Beijing Sadar Ekonominya Bermasalah Ingin Mengadakan Sidang Pleno Ketiga di  Juni

NTD

Pertikaian antar petinggi Partai Komunis Tiongkok semakin sengit, sehingga Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang tertunda selama beberapa bulan sampai saat ini belum juga diselenggarakan. Kabarnya, otoritas Partai Komunis Tiongkok mulai sadar dan mengakui bahwa ada masalah dengan perekonomian Tiongkok. Karena itu mereka menghendaki sidang tersebut dapat diadakan pada Juni yang akan datang.

Sidang Pleno Ketiga Komite Sentral PKT ke-20 tidak diadakan di tahun lalu dan masih belum ada kabar resmi tentang penyelenggaraannya. Banyak pengamat percaya bahwa hal ini disebabkan oleh perebutan kekuasaan antar petinggi di PKT, dan pembersihan di internal partai telah menyebabkan kesulitan dalam menemukan personel yang sesuai harapan pemimpin tertinggi.

Pada 24 dan 25 Maret tahun ini, Forum Pembangunan Tiongkok (CDF) yang diadakan di Beijing. Perdana Menteri Li Qiang menyampaikan pidato utama dalam upacara pembukaan. Pada 27 Maret, Xi Jinping menggantikan Li Qiang untuk bertemu dengan para perwakilan komunitas bisnis Amerika Serikat beserta para akademisi strategis di Balai Agung Rakyat, Beijing.

Douglas Paal, rekan senior Program Asia di “Carnegie Endowment for International Peace”, sebuah wadah pemikir di Washington, D.C., yang juga ikut hadir di CDF minggu lalu mengatakan kepada “Radio Free Asia”, bahwa menurut percakapan pribadinya dengan seorang pejabat Tiongkok selama forum tersebut. Beijing hendak mengadakan Sidang Pleno Ketiga pada bulan Juni mendatang.

Douglas Paal menekankan bahwa karena ini bukan berita resmi, jadi belum ada tanggal spesifiknya. Namun pejabat PKT tersebut mengungkapkan : “Mereka (Tiongkok) berharap dari sekarang hingga Juni bisa mendapatkan lebih banyak rincian tentang cara menyelesaikan sejumlah tantangan yang dihadapi Tiongkok saat ini”.

Douglas Paal adalah mantan diplomat AS yang pernah bertugas di Dewan Keamanan Nasional AS, Kementerian Luar Negeri AS, dan Badan Intelijen Pusat (CIA).

Sumber lain yang enggan disebutkan namanya juga mengungkapkan, bahwa berita terkait sidang pleno sempat disebutkan secara pribadi pada “Boao Forum for Asia” yang dibuka pekan lalu, namun belum mendapat konfirmasi resmi.

Pada 27 Maret, Xi Jinping yang menemui para pemimpin bisnis Amerika Serikat berupaya meyakinkan mereka dengan “Economic Bright Theory”. Ia mengatakan bahwa perekonomian Tiongkok tumbuh “sehat dan berkelanjutan”, bahwasanya perkembangan Tiongkok tidak akan mencapai puncaknya karena “teori puncak Tiongkok” (Peak China Theory). Pokoknya perekonomian Tiongkok “belum runtuh, belum mencapai puncak”.

Wall Street Journal yang mengutip pidato Li Qiang dalam pembukaan CDF pada 24 Maret melaporkan, bahwa tidak biasanya Li Qiang mengungkapkan adanya sejumlah masalah dalam negeri Tiongkok yang memudarkan ekspektasi para eksekutif asing terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok, yakni antara lain soal risiko yang semakin besar dalam industri real estat serta utang pemerintah daerah yang menggembung.

Pada saat perekonomian Tiongkok sedang berada dalam resesi dan penarikan modal asing dalam jumlah besar semakin gencar, dunia luar penasaran dengan apa yang dibicarakan dalam CDF.

Kepada “Radio Free Asia” Douglas Paal mengatakan bahwa Beijing berusaha menyampaikan bahwa Tiongkok mengakui adanya tantangan dari sektor real estat, utang dan permintaan domestik yang menghambat pertumbuhan ekonominya. Tetapi tampaknya Beijing hanya siap sampai tahap “mengakui saja adanya masalah”. Soal bagaimana cara mengatasinya, belum memberikan banyak informasi. Berarti belum ada solsi penyelesaiannya.

Douglas Paal mengatakan bahwa melalui dialog tidak resmi dengan pejabat Tiongkok dirinya mengetahui bahwa otoritas komunis Tiongkok masih kurang memiliki konsensus mengenai tindakan apa yang harus diambil pada setiap isu utama, jadi mereka melalui “uji suhu air” untuk melihat reaksi pihak asing dan pihak Tiongkok terhadap hasil (dari Dua Sesi) mengenai apa yang telah dibicarakan, apa yang telah diputuskan dan apa yang semestinya dilakukan.

Douglas juga menyebutkan bahwa setiap kali penyelenggaraan forum pembangunan, Beijing selalu ingin menyampaikan jawaban terhadap “masalah besar” yang perlu diketahui oleh para komunitas bisnis asing. Pada tahun 2020, yang dikhawatirkan oleh perusahaan asing dan banyak perusahaan Tiongkok adalah berlanjutnya otoritas Tiongkok memperketat pemberian pinjaman kepada perusahaan swasta.

Pesan yang disampaikan lewat forum pembangunan tahun itu adalah “pemerintah sedang meningkatkan upayanya untuk mencegah atau memperbaiki bias pinjaman terhadap badan usaha milik negara ….” Ini adalah apa yang ingin disampaikan secara resmi lewat forum pembangunan, tetapi tidak pernah terpenuhi.

Douglas Paal mengingatkan agar para ekonom lebih berhati-hati dalam mempelajari favoritisme Partai Komunis Tiongkok terhadap perusahaan milik negara, namun kesan keseluruhannya yang ia dapat adalah, hal ini belum terwujud dan otoritas Tiongkok juga belum mengubah pendekatannya.

Saat ini, perekonomian Tiongkok terus lesu, pasar real estat menghadapi keruntuhan, pemerintah daerah terlilit utang, tingkat pengangguran melonjak tajam, gaji pegawai negeri turun, dan masyarakat Tiongkok kehilangan kepercayaan terhadap prospek perekonomian. Sementara itu perebutan kekuasaan di internal PKT berlangsung sangat sengit. Setelah Kongres Nasional ke-20, Menteri Pertahanan Li Shangfu dan Menteri Luar Negeri Qin Gang diberhentikan. Setidaknya ada lusinan jenderal militer dan pejabat senior di industri militer yang dicopot dari jabatan mereka.

Yuan Bin, seorang komentator politik dalam artikelnya pernah menyebutkan bahwa setelah Xi Jinping mengambil alih Kongres Nasional ke-18, ia membalikkan arah perjalanan sejarah. Perekonomian Tiongkok mulai melambat dan stagnan, konflik sosial terus meningkat, ketidakpuasan menyebar di dalam dan di luar partai, dan Krisis pemerintahan menjadi semakin serius. Mulai dari Partai Komunis Tiongkok hingga seluruh Tiongkok, mereka benar-benar kehilangan kemampuan untuk memperbaiki kesalahan, dan hanya bisa membiarkan Xi, sang “akselerator utama” terus berbuat hal-hal yang membahayakan. Sejak saat itulah takdir kehancuran PKT ditentukan, tak seorang pun mampu mengubahnya. (sin)