Air yang Membuat Ketagihan, Budaya Minum Coca-Cola 

SUATU KEJAP DALAM SEJARAH

Ratusan tahun yang lalu, saat mereka haus, apakah yang diminum oleh orang Eropa dan Amerika? Orang Eropa belum mengerti cara merebus air untuk mensterilkannya, minum air bening pada masa itu belum se-higienis sekarang dan bisa menyebabkan diare. Mereka menemukan bahwa minum wine tidak akan menyebabkan masalah pencernaan, jadi mereka menggunakan wine untuk menghilangkan dahaga. Di Yunani kuno, anggur/wine diencerkan dengan air laut. 

Orang Yunani kuno sangat rasional, itulah mengapa minum wine tanpa mengencerkannya dengan air laut akan dianggap sebagai tindakan primitif, karena sering kali meminum wine (murni) dapat membuat seseorang kehilangan kontrol diri. Barleywine, mead, atau cider adalah jenis wine pilihan mereka. Hingga lebih dari seratus tahun yang lalu, orang Eropa dan Amerika masih gemar meminum berbagai macam wine untuk melepas dahaga.

Pada 1880-an, “minuman ringan” non-alkohol muncul di Amerika Serikat, yakni karbon dioksida ditambahkan ke dalam air untuk membuat soda, juga disebut minuman berkarbonasi. Kala itu, bisnis air soda di toko obat semakin berkembang. Semakin banyak orang lebih memilih pergi ke apotek untuk membeli soda, daripada ke bar mengobrol dengan teman.

Selama Perang Dunia II, pabrik pembotolan Coca-Cola dikerahkan ke seluruh dunia mengikuti pasukan AS, semisal nampak dalam foto, sebuah truk penuh botol meninggalkan Perusahaan Pembotolan Coca-Cola di Connecticut pada 1936, saat peringatan 50 tahun Coca-Cola. (Frederic Lewis / Archive Photos / Getty Images)

John Pemberton, seorang apoteker toko obat di Atlanta, pernah terjun ke dalam Perang Saudara Amerika. Usai perang, ia kembali ke kampung halamannya, Atlanta berada di wilayah Selatan, kota ini dibakar habis oleh Jenderal Sherman dari utara, dan masyarakat tidak hanya hidup dalam kesulitan, tetapi juga menderita secara mental.

Pada 1885, Pemberton menemukan minuman yang disebut Pemberton’s French Wine Coca, yang memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat itu. Ini adalah pendahulu Coca-Cola.

Coca dalam Coca-Cola adalah kokain, dan cola adalah kacang kola tempat kafein diekstraksi. Saat itu, minuman tersebut mengandung alkohol dan kokain, yang juga adalah kandungan narkoba kokain. Minuman tersebut dijual di apotek sebagai obat, dengan indikator bahwa Coca-Cola dapat menyembuhkan banyak penyakit, termasuk kecanduan morfin, gangguan pencernaan, syaraf lemah dan sakit kepala. Terdapat kokain di dalamnya, yang tentunya memiliki efek substitusi terhadap obat morfin lainnya. Namun Pemberton tidak memperoleh banyak keuntungan dari Coca-Cola, ia menjual sebagian sahamnya kepada Asa G. Candler, setelah itu ia meninggal dunia.

Candler inilah yang kemudian dikenal oleh semua orang sebagai “Bapak Coca-Cola”, ia memulai beriklan di papan reklame milik stasiun kereta api dan alun-alun kota.

Pada 12 Maret tahun 1894, Coca-Cola dalam kemasan mulai dipasarkan dan memengaruhi dunia.

Dua partai besar di Amerika, apa minumannya?

Konon hanya tiga orang di dunia yang mengetahui resep Coca-Cola. Inilah rahasia terbesar Coca-Cola. Formulanya dikunci di brankas bawah tanah di Georgia Trust Company. Perusahaan membuat puree sesuai formula, dan diangkut ke berbagai pabrik pembotolan, ditambahkan air, gula, rempah-rempah, karbon dioksida, dan lain-lain, jadilah Coca-Cola yang kita minum.

Papan iklan Coca-Cola yang tergantung di Franklin Street, Natchez, Mississippi, AS, pada 1940. (R. Gates/Archive Photos / Getty Images)

Coca-Cola tidak hanya memengaruhi kehidupan masyarakat Amerika, juga telah membentuk budaya Amerika. Citra awal Sinterklas, ada yang mengenakan jubah hijau dan ada yang biru. Namun perusahaan Coca-Cola meluncurkan serangkaian iklan yang menampilkan sinterklas berjubah merah setiap tahun selama Natal. Lambat laun, jubah merah telah menjadi seragam Sinterklas di hati masyarakat.

Apa yang diminum, sangat dipentingkan di konvensi pemilu dua partai di Amerika Serikat, di sini juga perlu disebutkan pesaing lama Coca-Cola, yakni Pepsi-Cola. Kedua perusahaan itu bersaing selama lebih dari seratus tahun dari Amerika Serikat hingga luar negeri, dan sulit untuk didamaikan.

Mantan Presiden AS Richard Nixon pernah mendukung Coca-Cola, namun kemudian Coca-Cola menolak lamaran kerjanya, lantaran marah ia lantas menjadi pengacara untuk Pepsi-Cola. Belakangan, Pepsi-Cola menjadi minuman non-alkohol yang ditunjuk untuk Partai Republik dan pro- Partai Republik, sedangkan Partai Demokrat atau pro-Demokrat memilih Coca-Cola sebagai minuman non-alkohol utama mereka.

Selama Perang Dunia II, Coca-Cola menanggapi seruan Jenderal Dwight David Eisenhower dan memastikan bahwa setiap tentara di mana pun bisa mendapatkan sebotol Coca-Cola dengan harga USD 5 sen, pabrik pembotolan Coca-Cola diperkenalkan ke dunia bersama dengan tentara Amerika Serikat.

Simbol budaya Coca-Cola

Pada tahun 1925, minuman bernama “Tatad Wax” muncul di Shanghai, yang merupakan terjemahan paling awal Coca-Cola dalam bahasa Mandarin. Saat orang Shanghai mencicipnya, mereka berpikir, oh, rasanya seperti apa ini ya? Ada taste yang aneh, mirip seperti mengunyah lilin. Hanya karena namanya yang aneh, penjualan Coca-Cola saat pertama kali tiba di Tiongkok kurang bagus. Belakangan, Jiang Niang, seorang pelukis dan penyair terkenal yang tinggal di Inggris, menggunakan empat kata “Coca-Cola” untuk mengalahkan semua lawan dalam kompetisi penamaan. Sejak saat itu, Coca-Cola telah mendobrak pemasaran di Tiongkok.

Pada tahun 1949, di tengah hiruk pikuk tembang rakyat/petani “Langit di wilayah yang dibebaskan cerah dan orang-orang di wilayah yang dibebaskan sangat menyukainya”, Kedutaan Besar AS diam-diam menarik diri dari daratan Tiongkok, dan Perusahaan Coca-Cola juga menarik diri dari Tiongkok. Coca-Cola pernah dianggap sebagai simbol budaya dekadensi kapitalisme dan hegemoni internasional. Pengarang Mao Dun menulis sebuah artikel di People’s Daily yang berjudul “Menyingkap topeng ‘bandit ber-masker'” dan dengan lugas menganggap Coca-Cola sebagai topeng dari bandit bermasker imperialisme AS,  “yang merusak keteguhan tekad pemuda dari bangsa yang dijajah.”

Bagi masyarakat Uni Soviet, sebelum 1992, mustahil dapat meminum sebotol Coca-Cola di negeri mereka. Karena jelas Coca-Cola adalah proyektil imperialisme AS yang dilapisi gula, tidak hanya akan merusak gigi Anda, tetapi juga jiwa Anda.

Setelah merebut Berlin, Marsekal Georgy Konstantinovich Zhukov dari Uni Soviet berhubungan dengan Amerika dalam jangka waktu lama. Markas Besar Tentara Merah sering menerima berpeti-peti Coca-Cola dari Amerika, maka Zhukov pun menemukan sebuah cara untuk meminumnya. Ia mencampurkan Coca-Cola dengan vodka dan menjadi ketagihan. Belakangan, di Uni Soviet ia tidak bisa lagi minum Coke, dan hal ini membuat Zhukov sangat cemas. Pada tahun 1946, ia melewati gerbang pintu belakang, dan meminta Eisenhower, komandan Sekutu pada Perang Dunia II, untuk mengupayakan Coca-Cola. Tetapi pada masa itu adalah era Stalin, sekalipun Zhukov adalah pahlawan Uni Soviet yang mengalahkan Hitler, ia juga tidak akan berani berjalan-jalan sepanjang hari di tempat umum dengan memamerkan botol kaca Coca-Cola yang berdesain mungil dan lengkung itu, bagaimana kalau sampai menjadi Coke Zhukov?

Setelah Eisenhower bernegosiasi dengan perusahaan pengemasan Coca-Cola di Belgia, hasilnya adalah mereka memproduksi sejumlah Coke putih, yang mirip dengan Hongtashan dan Ba-yi Mou-tai kemasan putih di daratan Tiongkok pada 1990-an, yang secara khusus dipasok untuk kader senior PKT. Coca-Cola memproduksi semacam Coca Cola yang tidak berwarna, di tandai dengan bintang merah berujung lima, kemudian dikirimkan ke Zhukov. Kemudian Zhukov kehilangan posisinya dalam persaingan politik Kremlin, dan kami tidak memiliki data untuk memastikan apakah Coke putih “imperialis Amerika” ini menemani sisa hidupnya yang tak berdaya dari pahlawan perang tersebut.

Dua tahun setelah kematian Zhukov, Pepsi-Cola Amerika memasuki Uni Soviet. Nikita Khrushchev memegang Pepsi-Cola dan berdiskusi dengan Wakil Presiden AS Nixon sesungguhnya apakah sosialisme atau kapitalisme yang lebih baik. Bagi orang Amerika, itu hanyalah persaingan pemasaran antara Coca-Cola dan Pepsi-Cola bahwa siapa yang bisa memasuki pasar Soviet terlebih dahulu. Namun bagi masyarakat di negara komunis, sebotol minuman bisa dikaitkan dengan pengkhianatan terhadap negara dan partai.

Foto: Pada akhir 1978, The Coca-Cola Company mencapai kesepakatan dengan pihak Tiongkok untuk menyediakan peralatan pembotolan di kota-kota besar Tiongkok melalui kompensasi perdagangan. Gambar: Papan iklan Coca-Cola di jalan-jalan Beijing pada Maret 2001 lalu. (Frederic Brown/AFP)

Siapa yang unggul di Tiongkok, Pepsi atau Coca-Cola?

Jadi di Tiongkok, siapa yang unggul antara Pepsi dan Coca-Cola?

Setelah Revolusi Kebudayaan berakhir, pada akhir 1978, Perusahaan Coca-Cola mencapai kesepakatan dengan Tiongkok untuk menyediakan peralatan pembotolan di kota-kota besar di Tiongkok melalui kompensasi perdagangan. Artinya jika Anda tidak punya uang untuk berinvestasi dalam membangun sebuah pabrik, saya akan menyediakan peralatannya terlebih dahulu dan menunggu sampai Anda menghasilkan laba dengan menjual minuman tersebut baru membayar. Kebudayaan Amerika bergerak lebih cepat dibandingkan pemerintah AS, beberapa hari kemudian, Komunike Bersama tentang Pembentukan Hubungan Diplomatik antara Tiongkok dan AS baru diumumkan. Setelah berita tentang Coca-Cola mendirikan pabrik di Beijing menyebar, beberapa orang bertanya: “Tidak bisakah limun Tiongkok memenuhi kebutuhan masyarakat? Minum Coca-Cola? Ini benar-benar pengkhianatan (traitorism)!”

Tidak lama kemudian Deng Xiaoping berkunjung ke Amerika Serikat, sikap People’s Daily terhadap Coca-Cola berubah secara halus, dikatakan bahwa Deng Xiaoping datang ke Atlanta, kampung halaman Presiden Jimmy Carter kala itu, dan memuji perekonomian Atlanta yang baik, kantor pusat Perusahaan Coca-Cola didirikan di sini. Hasilnya, para intelektual dan masyarakat biasa di daratan Tiongkok yang pandai mengamati gelagat para pemimpin PKT mereka, maka mulai meminum Coca-Cola dengan perasaan lega. Namun yang menarik adalah, jika Anda bertanya kepada teman Anda yang pertama kali meminum Coke, mereka akan menjawab hal yang sama seperti orang Shanghai hampir seratus tahun yang lalu: “Taste-nya aneh sekali, seperti mengunyah lilin.” Selesai mengatakan begitu, mereka mengangkat kepala, menenggak habis dengan sekali tegukan.

Pada hari ini dalam sejarah, Coca-Cola memasuki pasar; yang membuat ketagihan bukanlah airnya, tetapi formula di dalam air; yang membuat ketagihan bukanlah budayanya, tetapi vitalitas sifat manusia dalam budaya tersebut. (sud/lin/whs)