ETIndonesia. Sejak Juli tahun ini, seorang praktisi Falun Gong Cheng Peiming secara terbuka muncul di Amerika Serikat untuk menceritakan bagaimana ia selamat dari kekejaman pengambilan organ secara paksa yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok (PKT). Ia akhirnya lolos secara ajaib. Setelah itu, PKT melalui media mulai menyebarkan fitnah, ancaman, dan bahkan merancang tiga rencana, termasuk pembunuhan, untuk membungkam Cheng.
Pada Oktober, Biro Keamanan Publik Tianjin menerbitkan sebuah artikel yang menyebutkan bahwa pengalaman Cheng terkait pengambilan organ oleh PKT adalah kebohongan.
Namun, menurut Li Xiangchun, Direktur Eksekutif Stop Organ Harvesting by the CCP (China Comunist Party : Partai Komunis Tiongkok ) di Washington DC, apa pun upaya PKT untuk menyangkal dan memalsukan fakta, mereka tidak dapat menyangkal bukti kuat atas pengalaman Cheng.
“Kami memiliki bukti yang cukup bahwa lobus kiri hati Cheng dan bagian bawah paru-paru kirinya telah diangkat. Selain itu, terdapat kerusakan pada diafragmanya dan bekas luka sepanjang 35 cm di dadanya. Semua ini adalah bukti yang tak terbantahkan,” ujar Li Xiangchun, Direktur Eksekutif “Stop Organ Harvesting by the CCP”.
Cheng Peiming, berasal Heilongjiang, mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1998. Pada Desember 2001, ia dijatuhi hukuman 8 tahun penjara secara ilegal karena mempertahankan keyakinannya. Pada 16 November 2004, Cheng dibawa dari Penjara Daqing ke Rumah Sakit Keempat Daqing, dibius secara paksa, dan menjalani operasi tanpa persetujuan. Operasi tersebut meninggalkan bekas luka sepanjang 35 cm di sisi kirinya.
Pada tahun 2006, Cheng kembali dibawa ke rumah sakit. Ketika PKT hendak melakukan pengambilan organ untuk kedua kalinya, ia berhasil melarikan diri. Setelah diselamatkan ke Amerika Serikat pada tahun 2020, Cheng menjalani 9 pemeriksaan pencitraan medis yang menunjukkan bahwa bagian hati dan paru-paru kirinya telah diangkat.
Namun, artikel dari Biro Keamanan Publik Tianjin menyebut bekas luka 20 cm di tubuh Cheng sebagai akibat dari operasi penyelamatan. Mereka juga mengklaim bahwa Cheng menelan pisau berkarat dan paku di penjara pada hari ia dirawat, klaim yang dibantah oleh para ahli.
Selama tahun 1990-an, Falun Gong – juga disebut Falun Dafa – dipraktikkan secara bebas oleh puluhan juta orang di Tiongkok yang mengambil disiplin dan ajarannya tentang Sejati-Baik-Sabar. Pada Juli 1999, Partai Komunis Tiongkok (PKT) secara tiba-tiba menyatakan Falun Gong sebagai musuh negara, dan meluncurkan kampanye habis-habisan untuk membasmi latihan ini dikarenakan lebih populer dari PKT pada saat itu.
Para praktisi Falun Gong berbicara dengan upaya mereka sendiri untuk mengklarifikasi kebenaran tentang keyakinan mereka dan penganiayaan terhadapnya, serta kerusakan yang telah ditimbulkan oleh komunisme di Tiongkok dan dunia.
Selain penganiayaan yang dialami Falun Gong di daratan Tiongkok, di mana para pengikutnya dipenjara, disiksa, dipukuli sampai mati, dan bahkan dibunuh untuk diambil organ tubuhnya, PKT juga berusaha memfitnah dan membungkam komunitas ini di luar negeri.
Li Xiangchun mengatakan bahwa klaim PKT adalah palsu, bahkan foto yang digunakan diambil dari sisi dalam konferensi pers di Amerika Serikat.
“Mereka tidak memiliki foto asli. Mereka hanya mengambil foto samping dari konferensi pers kami dan menyebut panjangnya 20 cm. Namun, kenyataannya, bekas luka Cheng di dadanya sepanjang 35 cm, dari bagian depan hingga belakang, antara tulang rusuk keempat dan kelima, yang semuanya telah dibuka,” ujarnya.
Li Xiangchun menambahkan bahwa PKT tidak dapat memberikan foto asli karena catatan medis Cheng kemungkinan besar telah dihancurkan.
“Ketika pengambilan organ dilakukan, ada petugas 610 yang mengawasi. Setelah operasi selesai, semua catatan donor dihancurkan. Kami curiga bahwa catatan medis Cheng dari operasi tahun 2004 sudah tidak ada lagi. Jika catatan itu masih ada, seharusnya ada dokumentasi dan foto-foto asli,” katanya.
Meskipun klaim PKT penuh celah, artikel Biro Keamanan Publik Tianjin sebenarnya mengkonfirmasi bahwa Cheng telah menjalani operasi serta waktu dan tempatnya.
“Mereka juga mengakui bahwa dadanya dibuka dan diafragmanya dipotong. Mereka memotong diafragma untuk mengambil lobus kiri hatinya. Ini adalah prosedur yang sangat tidak sesuai standar. Jika mereka ingin mengambil paku dari perut, mereka hanya perlu membuat sayatan kecil di perut, tanpa perlu memotong diafragma.”
Li Xiangchun mengatakan PKT juga memalsukan klaim bahwa Cheng memiliki riwayat tuberkulosis paru.
“Namun, Cheng tidak pernah diisolasi atau menerima perawatan medis apa pun untuk tuberkulosis paru. Lebih penting lagi, setelah ia tiba di Amerika Serikat, semua pemeriksaan pencitraan menunjukkan tidak ada bukti sisa dari tuberkulosis,” katanya.
Menurut informasi internal Kementerian Keamanan Publik PKT yang diperoleh oleh Epoch Times, kepemimpinan PKT sangat memperhatikan kasus ini. Kementerian memerintahkan untuk menghilangkan dampak insiden Cheng dengan memaksanya mencabut kesaksiannya. Untuk itu, PKT telah merancang tiga rencana: membawa Cheng kembali ke Tiongkok untuk dikontrol, “mengubah” Cheng di luar negeri agar ia mencabut pengakuannya, atau membunuh Cheng jika dua rencana sebelumnya gagal.
Cheng Peiming, yang tinggal di New York, baru-baru ini mengalami serangkaian ancaman dan teror.
“Pagi 2 November, ketika kami bangun, saya menemukan ada orang yang masuk ke rumah. Pintu terbuka. Saya tidak menyangka mereka bertindak begitu cepat,” katanya.
Penyusup masuk sekitar pukul 04.00 hingga 06.00 pagi tanpa mengambil apa pun tetapi meninggalkan jejak, seperti kunci garasi yang rusak, pintu yang setengah terbuka, dan bekas ban yang dalam di halaman belakang.
Tiga hari sebelum kejadian, dua sistem pengawasan di rumah Cheng mati secara misterius setiap malam dari pukul 00.30 hingga 06.00.
Li Xiangchun menegaskan bahwa sebagai satu-satunya penyintas pengambilan organ, kesaksian Cheng merupakan bukti yang sangat penting atas kekejaman PKT. Oleh karena itu, PKT berupaya keras untuk membungkamnya. Ia berharap pengungkapan ini dapat menggagalkan rencana PKT. (Hui)
Sumber : NTDTV.com