Mantan Engineer Google Ditangkap, Didakwa Mencuri Rahasia Dagang AI untuk Tiongkok

Eva Fu

Seorang mantan engineer perangkat lunak Google telah didakwa dengan tuduhan mencuri rahasia dagang terkait kecerdasan buatan saat bekerja untuk kompetitor Tiongkok yang ingin unggul dalam perlombaan AI.

Linwei Ding, seorang warga negara Tiongkok yang juga dikenal dengan nama Leon, didakwa oleh dewan juri federal di San Francisco dengan empat dakwaan pencurian rahasia dagang, yang masing-masing dapat dihukum hingga 10 tahun penjara. Dia ditangkap pada 6 Maret di Newark, California, di mana dia tinggal.

Pria berusia 38 tahun ini diduga mencuri lebih dari 500 file yang berisi informasi rahasia antara Mei 2022 dan Mei 2023, termasuk informasi terperinci tentang infrastruktur perangkat keras dan platform perangkat lunak yang memungkinkan pusat data superkomputer Google untuk melatih model AI yang besar melalui pembelajaran mesin, menurut dakwaan tersebut.

Dalam beberapa minggu setelah Ding memulai aktivitas pencurian, menurut surat dakwaan tersebut, sebuah perusahaan Tiongkok tahap awal yang berfokus pada AI menawarkan untuk menjadikannya sebagai chief technology officer. Posisi itu disertai dengan gaji bulanan sekitar $14.800 dengan bonus tahunan dan saham perusahaan.

Pada  Oktober 2022, Ding melakukan perjalanan ke Tiongkok dan tinggal di sana hingga  Maret berikutnya, berpartisipasi dalam pertemuan investor untuk meningkatkan modal bagi perusahaan, Beijing Rongshu Lianzhi Technology.

Pada Mei 2023, ia mendirikan perusahaan rintisan AI di Shanghai.

Ia dalam sebuah dokumen yang mempromosikan perusahaannya di platform media sosial yang berbasis di Tiongkok, WeChat menyebutkan : “Kami memiliki pengalaman dengan platform daya komputasi sepuluh ribu kartu Google; kami hanya perlu meniru dan meningkatkannya – dan kemudian mengembangkan lebih lanjut platform daya komputasi yang sesuai dengan kondisi nasional Tiongkok.”

Dia juga meminta karyawan Google lainnya untuk memindai lencana aksesnya pada tiga hari terpisah di Desember 2023 untuk menciptakan kesan bahwa dia bekerja dari kantor Google di Amerika Serikat, padahal sebenarnya dia berada di Tiongkok, demikian yang ditemukan oleh para penyelidik Google setelah memeriksa rekaman pengawasan.

Ding awalnya berhasil menghindari deteksi Google dengan menyalin data Google ke dalam aplikasi Apple Notes di MacBook keluaran Google, lalu mengubahnya menjadi PDF untuk diunggah ke akun Google Cloud pribadinya.

Namun pada Desember 2023, ketika dia mengunggah file tambahan dari jaringan Google ke akun pribadi lainnya saat berada di Tiongkok, Google menjadi curiga.

Ia kemudian mengatakan kepada penyelidik Google bahwa ia bermaksud menggunakan informasi tersebut sebagai bukti pekerjaan yang telah ia lakukan di Google, menurut dakwaan tersebut.

Ding tidak mengungkapkan afiliasinya dengan perusahaan yang berbasis di Tiongkok kepada Google, demikian kata jaksa penuntut.

Kurang dari seminggu kemudian, dia memesan tiket sekali jalan ke Beijing yang dijadwalkan berangkat pada 7 Januari. Dia kemudian mengundurkan diri dari Google pada 26 Desember.

Google mengambil laptop dan perangkat seluler Google milik Ding dari rumahnya sehari sebelum hari terakhirnya bekerja di perusahaan tersebut, 5 Januari.

Mencuri Inovasi AS

Jaksa Agung Merrick Garland mengungkapkan rincian kasus ini pada Konferensi Asosiasi Pengacara Amerika di San Francisco pada 6 Maret.

Ia berkata : “Kami akan dengan keras melindungi teknologi sensitif yang dikembangkan di Amerika agar tidak jatuh ke tangan orang-orang yang tidak seharusnya memilikinya.”

Direktur FBI Christopher Wray mengatakan bahwa dakwaan tersebut merupakan “ilustrasi terbaru tentang sejauh mana afiliasi perusahaan yang berbasis di Republik Rakyat Tiongkok bersedia untuk mencuri inovasi Amerika.”

Wray menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa : “Pencurian teknologi inovatif dan rahasia dagang dari perusahaan-perusahaan Amerika dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan dan memiliki konsekuensi ekonomi dan keamanan nasional yang menghancurkan.”

The interagency Disruptive Technology Strike Force atau Pasukan Pemukul Teknologi Pengganggu antar-lembaga yang ikut serta dalam kasus ini dibentuk oleh Departemen Kehakiman dan Departemen Perdagangan tahun lalu dengan memperhatikan ancaman Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa di Tiongkok dengan mengeksploitasi inovasi AS untuk pengembangan militernya.

Wakil Jaksa Agung Lisa Monaco dalam pidatonya bulan lalu mengatakan bahwa AI merupakan prioritas utama gugus tugas tersebut, dan menggambarkannya sebagai “teknologi yang paling mengganggu.”

Wray, dalam konferensi keamanan nasional akhir Februari, juga memperingatkan tentang bahaya AI generatif dalam “memudahkan musuh asing yang lebih canggih dan kurang canggih untuk terlibat dalam pengaruh jahat” dan campur tangan dalam proses politik AS. (asr)