Para Ilmuwan Mengkloning Dua Hewan Langka Menggunakan Gen Beku dalam Proses yang Dapat Menyelamatkan Spesies Lain dari Kepunahan

EtIndonesia. Para ilmuwan di Amerika berhasil mengkloning hewan yang terancam punah.

Spesies ini telah menyusut menjadi hanya 300 individu di alam liar dan kloning dilakukan menggunakan DNA yang telah disimpan sejak tahun 1980an.

Kini, dua individu dalam spesies tersebut telah berhasil dikloning dan para ilmuwan berharap mereka dapat menggunakannya untuk membantu populasi kembali.

Proses kloning serupa dengan yang digunakan untuk mengkloning Dolly si Domba pada tahun 1996, dan disebut kloning sel somatik.

Namun bagaimana proses ini bekerja?

Para ilmuwan mengeluarkan jaringan DNA dari sel donor, dan kemudian mengganti DNA yang sudah ada di sel telur.

Setelah hal ini tercapai, para ilmuwan menanamkan sel telur tersebut ke hewan pengganti dari spesies yang sama.

Telur tersebut kemudian berkembang seperti biasa, dan ketika ibu pengganti melahirkan maka hewan hasil kloning tersebut secara genetik identik dengan hewan asal kloningnya.

Namun hewan langka apa yang berhasil dikloning oleh para ilmuwan?

Temui musang berkaki hitam.

Berasal dari AS, ini mungkin terlihat seperti hewan yang paling menggemaskan dan lucu, tapi jangan tertipu.

Di balik wajah mungilnya yang seperti malaikat, berbulu halus, dan telinga kecil berumbai dia adalah pemburu yang kejam, yang menyelinap ke dalam liang anjing padang rumput dan membunuh mereka saat tidur.

Tapi lihat saja wajahnya… jelas tidak ada gigi setajam silet di sana.

Dua musang berkaki hitam kini telah lahir dari hasil kloning, dan diberi nama Noreen dan Antonia.

Noreen dan Antonia dibiakkan dari sampel jaringan, yang telah dibekukan sejak tahun 1988, dari musang berkaki hitam bernama Willa.

Fakta bahwa sampel tersebut berasal lebih dari 30 tahun yang lalu sebenarnya merupakan faktor penting mengapa sampel tersebut dipilih.

Salah satu tantangan terbesar dengan populasi hewan yang sangat kecil adalah kurangnya keragaman genetik.

Sampel sel dari tahun 1980an mengandung lebih banyak mutasi genetik dibandingkan sampel musang sekarang.

Jadi, memperkenalkan kembali gen-gen ini dapat membantu menjaga populasi tetap sehat dengan membuat kumpulan genetik lebih bervariasi.

Marty Kardos, ahli genetika di NOAA’s Northwest Fisheries Science Center, mengatakan kepada MailOnline: “Dengan hanya tujuh pendiri genetika, keragaman genetik musang berkaki hitam telah menjadi perhatian dalam program penangkaran.

“Ukuran populasi yang kecil dan keragaman genetik yang rendah merupakan permasalahan. Kondisi ini membuat populasi lebih rentan terhadap kepunahan.”

Untuk saat ini, musang tersebut akan dipelihara di penangkaran sehingga para ilmuwan dapat mengamati efek jangka panjang dari kloning tersebut. (yn)

Sumber: unilad