyak 20.000 orang serdadu Wagner Group tewas di Bakhmut, yang setengahnya merupakan mantan napi yang direkrut dari penjara, ini hanya jumlah korban di pihak Wagner dalam penyerangan Bakhmut saja. Belum lagi pasukan terjun payung Rusia, jumlah korban tewas dari pasukan terjun payung tidak ini dapat diketahui.

Dari jumlah korban tewas ini, maka dapat diperkirakan bahwa itu adalah jumlah korban tewas dan luka-luka secara keseluruhan. Di masa PD-II, biasanya rasio korban tewas dan luka-luka adalah sekitar 1 banding 3, dengan kata lain, dari setiap 3 orang yang luka-luka, ada 1 orang yang tewas. Tetapi seiring dengan meningkatnya kemampuan medis (dan juga rompi anti peluru), rasio korban tewas dan luka-luka di medan perang tidak begitu tinggi lagi, normalnya antara 1:5 atau 1:8. Maka jika dihitung, korban Rusia hanya di Bakhmut saja kemungkinan antara 100.000 sampai 150.000 orang. Sepanjang peperangan ini, dari angka korban Rusia sebanyak lebih dari 300.000 orang itu, sebanyak sepertiga sampai setengahnya terjadi di Bakhmut.

Tentu saja, ada juga berita buruk, mengapa AS memperlihatkan data intelijennya kepada kongres, dan membiarkan media massa AS memberitakannya? Alasannya sangat sederhana, karena dukungan kongres AS kepada Ukraina sedang menurun, khususnya bantuan militer hampir stagnan selama beberapa bulan terakhir ini.

Oleh karena itu Kemenhan AS memaparkan kondisi mereka sendiri untuk diperlihatkan pada para anggota kongres, maksud intinya adalah, Anda lihat kita telah membantu Ukraina, walaupun yang digunakan adalah uang para wajib pajak warga AS, tetapi efektivitas yang ditimbulkannya adalah sangat baik, yang meruntuhkan seluruh mesin militer Rusia, korban di pihak Rusia sudah mencapai lebih dari 300.000 orang, dan telah kehilangan tank sebanyak lebih dari 2.500 unit.

Mengapa bantuan AS bagi Ukraina dihentikan? Apakah dampak yang akan terjadi pada situasi perang Ukraina?

Bantuan AS Bagi Ukraina Mandeg

Belum lama setelah bantuan terakhir AS bagi Ukraina pada 12 Desember lalu, ada suatu pernyataan dari Kemenlu AS bahwa mereka telah memberikan perlengkapan persenjataan senilai 200 juta dolar kepada Ukraina, diantaranya termasuk amunisi anti pesawat, amunisi artileri, rudal anti radiasi HARM, amunisi senjata ringan, beserta suku cadangnya. Dua ratus juta dolar AS ( Rp 3 Trilyun), bagi suatu peperangan, sebenarnya termasuk kecil, karena tanpa memberikan satu pun senjata berat, dan seluruhnya hanya terdiri dari berbagai jenis amunisi saja.

Sedangkan di akhir pernyataan, ada kalimat seperti ini, kecuali kongres AS mengambil tindakan memberikan bantuan baru, maka ini akan menjadi bantuan keamanan terakhir yang diberikan AS kepada Ukraina. Dengan kata lain, sebelum akhir tahun 2023 ini AS akan sulit memberikan bantuan militer yang baru bagi Ukraina, karena AS akan segera berlibur selama dua minggu dari Natal hingga Tahun Baru 2024, kongres AS akan beristirahat, dan semua orang akan berkumpul bersama keluarga. 

AS adalah negara demokrasi, anggota kongres dipilih oleh warga, pajak dibayar oleh warga, jadi kuasa terpenting dari kongres adalah mengatur anggaran belanja, dan mengawasi bagaimana pemerintah menggunakan uang warga. Bagaimana pemerintah AS menggunakan uangnya, atau hendak membantu siapa, harus ada persetujuan kongres terlebih dahulu.

Pada saat ini AS telah memberikan bantuan kepada Ukraina sebesar lebih dari 60 milyar dolar secara keseluruhan. Angka ini tidak sedikit, tetapi tergantung dibandingkan dengan siapa. Tidak membahas yang jauh sebelumnya, sebut saja Perang Afghanistan, sejak 2001 Perang Afghanistan telah berlangsung selama dua dasawarsa, berapa banyak dana yang telah dihabiskan AS? 

Menurut data Watson Institute for International Studies di Brown University, AS telah menghabiskan dana 2 triliun dolar AS dalam Perang Afghanistan, atau rata-rata 100 milyar dolar AS per tahun (= 1.547 triliun rupiah). Padahal AS “hanya” menggunakan 60 milyar dolar AS (928 triliun rupiah) selama 2 tahun untuk membantu Ukraina menjatuhkan Rusia. Tanpa harus mengirimkan pasukan, uang yang dihabiskan ini sangat layak.

Banyak orang kemudian berpikir, lalu mengapa sekarang kongres AS menolak untuk terus memberikan bantuan militer bagi Ukraina? Sekarang yang berkuasa di DPR AS adalah Partai Republik dan Partai Republik sebetulnya tidak menentang bantuan militer kepada Ukraina, sebelumnya saat McCarthy (dari Partai Republik) menjabat sebagai Ketua DPR, juga diberikan bantuan bagi Ukraina, namun yang dilakukan Partai Republik sekarang adalah bantuan pada Ukraina dikaitkan dengan masalah anggaran di perbatasan selatan AS. 

Perlu diketahui bahwa selama dua tahun terakhir, imigran gelap yang menyusup masuk lewat perbatasan ke AS amat sangat banyak, dan sikap dari Partai Republik adalah, boleh saja AS terus membantu Ukraina, tetapi bereskan dulu permasalahan di gerbang Selatan negara AS, jadi untuk bisa meminta anggaran, berikan kami anggaran untuk mengamankan wilayah Selatan dulu. Inilah logika Partai Republik, juga logika dari sang Ketua DPR AS saat ini.

Ketua DPR AS yang baru bernama Mike Johnson, ia memiliki hubungan sangat baik dengan orang-orang internal Partai Republik, yang merupakan seorang umat Kristen yang sangat taat, juga memiliki konsep politik konservatif, tapi mendapat dukungan dari berbagai faksi Partai Republik, dan di dalam internal Partai Republik ia tidak memiliki musuh. Ini adalah faktor penting sehingga akhirnya dirinya terpilih menjadi Ketua DPR AS. Minggu lalu Zelensky baru saja terbang ke AS dan bertatap muka dengan Johnson, pasca tatap muka itu Zelensky tidak berpidato di DPR AS seperti rencana semula dan langsung terbang kembali ke Ukraina.

Menurut pemberitaan surat kabar Wall Street Journal dan New York Times, dalam perbincangan itu Zelensky memberitahu Johnson, paling lambat sampai Februari tahun depan pihaknya akan membutuhkan bantuan militer AS lagi, tapi sikap dukungan AS pada Ukraina lebih penting pada semangat juang dan kondisi peralatan. Apa maksudnya? Zelensky mengatakan, bagaimana internal AS berselisih paham, saya tidak peduli, juga tidak mampu mengurusnya, perlengkapan militer bisa agak lambat, berikan pada kami pada Februari tahun depan pun boleh, tapi dalam hal suara dukungan di internasional, kalian tidak boleh berhenti, kalian harus mendukung penuh Ukraina.

Jadi kita melihat liputan ini di Fox News, setelah pertemuan itu penyataan yang disampaikan Johnson adalah, AS mendukung Ukraina, tapi harus lebih dulu mengatur urusan dalam negeri.

Orientasi dan Dampak Mendatang Bantuan Militer Bagi Ukraina

Jadi kesimpulan setelah menganalisa semua konteks ini adalah sebagai berikut.

Pertama, tahun 2023 AS akan sulit mengadakan rencana memberikan bantuan militer bagi Ukraina.

Kedua, mayoritas anggota Partai Republik dan Partai Demokrat mendukung Ukraina, perselisihan mereka adalah dalam hal mengatasi masalah dalam negeri, dan mengaitkan masalah internasional dengan masalah dalam negeri. Ada yang mengatakan, anggota kongres AS yang ekstrem kanan menentang Ukraina, faktanya memang begitu, kaum ekstrem kanan dan ekstrem kiri AS, mereka memang menentang Ukraina, dan yang lebih menarik, di antara mereka banyak juga yang menentang Israel.

Ketiga, pada Januari atau Februari tahun depan, kedua belah pihak akan berkompromi mengatur anggaran baru, secara resmi mendukung Ukraina dan Israel, serta mengatasi masalah anggaran perbatasan selatan.

Keempat, penghentian sementara bantuan militer dari AS kepada Ukraina tidak akan terlalu berpengaruh pada situasi perang, mengapa demikian? Alasannya sederhana, sekarang Ukraina telah memasuki jalan buntu, serangan balasan Ukraina tidak berhasil, tapi Rusia juga tidak memiliki lebih banyak stamina untuk menyerang Ukraina. Apalagi sekarang memasuki musim dingin, yang sangat dingin di Ukraina, pada musim winter tahun lalu tidak ada pergerakan yang berarti di medan perang Ukraina, semua orang tidak mau berperang.

Selain itu, politik itu sangat fleksibel, beberapa bulan sebelumnya Kemenhan AS menerbitkan klarifikasi, dikatakan adanya kesalahan perhitungan harga material bantuan sebelumnya bagi Ukraina, kelebihan 10%, dengan angka hitungan tersebut berarti anggaran yang diberikan kongres kepada Ukraina, masih ada sebanyak 6,4 miliar dolar AS yang belum digunakan. Berbagai bantuan penjualan senjata kepada Ukraina yang kecil-kecil sebenarnya berasal dari angka 6,4 miliar ini dan dari 6,4 miliar dolar AS ini masih ada sekitar 4 milyar dolar AS yang belum digunakan, dengan kata lain, walaupun kongres AS tidak menyetujui, Kemenhan AS masih bisa memberikan bantuan militer sekitar 4 milyar dolar AS bagi Ukraina. Jadi bila tidak ada sesuatu dan lain hal, pada Januari tahun depan pihak AS akan mengumumkan rencana bantuan barunya kepada Ukraina.

Untuk medan perang Ukraina sekarang, sementara dengan berkurangnya bantuan militer AS, Ukraina tidak akan banyak menyerang, inilah mengapa dalam dua bulan terakhir ini sangat sedikit berita tentang Ukraina. Memang saat ini kedua belah pihak telah sepenuhnya memasuki tahap buntu, dan kebuntuan seperti ini dikhawatirkan masih akan berlanjut cukup lama. (sud/whs)