Sejumlah Pemegang Saham Tiongkok yang Melakukan Cashout Ditangkap, RMB Adalah Inti Permasalahan 

Forum Elite

Pada 24 September, otoritas Tiongkok meluncurkan paket besar demi menggairahkan pasar saham Tiongkok, tetapi sejauh ini rencana pendukungnya belum diumumkan oleh pihak berwenang, sehingga pasar saham belum bergairah dan pasar properti masih tetap lesu. Hal ini menunjukkan bahwa paket stimulus yang ada saat ini tidak banyak berpengaruh. 

Malahan nilai tukar mata uang renminbi (RMB) yang mengalami fluktuasi. Faktanya, dampak dari perubahan nilai tukar RMB terhadap warga masyarakat Tiongkok lebih besar dibandingkan dengan pasar saham dan properti. Menurut sumber yang berkecimpung dalam industri keuangan, bahwa ada sekelompok pemegang saham utama Tiongkok yang melakukan cashout telah ditangkap oleh pihak berwenang dalam seminggu terakhir ini.

Sebagai tanggapan atas langkah baru 5 otoritas demi menstabilkan situasi pasar, harga saham perumahan langsung anjlok

Produser TV independen Li Jun mengatakan bahwa pada 17 Oktober, 5 instansi Tiongkok termasuk Kementerian Perumahan dan Pembangunan Perkotaan-Pedesaan, Kementerian Keuangan, dan Bank Sentral Tiongkok bersama-sama meluncurkan paket stimulus sebagai tanggapan atas hasil pertemuan Politbiro pada September tahun ini untuk mencegah jatuhnya harga perumahan.

Pertama, yakni menyediakan dana untuk menambah pembangunan 1 juta unit perumahan di pinggiran kota, termasuk dana untuk merenovasi rumah-rumah bobrok. Selain itu juga meningkatkan jumlah kredit hingga mencapai 4 triliun yuan untuk mendukung perusahaan-perusahaan real estat yang masuk daftar putih. Karena perumahan di pinggiran kota dan renovasi rumah bobrok lebih merupakan kebutuhan esensial penduduk, sehingga lebih mudah merangsang pembelian. Namun, pemerintah lebih mendominasi pengaturannya, yaitu setelah rumah dibongkar, pemerintahlah pihak yang bisa mengatur rumah tangga yang dibongkar tersebut untuk membeli rumah di wilayah yang sudah ditentukan.

Dari sini terlihat bahwa perusahaan real estat milik negara atau perusahaan real estat yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat pemerintah lebih diuntungkan. Sementara perusahaan real estat swasta yang relatif kecil kiranya akan sulit untuk ikut ambil bagian.

Li Jun mengatakan bahwa meskipun kebijakan baru ini dapat membantu menaikkan sedikit omzet penjualan beberapa perusahaan real estat, tapi kebijakan ini tidak efektif terhadap stabilitas harga perumahan dan peningkatan besar-besaran penjualan. Pasalnya, kebijakan sebelumnya lebih merangsang masyarakat yang membutuhkan rumah untuk segera bertindak membeli. Mereka berpikir sekarang suku bunga turun, bagaimana nanti kalau harga perumahan naik? Jadi mereka terdorong untuk segera bertindak. 

Namun, meski renovasi rumah-rumah bobrok bisa membantu penjualan, tetapi akan memakan waktu setidaknya setengah tahun, karena pembongkaran melibatkan serangkaian persoalan, termasuk negosiasi harga, nilai kompensasi atas pembongkaran dsb. yang menghabiskan waktu. 

Oleh karena itu, beberapa perusahaan real estat sekarang hanya menganggap ini sebagai rezeki kecil yang baru bisa diperoleh paling cepat setengah tahun kemudian. Oleh karena itu, kebijakan baru ini tidak banyak membantu memperbaiki situasi pasar perumahan saat ini. 

Pada hari dimana kebijakan baru ini diluncurkan pada 17 Oktober, saham perusahaan real estate di Bursa Shanghai dan Shenzhen secara keseluruhan mengalami penurunan tajam. Di antaranya, saham Gemdale Group hari itu mengalami limit down. Saham Sunac China turun 27,27%, saham Grup Shimao turun 20,93%, dan Vanke turun 17,04%.

Pemegang saham yang melakukan cashout ditangkap meski pasar saham alami sedikit kenaikan

Mantan miliarder Tiongkok Zhao Haitao mengatakan, bahwa dari sudut pandang ekonomi, paket stimulus pasar saham Tiongkok ini telah jauh menyimpang dari arah ekonomi pasar domestik, adalah stimulus berdasarkan prinsip teknisnya, yang hanya berfungsi untuk pasar saham saja. 

Stimulasi semacam ini tidak bisa mendukung pasar. Kalau dananya besar, mungkin 10 triliun atau 100 miliar, maka Anda sebagai bandar mungkin saja masih bisa mendukungnya, tapi itu pun hanya bersifat sementara. 

Namun jika Anda menggunakan 2 triliun untuk mendukung pasar, melalui pesatnya penyebaran berita yang menguntungkan di pasar guna menjajaki simpanan di tangan masyarakat yang jumlahnya 300 triliun, mungkin mengharapkan dana sebesar itu bisa dimasukkan ke pasar saham. ini adalah gagasan tidak sehat dari beberapa ahli. 

Akibatnya, selain simpanan 300 triliun tersebut tidak berhasil dibekukan, malahan membuat  masyarakat kelas pekerja biasa dengan cepat membuka rekening melalui berbagai metode seperti kartu kredit dan pinjaman online, dengan harapan dapat melipatgandakan kekayaannya melalui lonjakan harga saham. 

Dengan kata lain, yang terjebak malahan orang-orang yang memiliki mentalitas spekulatif tertentu, dan yang lolos adalah sejumlah institusi relatif besar yang sepanjang tahun mengalami kerugian di pasar saham, atau yang di kemudian hari bakal mengalami kerugian yang lebih serius, yang memanfaatkan keuntungan dari gelombang kenaikan harga saham ini untuk segera menjual sahamnya dan keluar dari pasar.

Zhao Haitao mengatakan, bahwa menurut informasi internal yang ia dapatkan, dalam sepekan terakhir, pihak berwenang telah menangkap sejumlah institusi dan beberapa pemegang saham utama perusahaan go public yang relatif berkuasa yang terlibat dalam cashout. Namun, media Tiongkok tidak melaporkan karena dilarang, tetapi semua orang yang berkecimpung dalam industri tahu adanya. Pihak berwenang menganggap para pemegang saham ini hanya bermodalkan spekulasi, setelah harga saham naik, kabur usai meraih keuntungan. 

Sehingga orang-orang semacam ini perlu ditindak tegas supaya pasar saham lebih bersih, lebih percaya diri jadi lebih banyak warga sipil yang berani masuk. Zhao Haitao  memperkirakan bahwa rebound kecil di pasar saham masih mungkin terjadi, karena dana besar yang mau kabur ini takut ketahuan. Setelah kabur, asal pemerintah mau mengucurkan dananya, saya rasa harga saham akan naik.

Nilai tukar RMB terhadap dolar AS di luar negeri anjlok dan masih berpeluang turun 

Zhao Haitao mengatakan bahwa nilai tukar RMB terhadap dolar AS di luar negeri telah mencapai 7,14 tiba-tiba terdepresiasi setelah beberapa hari sebelumnya mengalami apresiasi hingga mencapai sekitar 6,9. Mengapa nilai tukar tiba-tiba terdepresiasi di saat harga saham anjlok? Saya menggunakan beberapa data yang relatif dapat diandalkan untuk analisis. 

Sekarang semua perekonomian sangat erat kaitannya dengan dunia. Tidak ada modal tunggal, dan setiap perusahaan yang terdaftar terkait dengan modal luar negeri. Ketika harga saham meningkat tajam, banyak pemegang saham utama dan bahkan lembaga investasi yang mengalami penurunan pasar saham dalam empat atau lima tahun terakhir akan bangkit kembali dan tiba-tiba meninggalkan pasar. Mereka akan meninggalkan pasar pada saat nilai RMB relatif tinggi, sehingga dana yang ditarik kembali bisa lebih banyak. 

Namun setelah mereka meninggalkan pasar, RMB spontan akan pulih ke nilai tukar sebelumnya yang sekitar 7,1. Meski hanya bagian kecil dari faktor penyebabnya, namun faktor-faktor tersebut tidak dapat diabaikan karena keseluruhan nilai tukar dan indeks saham semuanya berkaitan dengan jumlah dana untuk jual beli. Jual beli dalam jangka pendek akan menyebabkan fluktuasi tertentu terhadap nilai tukar. Tentu saja, depresiasi RMB secara keseluruhan sebenarnya sejalan dengan satu arahnya, yaitu nilai sebenarnya dari asetnya.

Zhao Haitao  berpikir 7.14 itu bukan nilai terbawah, karena semua indeks seperti CPI (Indeks Harga Konsumen) dan PDB yang diterbitkan oleh Tiongkok sangat jauh dari keadaan sebenarnya. Indeks CPI dilaporkan hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat, padahal itu seharusnya sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat. 

Kalau dihitung indeks CPI, setidaknya ada sepuluh kali lipat ruangan. Karena indeks CPI sangat tinggi secara artifisial, nilai aset terkait juga terlalu tinggi, nilai aset terlalu tinggi secara artifisial, maka nilai tukar RMB juga menjadi tinggi secara artifisial, jadi  masih ada ruang untuk penurunannya. Menurut pribadi saya bahwa kembali ke middle rate 8,64 pada beberapa tahun silam itulah momen yang ideal.

Guo Jun, pemimpin redaksi The Epoch Times, mengatakan bahwa ada hubungannya yang erat antara nilai tukar RMB terhadap dolar AS dengan rencana stimulus PKT sehingga saat ini mencapai 7,14. Kita lihat sekarang selisih suku bunga antara dolar AS dan RMB telah semakin besar, hal ini tentunya akan menyebabkan perubahan arus modal. Lihat saja, selisih imbal hasil dari obligasi 10 tahunan antara obligasi Treasury AS dan obligasi pemerintah Tiongkok adalah 4,2 banding 2,15, perbedaannya sampai lebih dari 2%. Ini adalah selisih suku bunga terbesar dalam 2 dekade terakhir. 

Di masa lalu, setidaknya dalam 10 tahun terakhir, suku bunga RMB selalu lebih tinggi dari suku bunga dolar AS. Mulai sekitar pertengahan tahun 2022, suku bunga AS mulai melampaui suku bunga Tiongkok, dan nilai tukar dolar AS terhadap RMB pun mulai meningkat sejak saat itu. 

Pada tahun 2022, USD.1,- sekitar RMB.6,7, tetapi sekarang menjadi RMB.7,15. Sejak otoritas PKT mengucurkan dana besar buat merangsang pasar saham dan real estat, pada saat yang sama juga melakukan intervensi terhadap nilai mata uang, sehingga sempat naik sampai sekitar 7,1. Saat itu saya sudah mengatakan, bahwa ini tidak akan bertahan lama, nilai tukar RMB pasti akan semakin merosot. 

Guo Jun mengatakan bahwa untuk bisa bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia Tiongkok tahun 2001, PKT membuat banyak komitmen reformasi kepada komunitas internasional. Komitmen terbesarnya adalah konvertibilitas renminbi secara bebas, termasuk liberalisasi transaksi berjalan dan neraca modal, namun kenyataannya tak satu pun janjinya dipenuhi sampai sekarang. 

Secara teori, jika pemerintah membatasi aliran modal, maka nilai tukar dapat dikendalikan sesuai yang mereka inginkan. Karena selama renminbi tidak dapat ditukarkan secara bebas, dan hak pengendalian itu tetap dipegang secara erat, maka nilai tukar bisa diatur sesuai yang diinginkan lantaran transaksinya tidak besar. Misalnya, pada masa Revolusi Kebudayaan berkobar di Tiongkok, nilai tukar renminbi ke dolar AS adalah 1:2,5. Tapi pertanyaannya adalah, apakah nilai tukar ini bermakna? Akibat dari situasi ekstrim tersebut adalah aset-aset Tiongkok sama sekali tidak likuid, yang berarti Tiongkok sama sekali tidak mempunyai arti penting bagi investasi. 

Saat ini pemerintah Tiongkok tidak mungkin lagi mengambil tindakan ekstrim seperti itu, meskipun ia akan tetap mengendalikan nilai tukar. Namun jika terus mengucurkan dana dan mencetak terlalu banyak uang kertas, maka renminbi akan terdepresiasi secara serius atau kehilangan likuiditas internasionalnya, saat itu Tiongkok akan menjadi wilayah yang tidak lagi memiliki nilai investasi.

PKT akan terus mengucurkan dana, keruntuhan ekonomi akan berakibat fatal bagi rezim PKT

Guo Jun mengatakan bahwa PKT pasti akan terus mengucurkan dananya di masa depan. Penerbitan mata uang kertas di negara-negara normal perlu tercermin dalam neraca. Dengan kata lain, jika ingin melepas dana ke pasar, perlu diimbangi dengan nilai yang sama dari aset atau piutang. 

Pada tahun 2008, ketika Wen Jiabao mengucurkan dana sebesar RMB.4 triliun untuk menyelamatkan pasar perumahan, ia imbangi dengan menggunakan aset real estat. Mungkin juga bisa dikatakan bahwa real estat Tiongkok sudah sejak lama dijadikan tanki reservoir bagi penerbitan mata uang kertas Tiongkok, yang akhirnya mengakibatkan kenaikan tajam harga real estat. Pada saat yang sama, rasio utang institusi korporasi Tiongkok, serta rasio utang penduduk perorangan, telah meningkat secara signifikan. 

Pada tahun 2008, rasio hutang penduduk Tiongkok adalah sekitar 30%, yang mencakup 30% dari aset pribadi penduduk, tetapi sekarang sudah menjadi 80%. Artinya 80% isi dari reservoir sudah terpakai. Pasar real estat sudah tidak menarik. Perumahan di Tiongkok saat ini sudah mampu menampung 2 kali jumlah populasi Tiongkok, harganya mulai anjlok dan anjlok, yang berarti bahwa uang yang dicetak bernilai nyaris nol. Jika tidak salah, sejak sekitar tahun lalu, pemerintah komunis Tiongkok ingin mengubah pasar modal menjadi reservoir besar, jika itu berhasil, maka isi reservoir bisa digunakan untuk sumber pengucuran dana. Tetapi karena perekonomian sedang terpuruk dan keuntungan perusahaan menurun, hubungan luar negeri memburuk, dana asing tidak masuk. Akibatnya reservoir nyaris “kosong melompong”.

Oleh karena itu, Guo Jun  berpendapat bahwa, pengucuran dana untuk mendukung pasar saham pada 24 September tahun itu adalah upaya untung-untungan terakhir yang dilakukan otoritas Tiongkok, yang menurut saya tidak mungkin berhasil. Reservoir untuk sumber pengucuran dana pun gagal dibentuk. Jika harga saham tidak bisa naik, pasar saham tidak lagi diminati masyarakat, maka berarti jangkar virtual terakhir pun sudah kehilangan fungsinya, namun perekonomian masih terus menurun. 

Lalu bagaimana cara mengatasinya? Terakhir, ya apa boleh buat tetap menerbitkan uang kertas tanpa pengimbang, yang berarti tidak perlu mengungkapkan aset atau kewajiban dan langsung mengeluarkan mata uang. Hal itu pada dasarnya merupakan tindakan merampas kekayaan masyarakat.

Guo Jun mengatakan bahwa penerbitan mata uang kertas menyebar dari pusat ke luar secara bergelombang. Siapa yang memperolehnya lebih dahulu akan mendapat manfaat lebih besar. Dia dapat menggunakannya untuk membeli persediaan atau aset terlebih dahulu, dan dia akan menghasilkan uang setelah harga persediaan atau aset meningkat. 

Kalau di Amerika Serikat, Wall Street yang memperoleh keuntungan, tetapi di Tiongkok adalah orang atau lembaga yang lebih dekat dengan pusat kekuasaanlah yang memperoleh dana terlebih dahulu, jadi mereka ini yang paling besar meraup keuntungan. Sedangkan masyarakat awam Tiongkok berada di luar gelombang ini, merekalah yang harus menjadi korban dan pihak yang paling menderita. 

Begitu penerbitan uang tanpa jangkar dimulai, hal ini sulit untuk dihentikan, dan pada akhirnya akan berubah menjadi hiperinflasi, yang biasanya merupakan manifestasi terakhir dari keruntuhan ekonomi berskup besar. Manifestasi langsungnya adalah depresiasi mata uang. Seperti Zimbabwe, semua orang adalah miliarder. Tentu saja PKT masih punya pilihan lain, yaitu kembali ke model Revolusi Kebudayaan. Baik model Zimbabwe maupun model Revolusi Kebudayaan, hasilnya akan sama, yakni taraf hidup masyarakat akan turun drastis.

Zhao Haitao mengatakan bahwa PKT sangat khawatir perekonomian akan runtuh. Karena keruntuhan ekonomi adalah ancaman terbesar dan dapat berakibat fatal bagi kekuasaan rezim. Bagi dia, kelas penguasa mana pun tidak boleh membiarkan perekonomian runtuh, namun hal ini justru bertentangan dengan hukum pasar. Sama seperti keruntuhan pasar real estat di Jepang di masa lalu, pemerintah Jepang memilih metode kedua, yaitu membiarkan pasar berkembang dengan sendirinya tanpa campur tangan pemerintah. Ini lebih menyakitkan, dan yang paling menyakitkan adalah hal ini akan menyebabkan kejatuhan ekonomi yang besar dan serangkaian reaksi, namun hal itu akan berangsur-angsur pulih dengan sendirinya, bahkan dalam 5 atau 10 tahun, setelah pasar pulih dengan baik, perekonomian akan kembali bergerak di jalan yang sehat.

Namun rezim Partai komunis Tiongkok tidak berani berjudi, tidak ingin membiarkan berbagai hukum alam ekonomi terjadi, karena mereka takut akan runtuhnya rezim.  (sin)