[Saatnya Mengeksplorasi] Bagaimana Ukraina Terobos Kawasan Ranjau?

Orang Rusia hanya berjarak sekitar 4 meter dari Markus, satu-satunya yang dapat dilihatnya adalah kilatan menyala dari ujung laras senapan Rusia yang ditembakkan ke arahnya. Markus pun membalas tembakan. Tetapi mereka saling tidak mengenai satu sama lain, ketika debu beterbangan, orang Rusia bergerak mundur, Markus mengangkat senapan di atas kepalanya, dengan gaya Somalia ia memberondong ke arah depan, ia tidak mengenai musuh, tapi yang penting ia membutuhkan tembakan perlindungan.

Markus adalah seorang prajurit dari Brigade Infanteri Mekanik ke-47 Ukraina, ia bisa pulang dalam kondisi hidup dari ajang perang tersebut, karena Ukraina telah meraih kemenangan dalam perang di Robotine, cuplikan saat perang tersebut diceritakannya kepada wartawan surat kabar Inggris Daily Telegraph.

Baru-baru ini wartawan surat kabar Inggris Daily Telegraph mewawancarai beberapa prajurit dari Brigade Infanteri Mekanik ke-47 Ukraina, berikut ini adalah rangkuman liputan tersebut yang menunjukkan kesulitan yang dialami Ukraina di wilayah Zaporizhia.

Kendala Terbesar Yang Dihadapi Ukraina Adalah Ranjau

Pertama, situasi geografis wilayah Zaporizhia seluruhnya terdiri dari tanah datar yang luas, di dataran ini sejauh mata memandang ditanami berbagai tanaman pertanian, pasukan mana pun melakukan serangan di tengah kondisi dataran seperti ini, akan selalu terlihat oleh pesawat nirawak musuh, dan menjadi sasaran empuk bagi meriam jarak jauh dan rudal anti-tank.

Akan tetapi, di atas dataran tak bertepi itu, selalu ada deretan barisan pepohonan, yang membentuk garis memanjang, jadi lebih tepatnya disebut garis pohon. Sedangkan pohon-pohon itu memang ditanam oleh petani Ukraina, yang berguna sebagai hutan penahan angin, dan untuk mencegah lapisan tanah permukaan tergerus serta benih-benih yang baru disemai beterbangan tertiup angin.

Di musim panas, pepohonan yang terdiri dari jenis pohon ek, pohon holly, dan pohon hawar itu menjadi tempat perlindungan yang sangat ideal, baik bagi orang Ukraina maupun Rusia, yang memanfaatkan pepohonan ini untuk membentuk baris pertahanannya di sepanjang garis pepohonan tersebut. Setelah parit perlindungan dan barisan ditempatkan di tengah pepohonan, walaupun musuh mengetahui pihak lawan bersembunyi di dalamnya, tidak akan bisa mengetahui secara akurat posisi setiap parit dan lubang masuknya, walaupun bisa dibombardir dengan skala besar, tapi tingkat akurasinya tidak baik, hanya akan menghamburkan amunisi saja.

Prajurit Ukraina menyatakan kepada wartawan, ketika Rusia melakukan pengeboman, kami bagaikan tikus atau kecoa, yang bergerak dari satu lubang ke lubang lainnya, dan berusaha bertahan hidup, inilah pertahanan yang fundamental. Sementara pihak Rusia juga melakukan hal yang sama, inilah salah satu alasan mengapa Ukraina sangat sulit membasmi pasukan Rusia.

Baik Ukraina maupun Rusia memahami prinsip ini, jadi fokus perebutan di medan perang Zaporizhia adalah sebaris demi sebaris garis pohon itu. Bila pasukan Ukraina berhasil bergerak maju beberapa ratus meter, berarti mereka berhasil menguasai garis pohon yang baru sejauh ratusan meter. Di tengah pepohonan itu, selain ditempatkan parit bagi pasukan infanteri, Rusia bahkan menyembunyikan artileri di belakang pepohonan itu. Selain pepohonan yang menjadi perlindungan alami, masalah terbesar yang dihadapi Ukraina adalah ranjau.

Pada saat wartawan Inggris berbincang dengan para serdadu, kata “ranjau” muncul berulang kali. Para serdadu diberitahukan bahwa saat ini wilayah Zaporizhia memiliki kawasan ranjau dengan kepadatan tertinggi di dunia. Ivan selaku komandan kompi dalam Brigade Infanteri Mekanik ke-47 menyatakan kepada wartawan, katakanlah begini, hal ini sangat berbeda dengan yang terdapat di buku pelajaran, saat kami tiba disini, kami menyadari Rusia telah beradaptasi dan berevolusi disini, mereka sedang membangun sistem yang rumit, bahkan zeni (satuan tugas teknik militer, red.) yang paling elite pun akan merasakan tantangan yang sangat berat di sini.

Ilustrasi kendaraan penebar ranjau, dalam contoh ini M977 HEMTT dengan sistem penebaran ranjau volcano (gunung berapi) M136 made in USA. (wikipedia-public domain)

Ranjau yang dipasang oleh Rusia di garis depan bahkan jauh lebih banyak daripada yang pernah diajarkan pada sekolah militer Uni Soviet, disini terdapat ranjau anti-tank, ranjau anti serdadu, juga granat yang dipasang di atas ranjau. Pihak Ukraina sangat sulit bergerak maju, walaupun pemerintah Jerman telah menyumbangkan kendaraat penyapu ranjau, tetapi jumlahnya tidak banyak, dan kerap menjadi sasaran utama bagi drone kamikaze milik Rusia.

Dalam kondisi seperti ini, yang sulit dibayangkan adalah pekerjaan menyapu ranjau oleh Ukraina yang dilakukan secara manual. Para anggota zeni pada umumnya bekerja pada saat fajar dan senja, karena pada saat itu cukup untuk melihat kondisi di permukaan tanah, namun cahaya tersebut tidak cukup terang untuk dapat dideteksi oleh drone milik Rusia. Tetapi dengan membatasi waktu bekerja hanya saat fajar dan senja, berarti waktu kerja mereka telah diperpendek sangat signifikan.

Bagi Rusia, menempatkan ranjau sangat mudah, hanya beberapa menit ranjau sudah terpasang, sedangkan Ukraina membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk menetralisirnya, karena mereka tidak tahu dari mana ancaman itu bakal datang, bisa saja di sisi kiri, di kanan, atau di depan mereka. Rusia bahkan bisa memasang umpan untuk menarik perhatian anggota zeni musuh, padahal jebakan sesungguhnya berada di sisi lain.

Ini pun mendatangkan akibat buruk lain, waktu yang dibutuhkan untuk menyapu ranjau oleh Ukraina jauh lebih lama daripada waktu pemasangan ranjau oleh Rusia, ini berarti meskipun Ukraina bisa terus bertambah maju, Rusia masih cukup banyak waktu untuk memasang lebih banyak lagi ranjau. Bisa dibilang dalam perang Zaporizhia kali ini, ranjau adalah masalah terbesar yang dihadapi Ukraina.

Bagaimana Ukraina Menerobos Kawasan Ranjau

Akan tetapi, Ukraina tidak kehabisan akal, saat pemasangan ranjau, pihak Rusia pasti harus menyiapkan jalur aman tertentu, karena Rusia harus menyisakan jalur logistik bagi dirinya, serta jalan untuk maju dan mundur. Maka, menemukan jalur aman ini pun menjadi informasi penting bagi Ukraina untuk menyerang.

Dalam perbincangan, prajurit Ukraina berbagi contoh dalam perang di Zaporizhia. Di suatu kawasan hutan, ditemukan sebuah parit perang Rusia yang berbentuk gerigi, dan di depannya dilindungi oleh kawasan ranjau yang luas. Brigade ke-47 pernah 3 kali berusaha menguasai posisi tersebut, tapi selalu gagal. Beruntung setelah itu drone mereka mendeteksi sebuah jalur aman di kawasan ranjau Rusia, lalu diputuskan untuk menyusuri jalur aman itu dan mengepung parit itu dari samping.

Contoh kendaraan infanteri M2 Bradley yang dipergunakan di medan perang Irak. (Wikipedia – public domain)

Pada saat malam tiba, 4 unit kendaraan infanteri M2 Bradley memasuki bagian belakang baris pepohonan itu lalu melaju ke depan, dan berhasil tiba di bagian pusat barisan pertahanan Rusia itu, pasukan infanteri langsung turun dan menyerang. Setibanya di jalan masuk parit perlindungan, pasukan Ukraina menyerbu masuk dengan granat mereka.

Dalam 2 menit pertama, prajurit Ukraina berada dalam hujan gempuran meriam. Prajurit itu berkata pada wartawan, kami memperkirakan musuh akan melarikan diri karena tembakan dan daya tembak kendaraan perang Bradley, tetapi mereka tidak lari. Sebaliknya, tentara Rusia membalas dengan pelemparan granat, tiga granat berturut-turut meledak di dalam parit, menyebabkan seorang prajurit Ukraina terluka parah. Situasi menjadi semakin kritis, namun pasukan Ukraina masih bertahan di posisi mereka, dan Markus mengontak garis belakang meminta bantuan. Setelah terhubung dengan kompi, bala bantuan yang baru tiba di parit perang, dan Ukraina berhasil menguasai posisi tersebut.

Apa Yang Terjadi di Garis Perang Zaporizhia

Dari wawancara dengan produser Daily Telegraph Inggris, dapat dipahami dengan lebih jelas apa sebenarnya yang terjadi di garis depan Zaporizhia sebagai berikut: 

Pertama, kawasan ranjau masih merupakan musuh utama bagi Ukraina, speed memasang ranjau jauh lebih cepat daripada kecepatan menyapu ranjau, apalagi Ukraina kekurangan akan peralatan penyapu ranjau, dan hal ini menimbulkan tantangan yang amat besar bagi Ukraina.

Kedua, perang berlangsung menyusuri garis pepohonan, dengan merebut satu persatu barisan pepohonan yang ada. Posisi Rusia ditempatkan dengan backing pepohonan itu, dan di depan posisi mereka terdapat kawasan ranjau yang amat padat.

Ketiga, dalam perang di Zaporizhia, Rusia tidak mengalami situasi di ambang kehancuran. Berbeda dalam serangan balasan yang dilancarkan Ukraina di Kharkiv pada September tahun lalu, pasukan Rusia yang telah diserang dengan sistem roket HIMARS, lalu disusul dengan serangan lapis baja Ukraina, langsung meninggalkan garis pertahanannya dan mundur, inilah salah satu alasan Ukraina dapat meraih kemajuan yang berarti di Kharkiv kala itu. Sementara pada tahun ini di Zaporizhia, Rusia tidak menyerahkan begitu saja posisinya.

Keempat, kualitas perlengkapan negara Barat sangat baik, walaupun terkena rudal anti-tank Rusia, tetapi serdadu di dalamnya tetap aman terlindung.

Ukraina Butuh Lebih Banyak Bantuan

Dalam wawancara ini, prajurit Ukraina juga menyinggung soal fungsi signifikan dari bom tandan (cluster munition, red.). Setelah Ukraina menerobos garis pertahanan Rusia, pada saat membangun posisi untuk maju, acap kali mendapat serangan balasan yang sengit dari Rusia. Justru pada saat itu bom tandan menimbulkan efek yang luar biasa, bom ini dapat dengan mudah mematahkan serangan Rusia, karena ruang lingkup daya tembaknya sangat luas. Dengan memenangkan lebih banyak waktu maka pihak Ukraina dapat mengukuhkan posisinya.

Prajurit Ukraina menyatakan, bom tandan tiba pada saat benar-benar dibutuhkan, dan telah memainkan peran yang begitu besar. Selain bom tandan, Ukraina juga menyebutkan kendaraan lapis baja bantuan AS, tank Leopard 2 bantuan Jerman, dan kendaraan infanteri Bradley dari AS, semuanya merupakan senjata jenis baru dari perlengkapan Brigade Infanteri Mekanik ke-47.

Pada 7 Juni lalu, pada hari pertama serangan balasan Ukraina, para prajurit memiliki harapan yang sangat tinggi pada perlengkapan dari Amerika, tapi beberapa jam kemudian kejadiannya langsung berubah. Pasukan penyerang menyusuri garis pohon mencari perlindungan, tapi segera masuk ke jebakan zona ranjau Rusia, ranjau darat tidak dapat menghancurkan kendaraan lapis baja, tapi mengakibatkan kendaraan itu kehilangan daya gerak sehingga berhenti di tempat, hal tersebut menyebabkan operasi seluruh pasukan terhenti seketika. Di situlah Rusia mengerahkan tim rudal anti-tank untuk menyerang kendaraan lapis baja.

Kendaraan yang ditumpangi Markus malam itu adalah kendaraan infanteri Bradley bantuan AS, helikopter Kamov Ka-52 Rusia menembakkan rudal anti-tank dan mengenai kendaraan yang ditumpangi Markus. Dari rekaman video terlihat api berkobar, Bradley terkena telak, tapi beruntung seluruh anggota tim di dalamnya selamat, ini membuktikan perlindungan kendaraan lapis baja buatan AS sangat baik. Satu hal yang menarik dari wawancara ini adalah, dalam pertempuran di garis depan, prajurit Ukraina lebih suka menggunakan senapan serbu jenis AK buatan Rusia, daripada senapan serbu M16 buatan pihak Barat. Pasukan Ukraina menilai, senapan buatan AS sangat akurat, juga sangat mudah digunakan. Tapi untuk berperang di dalam parit perlindungan, senapan itu terlalu panjang, dan mudah macet terdampak debu yang beterbangan. Markus menyatakan, dalam kondisi seperti ini, yang dibutuhkan bukan akurasi, melainkan daya tembak yang besar untuk menekan musuh agar tetap tiarap di tanah.

Liputan surat kabar Inggris Daily Telegraph ini telah mewawancarai banyak prajurit dari Brigade Infanteri Mekanik ke-47 yang berada di garis depan, dalam serangan balasan sejak Juni lalu, kemajuan yang diraih Ukraina memang terbatas, pada dasarnya karena mereka menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan berbeda yang harus mereka hadapi, dengan keberanian dan darahnya, pasukan Ukraina membuktikan kepada dunia bahwa Ukraina memiliki kemampuan mengalahkan Rusia, dan merebut kembali wilayah Ukraina yang telah diduduki Rusia. Tentu masyarakat internasional masih terus dibutuhkan untuk memberikan bantuan militer dan ekonomi lebih banyak lagi kepada Ukraina, guna dengan segera dapat mengakhiri perang ini.  (sud/whs)

FOKUS DUNIA

NEWS