ETIndonesia. Pada Kamis, 14 November 2024, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (DoD) secara resmi mengajukan dokumen non-rahasia yang berisi panduan penempatan nuklir terbaru kepada Kongres. Pembaruan ini merupakan revisi dari versi sebelumnya, dengan tujuan utama memungkinkan Amerika Serikat untuk menangkis ancaman dari Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara secara simultan dalam berbagai kondisi, baik periode damai, krisis, maupun konflik.
Tiongkok Kembangkan Kapal Induk Bertenaga Nuklir
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok secara diam-diam mengembangkan teknologi nuklir dengan ambisi untuk menyaingi Amerika Serikat dan Prancis dalam pembangunan kapal induk tenaga nuklir.
Associated Press berhasil memperoleh foto satelit terbaru dan menganalisis dokumen internal pemerintah Tiongkok yang menunjukkan pembangunan prototipe reaktor nuklir darat di daerah Sichuan. Proyek ini, yang dikenal sebagai Proyek Longwei, diyakini akan digunakan untuk kapal perang permukaan besar di masa depan.
Penelitian ini menandakan bahwa Beijing tengah serius menuju pembangunan kapal induk tenaga nuklir pertamanya. Hingga kini, Departemen Pertahanan dan Luar Negeri Tiongkok belum memberikan tanggapan resmi terhadap rumor ini.
Latihan Militer Nuklir Rusia dan Ancaman dari Korea Utara
Bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pelaksanaan latihan militer besar-besaran yang melibatkan peluncuran senjata nuklir baru. Latihan ini mensimulasikan situasi serangan balasan dengan tujuan untuk menakut-nakuti negara Barat dan menghambat peningkatan bantuan militer dari negara-negara Eropa dan Amerika.
Di sisi lain, Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara, secara terbuka mengancam akan mempercepat langkah menuju kekuatan nuklir, menuduh Korea Selatan dan Amerika Serikat melakukan provokasi. Kim menegaskan bahwa jika diserang oleh musuh, Korea Utara tidak akan ragu untuk merespons dengan senjata nuklir.
Panduan Baru Departemen Pertahanan Amerika Serikat
Panduan nuklir yang diperbarui oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat mencakup enam arah pembaruan strategis, antara lain:
- Peningkatan Persenjataan Nuklir Musuh: Mempertimbangkan potensi peningkatan persenjataan nuklir dari Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara.
- Tantangan Pencegahan Baru: Menanggapi tantangan pencegahan yang muncul dari modernisasi dan diversifikasi senjata nuklir musuh.
- Kemampuan Menangkis Multilateral: Menginstruksikan Amerika Serikat untuk dapat menangkis serangan dari Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara secara bersamaan dalam berbagai kondisi.
- Peninjauan Kebijakan Nuklir 2022: Melaksanakan keputusan yang menyatakan bahwa selama Iran tidak memiliki senjata nuklir, Amerika akan mengandalkan keunggulan non-nuklir untuk mencegah agresi regional oleh Iran.
- Integrasi Kemampuan Non-Nuklir: Mengintegrasikan kemampuan non-nuklir dalam perencanaan nuklir untuk mendukung tugas pencegahan nuklir.
- Pengendalian Eskalasi: Menekankan pentingnya mengendalikan eskalasi dalam menghadapi serangan strategis terbatas, serta memperkuat kerja sama dengan NATO dan sekutu di kawasan Indo-Pasifik.
Departemen Pertahanan menyatakan bahwa kerjasama dan konspirasi yang semakin erat antara Rusia, Tiongkok, Korea Utara, dan Iran membuat situasi keamanan nuklir global semakin kompleks dan menantang.
KTT APEC Lima: Pertemuan Trilateralisme antara AS, Jepang, dan Korea Selatan
Pada 15 November 2024, ibu kota Peru, Lima, menjadi tuan rumah KTT APEC yang dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Perdana Menteri Jepang Ishiba Shigeru, dan Presiden Korea Selatan Yoon Hee-yeol.
Pertemuan trilateral ini merupakan kelanjutan dari pertemuan bersejarah di Washington D.C. pada Agustus tahun lalu. Di tengah meningkatnya hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia serta percepatan uji coba rudal balistik oleh Korea Utara, para pemimpin negara tersebut membahas langkah-langkah strategis untuk menghadapi ancaman tersebut.
Sebagai tindak lanjut, pada 13 November, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan melaksanakan latihan militer bersama bernama “Freedom Blade” selama tiga hari di perairan internasional di selatan Pulau Jeju, Korea Selatan.
Imigrasi Ilegal ke Amerika Serikat Menjelang Pelantikan Trump
Sebelum pelantikan Presiden Donald Trump yang dijadwalkan pada Januari mendatang, pejabat Meksiko mengonfirmasi bahwa sekelompok besar imigran ilegal berencana memasuki Amerika Serikat. Trump, yang selama kampanye pemilihan menjanjikan pencabutan hak kewarganegaraan berdasarkan kelahiran (birthright citizenship), yang akan menghentikan otomatisasi kewarganegaraan bagi anak-anak imigran ilegal. Hal ini diperkirakan akan menyebabkan perubahan signifikan dalam kebijakan imigrasi AS.
Menurut laporan Wall Street Journal pada 15 November 2024, kelompok perdagangan manusia di perbatasan Amerika-Meksiko menggunakan media sosial untuk merekrut imigran ilegal, mendorong mereka masuk sebelum Trump resmi menjabat. Sekitar 4.000 imigran telah berkumpul di selatan Meksiko dengan bantuan kelompok perdagangan manusia, berharap dapat memasuki Amerika Serikat melalui jalur pintas.
Mantan Asisten Menteri Kehakiman Amerika Serikat, Jeff Clark, menyatakan bahwa Trump dapat menggunakan Undang-Undang Musuh Asing (Foreign Enemies Act) untuk mendeportasi imigran ilegal, terutama yang berasal dari kelompok perdagangan narkoba Meksiko dan organisasi geng dari Venezuela. Namun, pengacara imigrasi di New York, Chen Chuang, berpendapat bahwa Amerika Serikat, sebagai negara imigran, perlu menemukan cara legal untuk menerima imigran berkualitas tinggi sambil mengatasi masalah imigrasi ilegal dengan mengatasi akar penyebab di Amerika Tengah dan Selatan.
Pesawat Rusia Sering Dihadapi oleh NATO di Norwegia dan Baltik
Pada 14 November 2024, Komando Angkatan Udara NATO melaporkan penemuan pesawat Rusia di wilayah udara Norwegia dan Baltik, yang memicu respons pesawat tempur F-35 Norwegia secara darurat. Insiden ini merupakan bagian dari peningkatan frekuensi pertemuan udara antara pesawat Rusia dan NATO di wilayah tersebut.
Jenderal Angkatan Bersenjata Norwegia, Henrik Omtevet Jensen, menyatakan bahwa pesawat Rusia yang terlibat termasuk dua pesawat pengebom strategis T-95 dan dua pesawat tempur Su-33, yang berperilaku aman dan profesional.
Departemen Pertahanan Inggris juga melaporkan bahwa pesawat militer Rusia terdeteksi di dekat wilayah udara Inggris pada hari yang sama, memicu pengiriman dua pesawat tempur Typhoon untuk memantau situasi tersebut. Insiden ini menyoroti ketegangan yang terus meningkat antara Rusia dan Barat, dengan kedua belah pihak sering mengirimkan pesawat tempur untuk mengintersep pesawat lawan.
Kesimpulan
Pembaruan panduan nuklir oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat mencerminkan ketegangan global yang meningkat akibat aktivitas nuklir dan militer dari Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara. Sementara itu, latihan militer bersama dan intersepsi pesawat tempur menunjukkan kesiapsiagaan NATO dan sekutunya dalam menghadapi potensi ancaman. Situasi ini menegaskan perlunya kerjasama internasional yang kuat untuk menjaga stabilitas dan keamanan global di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks. (Kyr)