Dalam Pertemuan dengan Xi Jinping, Presiden Uni Eropa Mendesak Tiongkok untuk Bersaing Secara Adil

Pada Senin (6 Mei), Presiden Prancis Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengadakan pembicaraan trilateral dengan Xi Jinping di Paris, yang difokuskan pada masalah ekspor kelebihan kapasitas industri Tiongkok dan penjualan produk-produk dumping ke Eropa

oleh Yu Liang dan Chi Xiao

Pada Senin, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping yang datang berkunjung mengadakan pembicaraan trilateral di Istana Elysee, Paris. Mereka kembali berfokus pada masalah hubungan ekonomi dan perdagangan Tiongkok – Uni Eropa.

“Ini adalah salah satu hubungan yang paling penting di dunia. Ia percaya bahwa jika kita bersaing dalam lingkungan yang adil, kita di Eropa akan memiliki lingkungan ekonomi yang makmur dan berkepanjangan yang dapat mendukung lebih banyak lapangan kerja,” ujar Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen.

Ursula von der Leyen mendesak otoritas Partai Komunis Tiongkok untuk mengelola hubungan dengan Eropa secara adil dan bertanggung jawab di tengah situasi internasional yang bergejolak, dan menghentikan subsidi pemerintah yang jahat yang berdampak pada Eropa dengan barang-barang murah, mendistorsi pasar, dan mengancam kelangsungan hidup perusahaan Eropa. 

Ia menuturkan, jika perlu, kami akan memanfaatkan alat pertahanan perdagangan kami. Misalnya, beberapa minggu lalu, kami meluncurkan alat pengadaan internasional untuk melakukan penyelidikan pertama. 

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menganjurkan Uni Eropa agar mengambil sikap yang lebih keras dengan meluncurkan penyelidikan terhadap berbagai industri Tiongkok seperti kendaraan listrik.

Ursula von der Leyen juga memperingatkan Xi Jinping bahwa mendukung invasi Rusia ke Ukraina akan mengancam keamanan Eropa dan merusak hubungan Uni Eropa – Tiongkok.

“Kami juga membahas soal Tiongkok tidak boleh memberikan peralatan mematikan apa pun kepada Rusia. Dan diperlukan lebih banyak upaya Tiongkok untuk mengurangi pengiriman material penggunaan sipil-militer ke Rusia, yang dapat dimanfaatkan di medan perang,” ujar Ursula von der Leyen. (sin)