Strategi Rahasia Partai Komunis Tiongkok dan Rusia untuk Melemahkan AS

Anders Corr

Rezim Tiongkok dan Rusia mengakselerasi upaya rahasia untuk melemahkan Amerika Serikat melalui fentanyl yang mematikan, peretasan, dan gangguan terhadap infrastruktur kritikal seperti pelabuhan, air, dan utilitas listrik.

Salah satu upaya yang paling merusak sejauh ini adalah dukungan Beijing terhadap ekspor fentanyl ilegal ke Amerika Serikat, yang membunuh lebih dari 200 orang Amerika setiap harinya. Bukti baru yang ditemukan di situs web Tiongkok, dan kemudian dihapus, menunjukkan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) dengan sengaja mensubsidi ekspor prekursor fentanyl yang ilegal di Tiongkok dan Amerika Serikat. Prekursor tersebut tidak memiliki tujuan lain selain untuk memproduksi obat-obatan terlarang. Kampanye PKT ini bisa dibilang sebagai bentuk genosida terhadap warga AS.

Komite DPR tentang PKT merilis sebuah laporan pada 16 April yang menunjukkan bahwa Tiongkok memproduksi hampir semua prekursor fentanyl ilegal, mensubsidi produksi prekursor fentanyl, dan alih-alih bekerja sama dengan otoritas kontranarkotika AS ketika menerima permintaan bantuan untuk tersangka tertentu, mereka malah memperingatkan tersangka tentang penyelidikan tersebut.

Dalam beberapa kasus, rezim Tiongkok diduga mendapatkan keuntungan langsung dari penjualan ilegal melalui kepemilikan saham di produsen obat terlarang. “Krisis fentanyl telah membantu berbagai kelompok kriminal terorganisir Tiongkok yang terkait dengan PKT menjadi pelaku pencucian uang terbesar di dunia, memperkaya industri kimia Tiongkok dan memiliki dampak yang sangat buruk bagi warga Amerika Serikat,” menurut komite tersebut.

Pada 17 April, CNBC melaporkan rincian peningkatan serangan siber terhadap infrastruktur AS, termasuk 750 juta serangan terhadap Pelabuhan Los Angeles pada tahun 2023. Lebih dari 80 persen derek kargo yang digunakan di pelabuhan AS dibuat di Tiongkok. Banyak di antaranya termasuk perangkat lunak Tiongkok yang diyakini memiliki kerentanan bawaan yang dapat memberikan kemampuan kepada musuh untuk memata-matai pengiriman kargo militer, contohnya, atau membajak bongkar muat kapal angkatan laut dan kapal laut niaga dari jarak jauh, sehingga menimbulkan kekacauan dalam rantai pasokan dan operasi militer AS.

Google menemukan hubungan antara intelijen militer Rusia dan peretasan pabrik penyaringan air di Texas pada Januari. Sebuah kelompok pro-Iran diyakini telah meretas pabrik air di Pennsylvania pada November. Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, telah meminta perusahaan air untuk melakukan lebih banyak hal untuk mengamankan operasi siber mereka, termasuk melalui kendali jarak jauh yang lebih aman atas pabrik air dan limbah. Mengingat ada 150.000 otoritas air publik di Amerika Serikat, banyak di antaranya yang kekurangan dana, mengamankan mereka kemungkinan akan membutuhkan program nasional.

Sebuah dokumen rahasia Rusia yang baru saja terungkap merinci rencana perang hibrida untuk melemahkan Amerika Serikat, demikian menurut The Washington Post pada 17 April. Dokumen kementerian luar negeri itu menunjukkan sebuah adendum rahasia untuk pernyataan kebijakan publik tahun 2023 yang disetujui oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, tampak otentik karena konsistensinya dengan pernyataan itu. Ketika dimintai komentar oleh The Post, kementerian luar negeri Rusia tidak menyangkal keaslian dokumen tersebut.

Pernyataan kebijakan publik tersebut menyebut ambisi global Barat sebagai “hegemonistik”. Rusia berusaha mengubah tatanan dunia untuk memberi kediktatoran seperti dirinya, Tiongkok, dan Iran lebih banyak kekuasaan. Moskow ingin Barat “menerima realitas rumit dunia multipolar” dan, pada dasarnya, mengancam perang nuklir-kemungkinan besar terhadap “saudara-saudaranya” di Ukraina terlebih dahulu-jika mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkannya. Putin mengulangi ancaman nuklirnya baru-baru ini pada 13 Maret.

Menurut terjemahan The Post, dokumen tersebut mencakup strategi yang luas di “bidang militer-politik, ekonomi, dan perdagangan serta informasi psikologis.” Tujuan ambisius Rusia, menurut dokumen itu, adalah untuk merevisi tatanan dunia yang dipimpin AS yang didukung oleh “koalisi negara-negara yang tidak bersahabat.” Ini kemungkinan termasuk Inggris, Perancis, Polandia, dan beberapa negara Baltik yang telah memimpin dalam mendukung Ukraina dalam perang.

Kementerian Luar Negeri Rusia memperkirakan hasil perang ini akan “menentukan garis besar tatanan dunia di masa depan,” menurut dokumen tersebut. Oleh karena itu, kementerian tersebut merekomendasikan “kampanye informasi ofensif” dan penciptaan “mekanisme untuk menemukan titik-titik rentan dari kebijakan eksternal dan internal [negara-negara yang tidak bersahabat] dengan tujuan mengembangkan langkah-langkah praktis untuk melemahkan lawan-lawan Rusia.”

Sampai Amerika Serikat lebih efektif melawan agresi Tiongkok, Rusia, dan Iran terhadap negaranya dan sekutu-sekutunya, maka  akan dipandang sebagai negara yang lemah dan tidak tegas, sehingga menjadi target yang menggiurkan. Negara mana pun yang dapat menggantikan sistem internasional yang dipimpin AS dengan versinya sendiri akan menuai manfaat ekonomi yang sebenarnya tidak pernah didapatkan, dengan segala idealisme demokratis dan dukungan terhadap kedaulatan negara-bangsa. Negara berikutnya yang akan mengambil alih kendali, jika memang ada negara berikutnya, kemungkinan besar tidak akan begitu bermartabat.

Anders Corr memiliki gelar sarjana/magister ilmu politik dari Universitas Yale (2001) dan gelar doktor di bidang pemerintahan dari Universitas Harvard (2008). Dia adalah seorang kepala di Corr Analytics Inc, penerbit Journal of Political Risk, dan telah melakukan penelitian ekstensif di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Buku terbarunya adalah “The Concentration of Power: Institutionalization, Hierarchy, and Hegemony” (2021) dan “Great Powers, Grand Strategies: the New Game in the South China Sea” (2018).