Kekerasan Geng di Haiti Meluas, Membantai Warga Hingga 70 Orang Tewas dan Lebih dari 1.000 Orang Melarikan Diri

NTD

Pembantaian terjadi di wilayah barat laut ibu kota Haiti, Port-au-Prince pada 3 Oktober 2024. Para anggota geng menyerang kota Pont Sonde dengan senapan otomatis, menembaki kerumunan orang. Sekitar 1.000  orang melarikan diri dari tempat kejadian, menimbulkan kepanikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa insiden ini menyebabkan sedikitnya 70 orang tewas dan 16 orang luka parah. Pemerintah Haiti pada  4 Oktober mengumumkan telah mengerahkan pasukan khusus polisi anti-geng.

Sebelumnya, kekerasan geng terkonsentrasi di ibu kota, tetapi sekarang telah menyebar ke daerah sekitarnya. Pont Sonde berjarak sekitar 100 kilometer dari Port-au-Prince.

Mengutip laporan dari Agence France-Presse (AFP), Kantor Hak Asasi Manusia PBB (UN Human Rights Office) menyatakan dalam sebuah pernyataan melalui juru bicaranya, Thameen Al-Kheetan bahwa : “Anggota geng Gran Grif menembaki kerumunan dengan senapan otomatis, menewaskan sedikitnya 70 orang, termasuk sekitar 10 wanita dan 3 bayi.”

PBB juga melaporkan bahwa setidaknya 16 orang terluka parah, termasuk anggota geng yang ditembak oleh polisi. Geng Gran Grif dikenal sebagai salah satu geng paling brutal di Haiti.

Dalam video, terlihat ribuan orang berlarian di jalan untuk menyelamatkan diri, menyebabkan kepanikan.

Kantor Perdana Menteri Haiti mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa tindakan kekerasan yang baru-baru ini menargetkan warga sipil tak berdosa, tidak dapat diterima, dan negara harus mengambil tindakan darurat yang tegas dan terkoordinasi.

Pernyataan tersebut menambahkan bahwa Kepolisian Nasional Haiti (Haitian National Police) akan “meningkatkan upaya,” dan menyatakan bahwa “Unit Anti-Geng Sementara” (Temporary Anti-Gang Unit) telah dikerahkan.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB minggu lalu melaporkan bahwa kekerasan geng di Haiti telah merajalela, dengan lebih dari 3.600 orang tewas tahun ini hingga sekarang. (Hui)