The Economist : Mendapat Pekerjaan Bagi Mahasiswa Tiongkok Bahkan Lebih Buruk Dari yang Dibayangkan

 oleh Tang Rui

Akibat perekonomian Tiongkok yang sedang berada dalam resesi parah, tingkat pengangguran tetap bertahan di tingkat tinggi, mahasiswa lulusan baru sangat sulit mendapatkan pekerjaan karena situasi lapangan kerja bagi mereka suram, bahkan lebih buruk dari yang dibayangkan.

Mahasiswa Tiongkok : “Saya sungguh putus asa. Baru lulus sekolah dan ingin masuk ke masyarakat langsung menemui keputusasaan. Lowongan pekerjaan tertutup semua, sangat sulit menemukan pekerjaan”.

Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok pada 18 April tahun ini, di sana disebutkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan generasi muda berusia 16 hingga 24 tahun di kota-kota besar dan kecil di seluruh negeri pada  Maret tahun ini tercatat sebesar 15,3%, masih sama dengan  Februari. Sedangkan tingkat pengangguran di kalangan pemuda berusia 25 hingga 29 tahun adalah 7,2%, atau kenaikan sebanyak 0,8 poin persentase dari bulan Februari. Dunia luar umumnya skeptis terhadap laporan yang biasanya dimodifikasi sebelum dipublikasikan, lantaran situasi sebenarnya tampak jauh lebih parah.

Frank Tian Xie, ​​​​seorang profesor di Aiken School of Business di Universitas South Carolina, Amerika Serikat menjelaskan : “Meski sudah sulit untuk mengelabui masyarakat, tetapi PKT masih terus melakukan modifikasi angka pengangguran yang sebenarnya mereka tahu sudah sulit untuk disembunyikan. Tidak peduli telah dilaporkan dari para pakar dalam negeri Tiongkok sendiri atau melalui hasil pemantauan para ahli asing tentang situasi perekonomian Tiongkok seperti penutupan bisnis, relokasi perusahaan ke luar negeri dan sebagainya”.

“The Economist” menerbitkan sebuah artikel pada Kamis (18 April) yang menyebutkan bahwa penderitaan para lulusan mahasiswa Tiongkok mungkin jauh lebih buruk dari yang dibayangkan sebelumnya. Dengan menelusuri data sensus dan buku statistik tahunan Tiongkok, diperkirakan lebih dari sepertiga lulusan mahasiswa di Tiongkok sedang kesulitan mendapatkan pekerjaan atau sedang menganggur. Meski angka sebenarnya tidak diketahui.

Lin Yi, komentator kejadian terkini mengatakan : “Kita tahu bahwa mencari pekerjaan adalah fenomena umum, tetapi kini lebih sulit lagi bagi para mahasiswa yang baru lulus, karena mereka belum memiliki keahlian khusus, belum memiliki pengalaman kerja. Tetapi alasan yang lebih dominan sebenarnya adalah masalah perekonomian Tiongkok yang terus memburuk dan sistem Partai Komunis Tiongkok yang menganut sistem perekonomian terencana, tidak sepenuhnya bergantung pada keinginan pasar untuk mengembangkan talenta yang dibutuhkan”.

Banyak mahasiswa mengeluhkan tentang ilmu yang dipelajari tidak mendapat tempat untuk pemanfaatannya.

Mahasiswa Tiongkok : “Saya mahasiswa jurusan komputer, telah mencetak 10 set resume, 3 di antaranya sudah saya kirim”. 

Ada juga video yang menunjukkan bahwa di bursa kerja, terdapat banyak sekali mahasiswa yang mencari pekerjaan, namun sangat sedikit yang direkrut.

Seorang warga Tiongkok mengatakan : “Tidak heran jika mahasiswa yang lahir setelah tahun 2.000 tidak bisa mendapatkan pekerjaan tahun ini, karena mereka tidak kebagian pekerjaan yang enak, kalau pun dapat lowongan pekerjaan yang kurang menguntungkan, alias tidak ada uangnya”.

Pada 16 April, Sheng Laiyun, Wakil Direktur Biro Statistik Tiongkok dalam konferensi persnya mengakui, bahwa ada 11,76 juta orang lulusan perguruan tinggi baru yang memasuki pasar tenaga kerja tahun ini. Bagaimana mereka akan mendapatkan pekerjaan setelah lulus telah menimbulkan kekhawatiran.

“Urusan mahasiswa lulusan tahun lalu yang menganggur saja masih gagal diatasi. Tampaknya mereka tidak dapat sepenuhnya dipekerjakan. Apa lagi PKT juga tidak memiliki cara lain yang baik untuk meningkatkan lapangan kerja, dan kebijakan ‘Kekuatan Produktif Baru yang Berkualitas’ dorongan Xi Jinping pun ditolak oleh masyarakat internasional. Jadi saya pikir situasi krisis lapangan kerja ini masih akan berlanjut untuk beberapa waktu karena perekonomian Tiongkok berada dalam resesi dan tingginya angka pengangguran,” kata Frank Tian Xie. (sin)