Penempatan 10.000 Tentara India di Perbatasan Tibet yang Tak Berpenghuni Menandakan Meningkatnya Ketegangan dengan Tiongkok

Venus Upadhayaya

NEW DELHI- Penempatan 10.000 tentara India di perbatasan dengan Tiongkok di negara bagian Himalaya, Himachal Pradesh dan Uttarakhand, mengindikasikan bahwa hubungan perbatasan antara kedua negara raksasa bersenjata nuklir itu memburuk dan tidak mungkin membaik dalam waktu dekat, demikian ungkap para pakar strategis.

 Namrata Hasija, seorang peneliti di Pusat Analisis dan Strategi Tiongkok yang berbasis di New Delhi, kepada The Epoch Times mengatakan : “Sama sekali tidak ada saling percaya, pihak India tidak bisa mempercayai pihak Tiongkok. Jadi kita harus melihat ini dalam perspektif yang lebih besar, bahwa hubungan ini belum membaik. Ia juga tidak melihat adanya tanda-tanda akan membaik dalam waktu dekat.”

Sebanyak 10.000 tentara tersebut sedang dipindahkan dari perbatasan barat India dengan Pakistan. Penempatan mereka di sepanjang 331 mil dari bentangan perbatasan yang tidak aktif tetapi disengketakan tidak disebutkan oleh juru bicara pemerintah India, tetapi oleh Bloomberg News,  pada 7 Maret, mengutip sumber pemerintah India yang tidak disebutkan namanya.

Sementara itu, rezim Tiongkok menyatakan ketidaksenangannya saat mengkonfirmasi perkembangan tersebut, dan menyebut langkah tersebut “kontraproduktif.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, dalam menanggapi sebuah pertanyaan dari Bloomberg dalam sebuah konferensi pers reguler di Beijing pada  8 Maret bahwa langkah India untuk memperkuat pengerahan militer di sepanjang perbatasan dengan Tiongkok merupakan langkah yang kontraproduktif terhadap upaya kedua negara untuk meredakan situasi di perbatasan dan tidak kondusif untuk menjaga perdamaian dan ketenangan di daerah perbatasan. 

Pensiunan Mayor Jenderal India G.G. Dwivedi, seorang mantan asisten kepala staf pertahanan terpadu India dan mantan atase pertahanan di Tiongkok, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa perbatasan yang disengketakan antara India dan Tiongkok – yang disebut sebagai Line of Actual Control atau “Garis Kontrol Aktual” – kemungkinan besar akan “diperebutkan secara intens” di masa depan.

Ia memprediksi, Itu berarti bahwa kedua belah pihak akan terlibat dalam apa yang ia sebut sebagai “posisi taktis” dan “sikap strategis.”

Dengan “posisi taktis”, ia mengindikasikan bahwa India akan memposisikan dirinya di mana pun yang diperlukan untuk secara efektif melawan setiap tindakan ofensif dari pihak Tiongkok, sementara India dan Tiongkok akan secara teratur saling melakukan permainan skakmat di perbatasan. “Posisi strategis” berarti India akan berinvestasi dalam manajemen jangka panjang urusan perbatasannya dengan Tiongkok.

Titik merah menunjukkan negara bagian Himachal Pradesh dan Uttrakhand di India. Kedua negara bagian Himalaya ini berbagi perbatasan yang disengketakan sepanjang 331 mil dengan Tiongkok. India baru-baru ini mengerahkan 10.000 tentara di sepanjang perbatasan ini. Titik-titik hijau secara kasar ditempatkan di sepanjang perbatasan Ladakh. (Peta Google diadaptasi oleh Venus Upadhayaya)

Perspektif yang Lebih Luas

Veteran India ini mengatakan bahwa ia percaya bahwa masalah ini bukanlah insiden yang terjadi satu kali saja dengan melibatkan pengerahan 10.000 tentara India, tetapi menyangkut konteks perkembangan India yang lebih luas terhadap Tiongkok. Konteks ini, memiliki signifikansi tiga tingkat: taktis, strategis, dan global.

Secara strategis, ia mengatakan bahwa pengaturan ulang India dimulai beberapa tahun lalu, sebagai tanggapan terhadap serangan masif Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) di Ladakh Timur pada awal Mei 2020, yang melanggar lima perjanjian bilateral utama tentang pemeliharaan perdamaian dan ketenangan di perbatasan.

Insiden berdarah di Lembah Galwan pada Juni 2020, di mana pasukan Tiongkok dan India terlibat dalam pertempuran tangan kosong yang brutal, semakin memperparah situasi.

Jenderal itu menuturkan : “Saat Xi Jinping mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012, Tiongkok beralih dari perilaku asertif menjadi agresif.”

Galwan bukanlah satu-satunya insiden yang mengkhawatirkan bagi India,  dengan mengutip pelanggaran terbatas sebelumnya oleh Tiongkok di daerah-daerah yang disengketakan di Depsang, Demchok, dan Doklam.

Depsang berada di Ladakh Tengah, sementara Demchok berada di ujung selatan perbatasan yang disengketakan India-Tiongkok di Ladakh. Doklam, atau Donglang dalam bahasa Mandarin, berada di persimpangan tiga antara India, Bhutan dan Tiongkok. Tempat ini merupakan tempat terjadinya kebuntuan militer antara PLA dan pasukan India selama dua bulan pada tahun 2017.

Sementara itu, ia mengatakan, “Tiongkok terus meningkatkan pembangunan militernya secara besar-besaran di Tibet dan juga terus membenahi manajemen perbatasan melalui desa-desa perbatasan Xiaokang yang baru.”

Pada tahun 2017, Tiongkok mengumumkan bahwa mereka akan membangun 628 desa Xiaokang (yang berarti “cukup makmur”) di sepanjang perbatasan de facto mereka dengan India. Undang-undang perbatasan darat Tiongkok yang baru  mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2022, memiliki ketentuan untuk pembangunan desa-desa tersebut.

Semua itu merupakan langkah strategis oleh Tiongkok. Strategi India dalam menghadapi semua tantangan baru ini melibatkan manajemen perbatasan yang lebih luas. Sebagai contoh, sebagai tanggapan terhadap desa Xiaokang di Tiongkok, India membangun “program desa yang dinamis”.

“Penyeimbangan kembali sedang terjadi,” kata jenderal purnawirawan itu.

Tangkapan bingkai video ini diambil dari rekaman yang direkam pada pertengahan Juni 2020 dan dirilis oleh China Central Television (CCTV) pada 20 Februari 2021, menunjukkan tentara Tiongkok (latar depan) dan India (kanan, latar belakang) selama insiden di mana pasukan dari kedua negara bentrok di Line of Actual Control (LAC) di Lembah Galwan, di Pegunungan Karakoram di Himalaya. Kedua belah pihak kembali bentrok pada 9 Desember 2022 di sektor Tawang Arunachal Pradesh yang menyebabkan cedera. (AFP Photo/China Central Television)

Pemerintah India memperkenalkan program “desa yang dinamis” pada tahun 2022, mengumumkan bahwa mereka akan mengembangkan 663 desa di sepanjang perbatasan yang disengketakan pada tahap pertama, termasuk 17 desa di Ladakh, Himachal Pradesh, Uttarakhand, Sikkim, dan Arunachal Pradesh sebagai proyek percontohan.

Dari perspektif penempatan taktis, pengerahan ini, kata Dwivedi, dilakukan di bawah komando tempur yang baru dibentuk di sektor pusat. Secara militer, perbatasan Himalaya India dengan PLA memiliki tiga sektor: Ladakh berada di sektor barat, negara bagian Himachal Pradesh dan Uttarakhand berada di sektor tengah, dan sektor timur membentang di sepanjang Sikkim hingga Arunachal Pradesh.

Perspektif Global

Dengan kemunculan Tiongkok sebagai kekuatan global dan ekonomi India yang sedang berkembang, hubungan India-Tiongkok memiliki dampak geopolitik yang lebih luas. Sikap strategis India terhadap Beijing tidak terbatas pada garis depannya dengan Tiongkok; hal ini juga melibatkan sikap global seperti partisipasi India dalam aliansi QUAD dengan Amerika Serikat, Jepang dan Australia.

Seorang tentara India berpatroli di perbatasan Tiongkok-India. (TAUSEEF MUSTAFA/AFP via Getty Images)

Pengamat menilai, strategi India yang semakin berkembang melawan Tiongkok melibatkan kepentingan geopolitiknya yang lebih luas dan mencakup perubahan besar dalam sikap. 

Hasija berkata : “India terbiasa [bersikap] berhati-hati, tetapi sekarang kami memiliki pendekatan yang berbeda; kami akan menjadi lebih aktif dan proaktif. Kami tidak akan mengabaikan perbatasan yang kami miliki dengan Tibet, di Uttrakhand, dan di Himachal.”

Dwivedi mengatakan bahwa pengerahan pasukan baru India di sepanjang perbatasan di Himachal Pradesh dan Uttarakhand dipandang sebagai tanggapan New Delhi terhadap Tiongkok, sejalan dengan haknya untuk mempertahankan diri dari langkah ekspansionis Tiongkok.

Menurutnya, hal ini telah menciptakan perspektif global yang “menguntungkan” terhadap India, karena India menolak bersikap pasrah terhadap taktik Tiongkok. (asr)